Derrtt.. derrttt..
Smartphone ku bergetar. Sebuah notifikasi dari akun twitter ku. Kututup buku diaryku dan segera meraih ponselku tersebut.
Aku tersenyum menatap avatar seorang lelaki berkacamata yang menulis sebuah tweet dengan mentioning akun ku.
@VanyaVicka jangan lupa besok pukul 8.. awas ya kalau terlambat, gaji potong 50%! :D
aku menekan tombol reply dan membalas,
@radityawasta sip, bos! dan kalau tidak terlambat? Bonus 50% kayaknya boleh juga.. hehe
Tak lama kemudian lawan bicaraku me-retweet dan membuatku membacanya sambil tertawa terpingkal-pingkal di atas kasur.
*pura-pura mati* RT @VanyaVicka: @radityawasta sip, bos! dan kalau tidak terlambat? Bonus 50% kayaknya boleh juga.. hehe
Aku lantas memutuskan untuk tidur lebih awal, bersiap untuk menghadapi hari hebat yang akan kuhadapi esok.
Huf..
ini hembusan napas panjangku yang ke tujuh kali semenjak aku tiba di depan sebuah bangunan lima lantai yang memiliki arsitektur modern ini. Di depan pintu kaca otomatisnya tertulis Aurors Advertising. Rasanya begitu gugup menatapnya. Aku berulang kali menghirup napas panjang agar irama detak jantungku melambat.
Ini hari pertamaku bekerja! Wow..
Ya, sebenarnya ini baru hari pertamaku briefing. Aku ditawarkan pekerjaan ini oleh seseorang yang ku kenal di internet.
Memang agak mencurigakan kedengarannya, aku pun tak begitu saja percaya. Tapi ternyata dia berhasil meyakinkanku.
Mulanya ia menerangkan bahwa ia seringkali membaca berbagai artikel di blog pribadiku. Ia juga seringkali membaca berbagai artikel yang ku buat di berbagai website.
Menurutnya tulisanku menarik, dan ia suka gaya penulisanku. Karna sejak menginjak semester 3 di fakultas komunikasi aku memang menjadi seorang freelancer, tepatnya script writer freelance. Tulisan-tulisanku sudah melanglang-buana di dunia cyber. Begitu mengetahui bahwa aku sudah tinggal menunggu wisuda, ia segera menawarkan pekerjaan ini.
Ia kemudian memperkenalkan dirinya sejelas mungkin. Ia tak hanya memberikan alamat emailnya, ia bahkan memberikan username beberapa akun jejaring sosialnya mulai dari ym, facebook, twitter dan blog pribadinya. Ia melakukan itu agar aku yakin kalau dia bukan penipu dan aku bisa lebih mengenalnya. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan profile perusahaannya. Website resminya pun ada.
Kemudian barulah ia menawarkan job vacancy ini. Dan setelah aku pikir-pikir, tentu saja aku mau! Haha.. Lagipula ini memang pekerjaan yang sedang ku nanti-nantikan, tak ada salahnya mencoba. Selagi pihaknya tak meneguk keuntungan sepihak dan tidak merugikanku, mengapa tidak?
Setelah proses wawancara by email, aku resmi di terima. Ya, aku pun berpikir ini terlalu mudah rasanya. Mereka begitu mempercayaiku hingga merasa tak perlu menginterview secara tatap muka. Ah.. senangnya..
“selamat pagi, saya Vanya Delvicka.. saya sudah janji briefing dengan mas Radit pagi ini” ucapku ramah pada perempuan yang duduk di balik meja resepsionis. Ia pun tersenyum hangat padaku.
“oh.. ya, selamat pagi. Anda sudah di tunggu mas Radit di ruang rapat. Silahkan, Mari saya antar..” perempuan itu bertubuh tinggi semampai, aku sedikit minder dibuatnya. Padahal aku sudah mengenakan sepatu berhak tinggi. Tapi tetap tidak cukup membantu.
Kami berdua masuk ke dalam lift, dan perempuan itu menekan tombol 2. Detik selanjutnya kami sudah tiba di lantai dua. Berbeda dengan lantai satu yang didominasi dengan warna-warna hangat dan ceria, sebagian besar funiture serta dinding di lantai dua ini berwarna silver dan diapis dengan sejenis bahan metal atau alumunium.
“silahkan..” ucap perempuan itu seraya membukakan daun pintu sebuah ruangan. aku menjawabnya dengan senyum dan anggukan.
