drrrrrttt... drrrrttt...
drrrrrttt... drrrrttt...
hhhmmmm.. aku menggumam seraya meraba-raba selimut tebalku, mencari sumber getaran yang sangat mengganggu tersebut.
Aku menaikan sebelah alisku dan mengangkat kelopak mataku dengan berat. Aku mengernyit menatap nama yang tertera di. layar ponselku.
Heartless Boss
haaahhh.. bos kejam ini! apalagi yang ia inginkan?! apa ia belum puas menyiksaku?!
"yaa? ada apa bos?" tanyaku malas dengan suara berat khas orang bangun tidur.
"Vanya! kamu di mana? Ini sudah hampir pukul sepuluh!" ucap suara di seberang dengan nada kesal yang kentara.
"aku? di rumah.. Ini khan sabtu, mas??" tanyaku bingung. Kini satu persatu nyawaku serasa mulai berkumpul. Namun kesadaranku belum sepenuhnya pulih.
"aku tahu, tapi sudah kukatakan kalau pagi ini kita harus bertemu klien di lobby hotel Borobudur" jawab Mas Rezzy dengan suara gemas.
Aku mengerutkan dahiku, mencoba berpikir. Benarkah? kapan ia mengatakannya?
Detik berikutnya rentetan kejadian berputar kembali di kepalaku. Semenjak kami "berbaikan" tempo hari, sikapnya benar-benar berubah. Ia tak lagi jarang bicara kepadaku dan tak mau menyebut namaku. Sebaliknya ia terus menerus menyebut namaku dan menyuruhku macam-macam.
"Vanya, tolong kamu handle meeting kita dengan PT. Denarta Satya Makmur sore ini. Pinta Radit dan Bella untuk turut serta. Karna saya masih harus bertemu dengan komisaris PT. Neosakti"
"baik, mas.." jawabku mengerti. Hampir saja aku membalikkan tybuhku ketika ku dengar ia kembali berkata,
"Dan Vanya, jangan lupa untuk make sure ke Bella bahwa produk iklan Neosakti bulan depan sudah siap tayang dan saya minta laporan sudah sampai di mana prosesnya. Dan segera letakkan di meja saya siang ini. karna saya butuh laporan tersebut untuk meeting sore nanti"
"ba.." belum sempat aku menamatkan kalimatku, ia sudah memotong dengan instruksinya yang lain.
"Ohya, Vanya. tolong pinta Jasmine agar mengatur ulang janji dengan PT. Satya Bakti Jaya. Saya rasa meeting nanti akan berlangsung hingga malam"
Aku hanya mengangguk paham. Aku tahu, ia masih belum selesai bicara.
"dan untuk kamu, Vanya. Tolong siapkan bahan-bahan lain yang kiranya harus kubahas nanti sore"
"ya, mas. Baik. Ada lagi mungkin yang lainnya?" tanyaku dengan wajah yang seakan berkata "ayo, ngomong aja mas.. ngomong.. sekalian aja lo nyuruh gue nyapuin ruangan lo!" haha benar-benar mengerikan memang manusia satu ini.. tidak tanggung-tanggung memberi perintah! Beruntung ia mendapat sekretaris cerdas sepertiku yang sekali dengar langsung paham. Coba kalau tidak, bahkan untuk mencatat saja mungkin tidak akan sempat.
"sementara cukup" ucapnya seraya mengulum senyumnya yang sungguh amat sangat tampan meskipun dikulum! aaaaahh.. menyebalkan.. Sikapnya ini membuatku merasa lemah dan terperdaya! Seakan-akan ia sengaja mengeluarkan jurus saktinya ini untuk membuatku luluh dan menuruti perintahnya dengan senang hati.
isshh benar-benar bos kejam!
Menjadikan ketampanannya sebagai senjata untuk menyiksaku..
Dan seingatku hal seperti itu tak hanya sekali terjadi, tapi berkali-kali sepanjang hampir satu bulan ini.
Ia terus saja memanggilku "Vanya, tolong..." atau "Vanya, jangan lupa.." atau juga "Ohya, Vanya.." atau mungkin "Vanya, bisakah kamu.." yang intinya adalah memberi perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
Любовные романыAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...