"Selamat pagi, cantik.." sapa suara berat yang begitu kukenal tersebut.
Kuangkat kedua kelopak mataku yang berat, dan saat itulah sinar mentari yang begitu cerah menyambutku. Namun sinar cerah itu tertutupi oleh sinar indah yang memancar dari senyum di wajah lelaki itu. Mas Radit..
Ia duduk di tepi tempat tidur di samping tubuhku dan menyentuh keningku dengan punggung tangannya.
"Syukurlah, panasmu sudah reda.. Apa kamu masih pusing?" tanyanya lembut.
Ku gelengkan kepalaku seraya tersenyum tulus.
"Ah Syukurlah.. Kamu sarapan dulu ya, aku sudah buatkan sarapan spesial untuk kamu.." ucapnya seraya mengangkat mangkok berisi makanan yang masih mengepul di meja kecil samping tempat tidurku. Aku tersenyum menatap senyumnya yang begitu bahagia.
Mas Radit.. Mengapa kau begitu baik padaku?
Aku heran, apa yang dilakukan ibunya saat mengandung lelaki ini? Mengapa hatinya begitu lembut seperti ini?
Ia membantuku duduk bersandar di tempat tidur dan mengganjal punggungku dengan bantal.
Ia menatap mataku dalam. Aku dapat merasakan pancaran cinta yang begitu tulus dari matanya. Tatapannya membuatku benar-benar nyaris meleleh..
Kemudian sambil terus memandangi wajahku, ia merapikan anak-anak rambut disekitar wajahku dengan lembut tanpa berkata apapun, dan hal itu membuatku sedikit canggung.
"Aku berantakan banget ya, mas?" tanyaku tak percaya diri sambil merapikan rambutku yang memang sudah tak beraturan lagi.
"Engga kok.. Kamu cantik.." ucap Mas Radit seraya kembali merapikan anak-anak rambut di dahiku. Dan seperti biasa pujian Mas Radit selalu sanggup membuatku tersipu malu.
"Mas Radit ih, serius.. Aku mau ke toilet dulu aja mas.." ucapku seraya mulai beranjak.
"Ssstt... Sarapan dulu, Vanya.. Perut kamu kosong sejak kemarin. Kalau kamu mandi sebelum perut kamu terisi, kamu bisa sakit lagi.. Ini saja belum sembuh betul.." Ucapnya seraya menahan tubuhku dan mendudukanku kembali di tempatku semula. Dan aku hanya dapat pasrah ia perlakukan seperti seorang pasien rumah sakit.
Ia mulai menyendokan bubur hangat dalam mangkok ditangannya dan menyuapinya ke mulutku.
"ouch.." ucapku refleks ketika bubur yang ternyata masih panas tersebut menyentuh bibir bawahku.
"Oh.. Maaf, masih panas ya?" Tanya mas Radit panik dan segera mengangsurkan susu coklat di cangkir yang juga masih panas.
"Itu masih panas juga, mas.." ucapku saat menatap asap yang masih mengepul dari dalam cangkir.
"oh ya ampun, maafkan aku sayang.. Biar kuambilkan air mineral untukmu" ucapnya merasa bersalah seraya mulai beranjak dari pinggir tempat tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
RomanceAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...