Aku menghentikan penjelajahan mataku dan mengalihkannya pada seseorang yang bangkit dari tempat duduknya seraya tersenyum ketika aku memasuki ruangan. Aku langsung mengenali wajahnya. Ia laki-laki yang sudah dua bulan ini berbincang denganku lewat berbagai forum di internet.
Mas Radit..
“selamat datang..” sambutnya dengan senyum merekah, membuat sepasang lesung dipipinya terlihat. Ia bertubuh cukup tinggi dengan penampilan yang terkesan sangat bersahaja. Persis seperti yang ku bayangkan.
“terima kasih, perkenalkan.. nama saya Vanya Delvicka” aku mengucapkannya se-ramah dan se-sopan mungkin seraya mengangsurkan tangan kananku, mengajak berjabat tangan. Ia pun menerimanya dengan segera.
“ya, saya rasa kita memang perlu berkenalan secara resmi. Perkenalkan, saya Raditya Wasta Atmadja..” ucapnya dengan senyum yang lebih lebar. Sepertinya ia meledekku karna aku mengajaknya berkenalan lagi. Sikapnya sama seperti yang selama ini ia tunjukan di dunia maya, begitu ramah.
Setelah itu sesi perkenalan berlanjut pada tiga orang lainnya. Mba Lita si sekretaris dengan tatanan rambut dan pakaian yang sangat rapi plus kacamata berframe biru gelap, mas Jerry si HRD dengan rambut belah pinggirnya yang klimis, serta mba Bella si manager produksi dengan rambut ikalnya yang sangat cantik. Sementara aku si script writer yang dinaungi langsung oleh manager creative, Radit.
Detik berikutnya mereka menjelaskan serba-serbi tentang perusahaan secara bergantian, mulai dari visi, misi, profile lengkap hingga berbagai contoh iklan yang telah mereka hasilkan. Briefing berhenti sejenak ketika jarum jam telah menunjukan pukul setengah satu siang.
“Kita istirahat makan siang dulu, ya.. briefing dilanjutkan pukul 14.00” ucap mba Lita menutup acara
Aku kemudian melangkah keluar ruangan mengikuti rekan-rekan lainnya. Memasuki lift yang sama dengan mereka, namun ternyata tak langsung turun. Mereka naik ke lantai tiga. Sementara aku menatap bingung tombol-tombol di pinggir pintu lift itu.
Haruskah aku mengikuti mereka? Atau aku langsung saja turun ke lantai satu?
Mas Radit menatapku sambil tersenyum, seakan membaca pikirinku. Ia lantas berkata “kamu ikut ke atas juga ya, akan ku tunjukan ruangan kita dan ku perkenalkan pada rekan yang lain” aku menjawabnya dengan anggukan seraya tersenyum.
Mas Radit menghentikan langkahnya pada satu bilik di dekat jendela ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Ia pun permisi untuk menjawab teleponnya dan meninggalkanku di bilik kosong itu.
Aku memperhatikan sepasang meja dan kursi serta sebuah komputer dengan layar LCD ketika tiba-tiba mba Bella yang tadi bersamaku di ruang rapat datang menghampiriku dan mengajakku makan siang bersama.
“perkenalkan, ini Rezzy.. Direktur sekaligus sahabat saya..” ucap mas Radit kepadaku ketika kami telah kembali ke ruang meeting untuk melanjutkan briefing seraya memperkenalkan lelaki super tinggi dan super tampan yang kini telah berdiri di hadapanku.
Ia menjabat tanganku seraya tersenyum tipis. Tanganku seperti tenggelam dalam genggaman tangannya yang besar.
Membuatku meringis menatap tanganku sendiri yang mungil dengan jari-jari pendek dan kulit yang menurutku berwarna creme. Karna aku tak rela meyebutnya coklat, apalagi hitam! Sungguh kontras dengan tangannya yang besar dengan jari-jari panjang dan kulit yang putih. Aku mengira bahwa ia pasti blasteran indonesia dan bangsa eropa atau amerika.
Briefing berakhir tepat pukul 16.30, kini aku telah benar-benar mengerti posisiku dan tugasku di perusahaan ini.
Tugasku merupakan yang paling krusial. Aku harus membuat alur cerita iklan yang menarik dan rancangan kasar tentang konsep desain atau pengambilan gambar yang sesuai dengan alur cerita. Dan jika kami berhasil memenangkan tender lewat presentasiku pada calon klien, maka semua proses pembuatan iklan dan pengiklanan baru mulai berjalan.
Jadi aku harus berdiri di titik start dan menyampaikan tongkat estafet kepada bagian lain sesuai imajinasi cerita dan konsep yang telah kubuat. Ini benar-benar sulit!
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
RomanceAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...