Prestasiku di kantor semakin gemilang, hingga kini sudah empat tender bernilai ratusan juta yang kumenangkan. Aku pun kini menjadi primadona kantor, bukan karna penampilan fisikku namun karna prestasiku.
Ini menyenangkan! Semua orang di kantor kini mengenalku, dari satpam sampai direktur. Dari divisi produksi hingga maketing.
Dan tentu saja itu semua berkat campur tangan mas Radit. Ya, dia orang yang sangat berjasa dalam hidupku.
"selamat, Vanyaaa! Kamu benar-benar hebat! Aku selalu tahu kamu bisa sehebat ini" puji mas Radit membuat wajahku spontan memerah.
Aku tersenyum malu sembari menutupi wajahku dengan kedua tangan. Mas Radit tertawa geli melihat wajahku yang memerah.
"jadi itu betul, setiap kali malu, marah atau pun menangis wajah kamu seketika blushing?" tanya mas Radit di sela-sela tawanya. Wajahku pun semakin memerah dibuatnya.
"aaahh.. mas Radit!" ucapku sambil memberengut dan berpura-pura marah. Kemudian berjalan pergi meninggalkan mas Radit yang tertawa semakin keras melihat reaksiku.
Ia pun berteriak di balik punggungku yang semakin menjauh
"aku tunggu di parkiran ya, ini pantas kita rayakan!" aku hanya menggelengkan kepala tanpa menoleh.
Mas Radit pun menambahkan
"aku yang traktir deh.." dan masih tanpa menoleh, aku kemudian menganggukan kepala cepat. Lagi-lagi mas Radit tertawa geli, dan aku hanya tersenyum tanpa sepengetahuannya sambil terus berjalan memunggunginya.
Kali ini mas Radit membawaku ke restoran mewah di sebuah hotel yang memang terletak tak terlalu jauh dari kantor kami.
"waw.. ini ga terlalu berlebihan mas?" tanyaku merasa tak enak.
"sudah kubilang kamu pantas dapat ini. Sejak tender pertama kamu kita belum pernah merayakan khan? Nah, anggap saja ini gabungan empat traktiran yang menunggak" jawab mas Radit santai.
Seorang pelayan menyambut kami dan mengantarkan kami ke sebuah meja dengan sepasang kursi. Kami kemudian duduk setelah pelayan itu menarikan kursi untuk kami.
"lagi pula, kamu tahu tidak? Tender yang kita menangkan barusan
bernilai lima kali tender yang kamu menangkan sebelum-sebelumnya! Dan kamu berhasil menangani proyek ini dengan memuaskan! Jadi kalau aku teraktir seperti ini tentu tak berlebihan donk.." tambahnya dengan senyum manis ketika kami selesai memberikan pesanan pada pelayan.
"ah, ini semua bisa berjalan lancar khan karna kerja seluruh tim, mas. Bukan Cuma aku.." ucapku dengan pipi yang lagi-lagi memanas.
"iya, tapi kalo bukan kamu tender ini mungkin ga jadi milik kita" jawabnya lembut.
"tapi terima kasih sekali ya mas, ini semua berkat mas Radit. Aku ga akan ada di sini sekarang tanpa mas Radit. Sejak awal yang menawarkan pekerjaan ini adalah mas Radit, yang membantuku beradaptasi, membantuku merancang konsep hingga lembur, bahkan yang menghentikan kegugupanku sesaat sebelum presentasi pun adalah mas Radit! Oh.. aku benar-benar ga tahu apa yang terjadi kalau mas Radit ga pernah ada dalam hidupku. Terima kasih banyak ya, mas.. aku sangat berterima kasih" tuturku tulus.
Mas Radit tersenyum hangat dan menatapku bahagia. Senyuman ini berbeda dengan senyum usilnya yang segera lahir beberapa detik kemudian.
"jadi sekarang kamu mau bilang kalau kamu benar-benar membutuhkan saya?" tanyanya dengan nada sombong yang dibuat-buat. Aku mengangguk sambil tersenyum.
"jadi sekarang kamu mau bilang kalau kamu bersyukur karna tuhan telah mengirimkan saya untuk memasuki hidup kamu?" aku mengangguk lagi.
"jadi sekarang kamu mau bilang kalau kamu benar-benar mengagumi saya dan memutuskan untuk menjadi penggemar saya?" aku mengangguk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
RomanceAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...