Akbar |• Empat Puluh Tujuh

1K 62 12
                                    


Siapa nih yang setia nunggu aku up? Huaaa aku minta maaf banyak banyakkk!!

Rekomendasi!!

Coba kalian bacanya sambil dengerin lagu yang "Yiruma-Kiss The Rain" Soalnya aku waktu nulis juga sambil dengerin lagu itu.

Happy reading!

~•|•~

Sunyi.

Kesunyian malam ini membuat sebuah ketenangan tersendiri untuk Akbar. Di balik jaket sedikit tebal, lelaki itu tersenyum sendu. Sakit, benar-benar sakit.

Matanya sesekali melirik ke bawah, disana ada taman rumahnya yang terlihat jelas dari balkon. Sorot matanya terlihat lelah dengan bibir bergetar menahan tangis. Dalam tenang, ingatannya tertuju pada pertengkaran orang tuanya yang mana berhasil membuat dirinya terkejut.

"Kamu kemana aja?!" Tanya Alan pada Bunga yang hanya menunduk di belakangnya.

Posisinya saat itu hanya ada Alan, Bunga, Akbar, Farel, Mario dan Suster Dita.

Bibir Bunga bergetar. Bunga takut, sungguh.

Sang kepala keluarga sore itu benar-benar marah, setelah melihat Akbar pulang dengan kondisi tidak baik-baik saja, serta Suster Dita yang kemudian menjelaskan bahwa dirinya menemukan Akbar berada di bawah pohon besar dan dalam kondisi pingsan. Sontak emosi Alan membeludak seketika. Ditatapnya wajah sang istri yang terlihat polos dan tidak berdosa dengan mata tajam.

"Jawab Bunga! Saya berbicara seperti ini tidak untuk membuat kamu diam!"

"Pah—" Farel sebagai anak tentu saja tidak ingin melihat kedua orangtuanya bertengkar.

"Farel ajak teman kamu ke atas, Dita bawa dan jaga Akbar!" Intruksi yang Alan berikan, sedikit tenang namun menusuk. "Dan kamu, ikut saya!" Tanpa perlu balasan, Alan menarik paksa tangan Bunga untuk mengikutinya.

Mata Akbar menatap terus kemana Alan akan membawa ibunya. Lorong itu?

"Ayo," ajak Suster Dita yang sudah bangkit terlebih dahulu.

Akbar serta Mario dan Farel ikut bangkit, namun bukan untuk naik ke atas dan beristirahat. Akbar justru mengikuti jejak Alan yang membawa pergi ibunya.

"Lo mau kemana?" Tanya Farel. "Bukannya Papa suruh kita ke atas? Lo ga denger?"

"Iya Akbar, mending lo istirahat aja." Mario menimpali.

"Gue pengen tau apa yang bakalan Papa perbuat ke Mama," jawab Akbar, sedikit melirik sang kembaran dengan ekor matanya.

"Lo mau kesana? Lo mau ke tempat yang bakalan bikin trauma lo kambuh?"

"Gue cuma takut Papa nyakitin Mama dan gue gabisa bantu Mama, gue takut Mama kenapa-napa Rel..."

Mereka kemudian terdiam, membuat Akbar membuang nafas pelan. Lalu lelaki itu berjalan dengan kaki bergetar menahan takut, mengikuti arah Alan yang membawa Bunga pergi secara paksa, meski sudah menghilang di balik belokan, tapi Akbar tau kemana arah mereka.

"Mbak susul Akbar, oke? Kamu sama Mario ke atas aja, luka kamu masih basah." Ucap Suster Dita, yang di balas anggukan patuh dari keduanya.

"Mbak, tolong selalu pegang tangan Akbar. Kalo tubuh Akbar mulai ga seimbang, Mbak harus peluk Akbar." Farel memberi pesan.

Suster cantik itu mengangguk, lalu berjalan cepat menyusul Akbar yang sudah jauh beberapa langkah darinya.

"Ada cerita dibalik tempat itu?" Tanya Mario, seketika membuat Farel menoleh.

My Angel's   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang