Nama Yang Lain.. (2)

6.9K 68 5
                                    

Hari ini hari pertamaku resmi bekerja sebagai pegawai, aku sudah stand by di bilik kerjaku saat tiba-tiba ku dengar suara teriakan

“tolong segera ke ruangan saya!” yang ternyata adalah ucapan laki-laki bertubuh tinggi pada seorang perempuan yang duduk di salah satu bilik tepat di depan ruangannya.

Ih.. laki-laki ini.. tidak bisakah ia berkata dengan lebih ramah? Ternyata mas Rezzy itu direktur yang sangat galak! Bahkan terhadap mba Lita, sekretarisnya sendiri. Sepertinya aku harus menghindari kontak langsung dengannya..  ucapku membatin

Perempuan itu bangkit terburu-buru dari kursinya dan menjatuhkan beberapa lembar kertas diantara tumpukan kertas yang ada digenggaman tangannya.

Hampir saja aku berdiri dari kursi baru ku untuk memungut kertas-kertas yang jatuh di lantai tanpa sepengetahuan wanita itu, ketika seseorang memanggil namaku.

            “Vanya?” aku spontan menoleh ke asal suara dan mendapati mas Radit berdiri di samping bilik kerjaku.

            “siapa bilang kamu akan bekerja di sini?” ucap mas Radit dengan nada ketus.

            “apa?” tanyaku bingung. Bingung dengan pertanyaan mas Radit serta bingung dengan sikapnya kepada ku. Lelaki berkacamata itu kemudian menyunggingkan senyum usil.

            “iya, kamu bukan kerja di sini. Tapi kamu akan kerja di ruangan saya.. ayo, ikut..” aku tersenyum malu dan merasakan pipi ku memanas. Pasti pipi ku kini memerah karna malu.

Memang benar, siapa yang bilang kalau ini adalah bilik kerjaku? Kemarin mas Radit memang meninggalkanku di depan bilik ini, tapi ia tidak mengatakan apapun. Dan lagi ia meninggalkanku karna harus menjawab telepon.

Lagi-lagi aku tersenyum malu saat menyadari kebodohanku itu. Aku meraih tas ku dengan segera dan mengikuti langkah-langkah panjang mas Radit menuju ruangannya.

            “nah, di sinilah kamu akan bekerja dengan tim saya..” jeng.. jengg.. terdapat lima buah meja dan kursi di ruangan itu, tiga diantaranya telah dihuni oleh tiga orang laki-laki. dan aku menebak, satu meja dengan posisi berbeda itu pasti milik mas Radit. Dan itu artinya aku satu-satunya perempuan di divisi ini?? Oh, no!

Sontak tiga lelaki yang tengah berhadapan dengan monitornya masing-masing itu beralih memandangku. Mas Radit mempersilahkanku masuk dan memperkenalkan mereka satu per satu.

            “ini Ega, dia script writer sama seperti kamu. Mulai sekarang kalian jadi partner, ya..” ucap mas Radit menunjuk seorang lelaki berkemeja merah tua dan dasi hitam. Lelaki itu tersenyum pada ku.

            “hai, Vanya.. sepertinya kita pernah bertemu?” aku tersenyum, kemudian mengerutkan dahi.

            “benarkah?” tanyaku bingung.

“tapi di mana ya? Ah.. ya! Aku ingat, pasti kamu bidadari yang muncul di mimpiku semalam!” mereka semua tertawa. Lalu mas Radit menerangkanku yang masih terkejut

            “tidak usah didengarkan, dia memang seperti itu” aku tersenyum mengerti. Laki-laki bernama Ega itu tersenyum usil kepada ku. Lalu aku menjawab asal

            “ya, aku ingat! Bukankah anda lelaki yang duduk di sebelahku di busway tadi?” mereka semua tertegun, termasuk Ega.

            “oh.. jadi benar kita pernah bertemu? Tapi pagi tadi rasanya seorang nenek yang duduk di sebelahku..” ucap lelaki yang bernama Ega itu mencoba mengingat-ingat. Dan yang lainnya pun tampak tertegun.

Part of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang