Hari sudah pagi, tapi sang surya sepertinya engga menampakan sinarnya. Lelaki berjaket abu itu menepikan motornya di depan Supermarket yang dekat dengan sekolahnya, ini tidak terlalu pagi tapi cuaca saja yang sedang tidak bersahabat kali ini. Sangat dingin.
Akbar berjalan menelusuri setiap rak yang ada di sana, hingga akhirnya pergi ke kasir membawa dua roti tawar berselai coklat dan satu air mineral.
"Semuanya jadi dua puluh ribu, dek," ucap kasir itu seraya memberikan kantung plastik berwarna putih yang berisikan belanjaan Akbar tadi.
"Nih kak," balas lelaki itu sambil menaruh selembar uang berwarna hijau di meja kasir, lalu mengambil belanjaannya.
Akbar keluar dari supermarket, tadinya ia hanya ingin membeli satu roti saja untuk makannya nanti saat istirahat. Tapi Mario selalu mengambil jatah makannya, alhasil Akbar setiap hari akan mampir ke supermarket yang buka 24 jam untuk membeli sepasang roti. Lelaki itu lalu menaiki motor miliknya dan melajukannya menuju sekolah.
Waktu sudah menujukan pukul 06:30, tetapi langit masih hitam seperti subuh. Mungkin akan hujan, pikir Akbar.
Akbar berjalan di area sekolah setelah memarkirkan motornya, tak lupa saat di gerbang, lelaki itu menyapa Mang Tanu yang sedang mengopi di poss Satpam. Tak heran bagi pria paruh baya itu saat melihat Akbar datang sepagi ini, dimana anak lain masih memeluk gulingnya enggan beranjak dari ranjangnya. Lain dengan Akbar yang datang dengan wajah segar setiap pagi, kadang Mang Tanu saja telat membukakan gerbang untuk anak itu karena kesiangan. Hingga Akbar mendapat julukan Malaikat Subuh dari pria paruh baya itu.
"Hah, itu siapa?" tanya Akbar pada dirinya sendiri, saat dari kejauhan melihat ada dua orang gadis tengah berdiri di pintu kelasnya.
"Apa itu, hantu yang belum pulang ya?" tanya nya lagi sedikit takut. "Ah, tapi Akbar ga percaya yang kaya gitu ya Allah," ucapnya meyakinkan diri.
Lelaki itu meneguk ludah, lalu kembali berjalan mendekati dua gadis yang memungguninya. Hingga gadis yang berambut sedada itu merasakan ada seseorang yang mendekatinya, dan memutuskan untuk berbalik, bersama dengan sahabatnya.
"Aaaaaaaaaaa!!!" teriak kedua gadis itu, membuat Akbar menutup telinganya yang berdengung. kaget? Tentu saja, tapi sebisa mungkin Akbar tetap memasang wajah jutek dan tak bersahabat.
"Huh, calon suami gue ngagetin banget," ucap gadis bername tag Azura Aurelia sambil memegang dadanya.
"Gue kira hantu," gadis bername tag Reyna Karisma F. menimpali.
Akbar merotasikan bola matanya jengah, kenapa ia harus di hadapkan dengan dua kuntilanak aneh ini?
"Jadi lo berdua ngapain di sini?" tanya lelaki itu dengan nada sewot.
"Ihh, Akbar ko gitu sih nanya nya! Tau ga sih, kita nungguin lo dari subuh tau," ucap Azura.
"Jadi lo berdua ga solat subuh?" sela Akbar cepat, sebelum Azura kembali bicara nyerocos.
"Udah lah!" seru kedua gadis itu bersamaan. Memang, jika di perhatikan kedua gadis ini seperti kembar. Apalagi dengan gaya rambut dan bentuk tubuh yang hampir sama, hanya saja Reyna sedikit lebih kurus dari Azura dan pipi Azura lebih tembem dari pipi Reyna.
"Jadi lo berdua mau ngapain nungguin gue?" tanya Akbar lagi, sebenarnya ia sudah cukup berkeringat di cuaca dingin pagi ini karena harus di hadapkan dengan dua gadis yang sama sekali ia tak kenali.
"Ihhhh, Akbar! Jangan ketus ketus!" Azura berseru, membuat lelaki itu mengehela nafas panjang.
"To the point aja," pinta Akbar, masih bersabar. "Gue mau masuk kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel's [END]
Ficción General"Ma, Pa... Anak lemah ini membutuhkan kalian," Dari Muhammad Akbar Alteza untuk Mama dan Papa. Akbar. Seperti namanya, Akbar memiliki hati yang besar. Semua orang menganggapnya kuat, menilainya hebat, mereka mengira bahwa Akbar adalah jelmaan Mala...