Pagi ini entah ada angin apa, tapi rasanya aku begitu semangat pergi ke kantor. Bahkan ini mengalahkan rekor saat pertama kali aku masuk bekerja.
07.05 aku sudah siap bertengger di teras rumahku. Berjalan mondar-mandir sambil sesekali melirik jendela kaca besar di belakangku. Merapikan tatanan rambutku yang memang sudah rapi atau merapikan bolero berwarna baby pink yang kukenakan.
Ini masih terlalu pagi memang. Hari biasanya mungkin aku masih mematut diri di depan cermin atau bahkan masih berjibaku dengan air di dalam bath tub. Hari ini benar-benar extra ordinary!
Tiinn..
Suara pelan klakson mobil yang sedari tadi ku tunggu akhirnya terdengar juga.
Membuyarkan lamunanku tentang kejadian semalam. Tentang duet romantis kami di atas panggung café semalam. Tentang bagaimana para pengunjung bertepuk tangan meriah, melihat kami berpegangan tangan dan saling menatap dalam di atas panggung. Dan kini teman duetku tersebut menjemputku untuk berangkat ke kantor bersama! Oh.. tuhan, bagaimana mungkin aku tidak merasa canggung? tp ya, kuakui memang hal inilah yang membuatku semangat pergi ke kantor pagi ini. Mas Radit menjemputku!
"hai, mas.." sapaku lembut. meski sedikit gugup, aku segera beranjak dari kursiku ketika ia turun dari mobilnya dan melambaikan tangan ke arahku.
"hai, Nya.." balasnya tak kalah lembut disertai senyum manis yang hampir membuat lututku lemas. Ia kemudian berjalan memutari mobilnya dan membukakan pintu mobilnya untukku. Aku tersenyum malu melihat tingkahnya. Entahlah.. mungkin lagi-lagi pipiku tengah memerah saat ini.
Aku berjalan ke arahnya dan membungkukan tubuh seraya melebarkan rok ku kesamping, menghormat ala gadis-gadis kerajaan Inggris abad pertengahan. Dan mas Radit pun tergelak melihat tingkahku.
"Mas Radit, semalam sampai apartemen jam berapa? Pasti malam banget ya, harus mengantarku dulu?" tanyaku akhirnya. Mencoba memulai pembicaraan untuk mengurangi suasana canggung yang menyelimuti kami. Sudah setengah perjalanan berlalu tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir kami.
"mm.. sekitar jam sebelas mungkin.. ah, biasa aja. khan aku yang minta kamu naik mobil aku.. jadi sudah seharusnya aku mengantar kamu" jawabnya lembut sembari mengulas senyum tipis kepadaku.
Dan dapat dipastikan saat itu juga pipiku memerah. aaiiisshh.. pipiku ini benar-benar tidak dapat di ajak kompromi!
"by the way, suara kamu bagus juga loh, Nya.." ucap mas Radit tanpa mengalihkan pandangan dari kendali mobilnya.
"mm.. bagus aja atau bagus banget?" tanyaku usil.
"bagus, bagus, baguuuuusss banget!" jawab mas Radit tak kalah norak. aku tergelak mendengarnya.
"Hahhahahaaa.. mas Radit ih, cocok banget jadi anak alay!" komentarku disela-sela tawaku.
"iiihh masa sii? cuco deh.. rempong!" jawab mas Radit asal. tawaku semakin pecah.
"hahahaaa.. mas Radit ih, apaan sih. geli tau! jangan bilang kalo selama ini mas Radit sekong?!" candaku lagi.
"kamu yakin kamu ga menanyakan pertanyaan yang salah?" tanya mas Radit berubah serius. membuatku mengerem tawaku tiba-tiba dan mengernyit tak mengerti.
"ha? salah? apanya? ah, jangan bilang mas Radit tersinggung?!" tanyaku bingung.
"engga. tapi itu sama saja kamu meragukan kejantananku" ucapnya sambil perlahan menepikan mobilnya.
"dan itu berarti pula kalau kamu memaksa aku untuk membuktikannya" ucapnya kemudian sembari melepas seatbeltnya dan mencondongkan wajahnya ke wajahku. Ia menatapku serius. sama sekali tak ada mimik usil yang biasa ditunjukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
RomansaAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...