"Ahh.. Aku sangat rindu pada gedung ini.." gumamku saat kembali menginjakkan kaki di pelataran lobby kantor yang masih sepi. Gedung ini, tempatku merasakan bermacam perasaan yang mewarnai hidupku.
Tempatku merasakan asam manisnya dunia kerja, tempatku menetaskan ide-ide gilaku. Tempatku bertemu dua lelaki special yang menghiasi hidupku. Aurors Advertising.
Setelah meninggalkan gedung ini sekitar satu minggu yang lalu aku memang begitu merindukan bangunan ini. Dan kini.. Aku datang.. Mungkin untuk terakhir kalinya..
Aku melewati meja kerja Jasmine yang masih kosong. Ini pasti karna aku berangkat ke kantor lebih pagi. Aku ingin meminta maaf padanya, pasti selama aku tak masuk kerja ia kerepotan menghandle semua pekerjaanku.
Kemudian aku mendekati pintu ruang kerja mas Rezzy perlahan. Aku sedikit khawatir jika harus menatap wajahnya dibalik pintu nanti. Bukan, aku bukannya takut padanya, aku hanya tak tahu harus bersikap bagaimana di hadapannya.
Aku merasa bersalah padanya. Aku bertingkah seolah aku adalah korban paling menderita, dan kini aku malah membuatnya merasa bersalah karna telah mencampakkanku. Tapi padahal akulah yang mempermainkannya. Aku yang membiarkannya jatuh cinta padaku meski kutahu ia telah bertunangan, membiarkan ia harus memilih dan mempertaruhkan pertunangannya, dan kini setelah ia membuat pilihan aku bertingkah seakan aku tak pernah memperkirakan hal ini akan terjadi dan mempersalahkannya karna mencampakkanku. Padahal di atas itu semua aku tak pernah mencintainya, aku hanya terobsesi padanya. Aku tak pernah merasa patah hati karnanya, aku hanya merasa gagal. Itu saja.
Oh.. Aku benar-benar egois!
Tega.. Dan sangat keterlaluan..
klik..
Aku memutar knop pintu di hadapanku dan menemukan ruangan yang tampak kosong. Syukurlah.. Mas Rezzy belum datang..
Aku menuju meja kerja yang hampir satu tahun ini menjadi teman baikku. Ku rapikan benda-benda di atasnya dan meletakan barang-barang pribadiku ke dalam kotak besar yang sudah berada dalam pelukanku sejak tiba di parkiran tadi.
Kemudian aku meletakan selembar amplop berisikan surat di atas meja kerja mas Rezzy.
"Terimakasih banyak, mas.. Untuk segalanya, untuk semua kesempatan dan kebahagiaan yang coba kau berikan. Maafkan aku karna segalanya. Mungkin sebaiknya aku tak pernah masuk ke dalam kehidupan mas.. Maaf.." ucapku pelan. Aku sungguh menyesal..
Sebelum benar-benar keluar ruangan aku berhenti sejenak, menatap meja kerjaku.
Di sana, di salah satu sudutnya mas Radit biasa duduk santai sambil menyesap kopinya.
Di sana, di salah satu sudutnya mas Rezzy biasa duduk santai sambil memainkan bolpointnya.
Di sana, tepat di hadapannya aku memuntahkan semua isi otakku, merangkainya menjadi karya-karya yang membuat kedua bosku berdecak kagum.
Di sana, kekacauan ini di mulai.
Andai saja aku tak pernah dipindahkan kemari, mungkin aku dan mas Rezzy tak pernah terlibat dalam hubungan yang membingungkan seperti ini, andai saja aku tak kemari mungkin mas Rezzy masih menjalani pertunangannya dengan tenang seperti biasa, andai saja aku tak kemari mungkin saat ini aku telah bahagia bersama mas Radit..
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
Любовные романыAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...