What a Wonderful You Are..

4.9K 52 14
                                    

Dear Diary, Happy Saturday!

Aku bingung.. bingung bangeeett.. Semenjak kejadian tempo hari di Bogor, hidupku terasa berubah drastis seiring dengan berubahnya sikap kedua bosku yang aku sayangi. Ah itu pun kalau boleh kusebut sayang. Karna hingga detik ini aku masih belum dapat mendefinisikan perasaanku pada mereka.

Semenjak kejadian malam itu, Aku dan mas Rezzy semakin dekat. Ia memperlakukanku seperti seorang kekasih. Hubungan kami tidak lagi seformal antara Direktur dan sekretarisnya. Meskipun aku sendiri sebenarnya belum yakin juga tentang status hubungan kami. Tapi tetap saja aku senang, senang sekali.. Rasanya ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri setiap kali ia membelai lembut pipiku, membukakan pintu untukku, mengantar-jemputku, menggenggam erat tanganku, dan sesekali mengecupku. Aaaaaahhh.. Aku benar-benar bahagia!

Namun, di sisi lain perubahan sikap mas Radit juga membuat hatiku pilu. Rasanya sangat sakit harus melihatnya menghindari tatapanku, berjalan melewatiku begitu saja, bahkan aku juga tak pernah lagi melihat tweet-tweetnya yang lucu di twitter. Entah mengapa aku sangat sedih dan merasa bersalah padanya. Apalagi setiap kali aku tengah bersama mas Rezzy dan kebetulan bertemu dengannya, rasanya aku benar-benar merasa bersalah!

Tapi bagaimana lagi, aku masih tak dapat bicara padanya. Selain aku sendiri tak tahu apa yang harus kubicarakan padanya, juga karna setiap kali melihatnya saja dadaku terasa begitu berdebar, perutku terasa mulas, kakiku lemas dan semua gejala aneh lainnya! Aku tak mengerti mengapa aku bisa mengalami gejala aneh seperti ini, yang jelas ini bukan gejala epilepsi khan? haha

Drrrrtttt... drrrrttttt...

Aku meraih ponselku dan berjingkrak gembira menatap nama di layarnya. Mas Rezzy!

"haloo.." sapaku riang begitu ku-drag gambar telepon hijau di layarku.

"hai,kamu lagi apa?" tanyanya lembut.

"lagi.. nulis diary.. hehe" jawabku sedikit malu-malu.

"hah? nulis diary? ya ampuuun.. kamu kaya anak SMP deh.." ucapnya tergelak.

"iiihh.. biarinn.. khan biar diary itu jadi saksi hidup aku.. Aku suka nulis diary, karna aku bisa dengan bebas menumpahkan segala perasaanku tanpa harus ditutupi atau merasa tak enak pada orang lain. Aku bisa menulis dengan jujur" tuturku.

"lalu.. kamu sedang nulis apa? pasti tentang aku!" ucapnya percaya diri.

"hahahaaa.. pede banget ih mas Rezzy.. males deh.." candaku.

"haha.. gapapa.. ngaku aja.." desaknya diserta tawa.

"enggaaaa.. aku khan ga boleh bohong.." ucapku dengan nada sepolos mungkin.

"hahahahaaaa.." ia tergelak mendengar candaanku.

"ya sudah, cepat turun.. aku sudah di depan rumahmu" ucapnya ringan, membuatku terlonjak dari atas tempat tidurku dan segera berlari ke balkon kamarku,

"ya ampun! kenapa mas baru ngomong sih?" ucapku terkejut saat menatapnya tengah bersandar di pintu mobilnya yang tertutup.

"kok mas ga bilang-bilang sih kalau mau datang?" tanyaku seraya meletakan dua gelas bening berisi jus apel dingin ke atas meja batu di salah satu sudut halaman belakangku.

Part of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang