Akbar |• Tiga Puluh Empat

662 50 1
                                    

°
"Terimakasih sudah mengambil dua peran sekaligus, menjadi penyembuh dan penoreh."

°

Kayak pake koko asli yaaa:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayak pake koko asli yaaa:(

Happy reading! 🧡

~•|•~

Akbarr
08.15 AM

Aku kangen tauuu
08.15 AM

Hari ini aku mau jenguk kamu. Pokoknya kamu harus udah bangun, ya! Supaya nanti pas aku masuk, kamu yang kaget liat aku, bukan aku yang kaget liat kamu. Ehehe
08.16 AM

Seyna tersenyum getir menatap layar ponsel yang menampilkan beberapa pesan yang ia kirimkan pada lelaki itu, yang tentunya tidak akan di baca apalagi di balas. Tapi biarlah. Hari ini Seyna datang.  Tidak lagi membawa sapaket buah seperti hari itu, justru sekarang gadis itu membawa setangkai mawar merah yang sudah hilang baunya, karena sejak tadi terus Seyna hirup.

Dan di sinilah Seyna sekarang, tepat di daun pintu kamar tempat Akbar di rawat. Awalnya Seyna akan datang kemarin siang, tepat saat kabar sakitnya lelaki itu sampai di telinganya. Tapi entahlah, saat itu Seyna benar-benar takut. Takut jika... Ah! Tapi itu tidak mungkin.

Untuk terakhir kalinya gadis itu menghembuskan nafas, lalu mendorong handle pintu.

"Assalamu'alaikum," ucap Seyna. Alan yang sejak kemarin terus terjaga sontak menoleh  terkejut, tapi sebisa mungkin ia menyembunyikannya.

"Waalaikumsalam..."

Meski tidak mengenal Seyna, pria itu tetap menyambut senang uluran tangan Seyna yang hendak menyalaminya. Alan tidak ingin menerka-nerka siapa gadis ini, toh pastinya tujuan dia datang kemari ingin bertemu anak lelakinya.

"Maaf menganggu," dua kata yang Seyna ucapkan tanpa menatap Alan yang kini berdiri di hadapannya.

"Jika terjadi sesuatu, beritahu saya." Alan memberi pesan tanpa mengindahkan ucapan Seyna, yang setelahnya pria itu pergi.

Senyum tipis yang sempat tercetak di wajah manis Seyna karena sikap Alan seketika hilang. Tatkala tanpa sengaja matanya melirik lelaki yang terbaring lemah dengan selang infus yang terhubung pada tangannya. Lalu Seyna mendekat dan menaruh bunga tadi di nakas. Gadis itu mengambil tangan bebas Akbar yang terasa dingin, kemudian menciumnya lama. Mata sembabnya perlahan meredup, ketika wajah tenang itu terus mengobrak-abrik emosinya.

My Angel's   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang