Akbar |• Satu

4.8K 347 31
                                    


9 tahun kemudian...

"Aku sayang Mama, engga jangan Mama. Aaaaaaaa,"

Lelaki itu berteriak seolah ia melihat semua nya, napasnya menjadi tak karuan, dengan cepat ia menyibak selimut nya sampai sebatas pinggang dan tersandar di kepala kasur dengan lemas. Lihatlah semesta, salah satu penghuni dunia yang fana ini baru saja terbangun dari tidurnya. Matanya masih indah meski kini terlihat sendu, pipi dan hidung nya yang memerah terlihat jelas pada kulitnya yang pucat, rambutnya yang basah karena keringat semakin membuat lelaki ini terlihat sangat mempesona.

Dia, Akbar. Kembali di kejutkan oleh mimpi itu, mimpi yang akan datang setiap tahun. Mimpi itu seolah menyuruh Akbar untuk mencari jawaban akan pertanyaannya dulu, 'Kapan orang tuanya akan menyayangi nya?'

Mencoba menetralkan napas, Akbar tersenyum pedih melihat jam di kamarnya. Kamar yang dominan berwarna gelap, segelap hidupnya.

23.59

Sebentar lagi, pikirnya.

00.00

Dorrrrrr!!!!!

Akbar di kejutkan dengan suara ledakan di samping kamarnya, tepat di sana Mama dan Papa nya menyanyikan lagu ulang tahun untuk penghuni kamar di sebelah, tentunya.

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Farel, selamat ulang tahun,"

Akbar meremas selimutnya, manahan gejolak di hatinya, berusaha tenang dan tidak menangis. Namun sial, pertahanannya runtuh. Tatkala ia mendengar perkataan yang sama, ketika ia mendapat hadiah berupa tamparan keras dari Mamanya.

"Anak Mama sama Papa hanya Farel,"

"Hanya Farel,"

"HANYA FAREL,"

Kalimat itu terus menggema di telinga Akbar, dalam hati ia bertanya Lantas ia di anggap apa selama 15 tahun ini?

Mencoba kuat, ia kembali membuat benteng untuk pertahanan hati dan fisiknya. Tak ingin terlihat lemah oleh siapapun, Akbar bangkit untuk melakukan salat Tahajud. Mungkin untuk saat ini, dan seterusnya Akbar hanya bisa mengadu kepada Tuhan.

Di ulang tahunnya yang ke-15, sajadah  menjadi saksi betapa pedihnya garis takdir yang ia terima. Akbar mencoba  untuk salat dengan husyuk, bibirnya bergetar, tak kuasa menahan sakit yang sudah meradang sampai sejauh ini. Hei! Aku ingatkan kalian lagi, Akbar hanya lelaki lemah yang membutuhkan kedua orang tuanya.

Setelah salat, tak lupa Akbar memanjatkan do'a di hari bertambah usianya, dan berkurang juga waktunya untuk menikmati segala hal yang ada di dunia. Do'a nya masih sama, tidak akan berubah. Sebelum orang tuanya menyayanginya, ia tidak akan berhenti berdoa dan berharap kepada Allah agar segera membalas do'a nya.

Akbar melipat sarung yang tadi ia pakai dengan telaten dan menyimpannya di tempat biasa. Lelaki berhidung mancung itu terduduk di meja belajar sambil memainkan ponsel yang sejak tadi tergeletak di meja belajarnya, sudut bibirnya terangkat saat melihat notifikasi sosial medianya yang di penuhi oleh ucapan selamat ulang tahun serta do'a-do'a yang mereka tuangkan melalui ketikan. Hanya karena itu, sebagian hatinya menghangat.

Jarinya bergerak lincah, membalas semua pesan yang dikirimkan untuk nya. Ia tertawa pelan melihat Mario— teman sebangkunya, memposting foto nya dengan caption yang sangat tidak masuk akal. Jika mayoritas orang mengucapkan selamat ulang tahun dengan kata-kata yang tersusun manis, lain dengan Mario yang seolah menghina Akbar dalam captionnya.

'Selamat ulang tahun pangeran kodok, kanebo kering, dan cowok bertubuh kurus tipis kayak lidi. Gue berdo'a semoga badan lo lebih berisi, supaya kalo ada angin lo ga terbang. Dan gue juga berdoa semoga lo dapet hidayah dan kesadaran, bahwa senyum itu sebagian dari iman. Buat lo kanebo kering yang jomblo abadi, gue buat post ini supaya lo tau kalo gue itu sayang banget sama lo, apalagi kalo lo kasih jawaban matematika secara percuma ke gue. Hhe..'

Begitu tulis Mario, lelaki bermata indah itu tersenyum tipis. Hanya ketikan tak beradab Mario saja sudah mampu membuat dunianya seakan teralihkan. Kantuk itu mulai menyerang Akbar, lelaki tinggi itu lantas berjalan dan merebahkan tubuhnya di kasur hingga terlelap. Tak lupa sebelum kembali tidur ia berkata pada dirinya sendiri 'Selamat ulang tahun Akbar... '

~|•|~

Pagi itu di meja makan, tampak Alteza Family sedang bersarapan bersama, tanpa Akbar tentunya. Akbar yang mulai merasa tak enak langsung berjalan dengan cepat menuju garasi, ia tak ingin membuat keributan di hari bahagia mereka.

Farel yang menyadari bahwa kembarannya sedang berjalan keluar rumah pun langsung menyusul. Mencoba menyamai langkah nya dengan Akbar, lelaki dengan seragam yang berantakan ini pun berhasil meraih tangan kembarannya. Membuat lelaki berhoodie hitam itu pun mau tak mau berhenti dan menoleh.

"Hari ini, lo Akbar dan gue Farel," Farel menggantungkan ucapannya, membuat Akbar mengernyit tanda tak paham. "Harus berangkat bareng," lanjut Farel ngirang, Akbar tidak mengerti apa yang membuat Farel sebahagia ini.

"Gue sendiri aja," balas Akbar memang benar-benar tidak mau.

"Ga ada penolakan, pokoknya hari ini kita harus bareng. Pake motor baru hadiah ulang tahun kita,"

Mendengar kata kita membuat Akbar berfikir keras, apa maksudnya?

Tak mau bertele-tele, Farel langsung menarik tangan Akbar menuju motor baru yang di maksudnya.

Motor scoopy Thailand keluaran terbaru.

"Ini kan motor yang gue pengen," ucap Akbar pelan saat melihat motor itu, yang kata Farel adalah milik kita.

"Gue pernah denger lo ngomong 'Aku harus bisa kumpulin uang buat bawa pulang scoopy lucu itu' Gitu," jelas Farel seraya mencontoh omongan Akbar tempo hari.

Lelaki berhoodie hitam itu diam, tak menyangka jika lelaki di depannya itu benar benar mengerti dirinya.

Paham akan situasi yang mendadak canggung, Farel membuka suara. "Ahh, udahlah. Lo yang bawa ya, gue mau duduk ganteng di belakang."

"Ga, gue ga mau."

"Kenapa?"

"Lo tau kan, kalo lo itu autis. Nanti lo peluk gue, nyolek gue, apalagi nanti lo manja-manja di belakang gue," ucap Akbar pedas.

"Gue ga pernah gitu ya!" Elak Farel tak terima.

"Tapi lo pernah kayak gitu, sampe Mario anggap gue udah belok suka sama lo."

Farel mengalah, "Iya, iyaaa. Gue sebagai kakak yang paling ganteng, paling baik, paling cute, paling istimewa mengalah pada adiknya masih menyandang status jomblo abadi."

Akbar mengangkat bahu acuh, kemudian ia naik keatas motor yang setelahnya langsung di lajukan oleh Farel. Perihal berangkat sekolah saja harus selama ini?

Hari ini, Akbar kembali memakai topeng yang tadi sempat ia lepas. Selamat berjuang Akbar, hari mu masih panjang dengan ujian yang lebih berat sudah menunggumu di depan sana.

~•|•~

Yeyyyyyy!!!! Akhir nya udah selesai part one nyaaaaaa. Gimana? Suka ga? Haha... Jangan lupa tinggalkan jejak!

My Angel's   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang