Another Love (4)

6K 54 5
                                    

Sepulang kantor aku dan mas Radit berjalan bersama ke tempat parkir, bersiap pulang bersama. Aku kemudian berjalan ke arah mobil merah yang kubeli dua bulan yang lalu.

"maksud kamu kita akan pisah mobil? kamu pikir aku mau berhenti di setiap tikungan untuk menunggumu dengan kecepatan kamu yang lambat dalam menyetir?" tanya mas Radit kepadaku yang sudah berdiri disamping mobilku.

"lalu? Apa aku harus meninggalkan mobilku di sini?" tanyaku bingung.

"ah.. jangan bilang kalau kamu takut mobil barumu ini dicuri! Ah.. Vanyaa.. aku tahu mobil kamu baru, sehingga kamu ga sanggup meninggalkannya sendiri. Tapi tenang saja, khan ada pak Darmo. Dia satpam yang handal kok, van.." ucap mas Radit geli.

"iihh.. bukan itu maksudku, mas. Lalu besok pagi aku harus berangkat naik apa?" sergahku tak terima. Sebal karna lagi-lagi mas Radit menggodaku.

"ya.. ya.. baiklah.. besok pagi ku jemput. Cepat naik ke mobilku" ucapnya singkat namun berhasil menumbuhkan seulas senyum di wajahku.

Ternyata Mas Radit membawaku ke sebuah cafe di kawasan Jakarta Kota. Sambil menatap takjub indahnya pemandangan gedung-gedung tua yang berhiaskan lampu neon yang berwarna-warni, aku membiarkan mas Radit memesankan makanan untukku.

"gimana? Bagus ga?" tanya mas Radit mencoba membaca ekspresiku. Aku pun mengangguk riang sambil tersenyum.

"aku belum pernah lho ke Kota malam hari. Ku pikir pasti menyeramkan, mengingat gedung-gedung ini mungkin sudah berusia lebih dari satu abad. Ternyata indah ya.." ucapku takjub. Mas Radit pun tersenyum puas mendengar jawabanku.

Kami kemudian menyantap makanan di hadapan kami selagi hangat.

Cafe itu menampilkan live performence seorang penyanyi wanita. Aku menikmati suaranya yang indah dan penampilannya yang menarik.

"cantik ya?" ucapku mengagumi.

"siapa? Kamu?" tanya mas Radit bingung.

"bukan. Penyanyi itu.." ucapku sambil tetap menatap perempuan berambut panjang di atas panggung itu. Mas Radit pun menoleh sejurus dengan arah pandangku.

"biasa saja" komentarnya singkat kemudian kembali menyantap pastanya.

"ih cantik begitu.. mas Radit nih, aku aja yang perempuan bisa bilang dia cantik. masa mas Radit yang laki-laki ga menganggap dia cantik?! jangan-jangan mas Radit..."

"cantikan kamu" potongnya cepat.

aku terdiam. tak sanggup meneruskan kata-kataku.

"haha gombal!" jawabku akhirnya. mencoba menutupi rasa gugup yang menderaku. dan ia hanya tersenyum mendengarnya.

kami sedang berbincang-bincang ketika penyanyi itu menawarkan kepada para pengunjung yang ingin menyumbangkan suaranya di atas panggung. Tiba-tiba aku mendapat ide untuk menjahili mas Radit.

Aku melirik mas Radit yang sedang sibuk menghabiskan minumannya dengan tatapan usil. Ia tampak tak mendengar perkataan penyanyi itu. Aku segera menggenggam tangan mas Radit. Dan membuat mas Radit tertegun menatapku.

Kemudian aku mengangkat tangan mas Radit ke atas. Mas radit menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya, sementara aku lagi-lagi hanya tersenyum usil.

Penyanyi itu menatap mas Radit yang sedang mengacungkan tangannya. Ia kemudian memanggil mas Radit ke atas panggung. Masih dengan wajah bingung mas Radit kupaksa naik ke atas panggung.

Part of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang