BAGIAN 52: Solusi Move On

2.3K 174 26
                                    

Reina mengernyit ketika cahaya matahari terasa menerobos masuk lewat celah jendela kamarnya. Dia meregangkan seluruh otot tubuhnya sembari menguap lebar. Gadis itu membuka mata dan ia tersadar jika kondisi di luar sudah terang benderang.

Mata lebarnya ia lirikan pada sebuah jam weker di atas nakas, pukul 08.30 WIB. Astaga! selama itu Reina tertidur? setelah semalaman ia menghabiskan waktunya untuk belajar hingga larut. Ya, persiapannya untuk menjalani UTBK harus matang bukan?

Tangan mulus Reina bergerak-gerak di atas nakas. Mencari benda pipih berwarna rosegold miliknya. Ya. Sudah menjadi rutinitas remaja jaman sekarang, hal pertama yang mereka cari setelah bangun tidur adalah ponsel. Seolah mereka tidak bisa jauh dari benda pintar itu barang sedetik saja.

Reina menyalakan ponselnya. Membuka beberapa aplikasi sosial media untuk mengecek pemberitahuan yang masuk. Selang beberapa lama kemudian, helaan napas kasar terdengar keluar dari mulut Reina. Nyatanya dia tidak mendapat satu notifikasi apapun. Semua akun sosial medianya sepi.

Jari lentik Reina bergerak mengklik roomchat-nya dengan Alaric. Tidak ada satupun pesan yang dikirimkan lelaki itu. Pesan terakhir yang Alaric kirimkan kepadanya masih terlihat pesan yang kemarin siang.

Setelah kejadian seminggu lalu, jangan harap Alaric berubah. Lelaki itu tetap menjadi sosok Alaric yang datar dan cuek. Tidak ada sapaan selamat pagi, selamat malam, selamat tidur, atau perhatian-perhatian kecil lainnya yang Reina terima.

Terkadang Reina berpikir, apakah orang yang seminggu lalu bersama dirinya itu benar-benar Alaric atau bukan? Karena Reina takut saat itu Alaric tengah kerasukan setan, sehingga sikapnya sedikit berbeda hahaha.

Oke. Lupakan tentang pikiran absurd Reina. Mari beralih sejenak, karena sekarang gadis itu tengah menatap profil whatsapp Alaric.

Last seen today at 05.13

Lagi-lagi Reina menghela napas panjang panjang. Sepertinya dia harus benar-benar bersabar dengan sikap Alaric. Ia harus bisa memahami bahwa kehidupan Alaric itu bukan tentang dirinya saja. Oke, tak apa. Reina tidak butuh ucapan selamat pagi dari Alaric.

Menyimpan kembali ponselnya. Reina bangkit dari kasur. Ia bergegas memasuki kamar mandi untuk mandi pagi agar tubuhnya terasa lebih segar tentu saja. Dan sepertinya berendam di bathub akan membuat pikirannya jauh lebih baik.

* * *

"Gue tahu emang nggak mudah, Al. Tapi hidup harus terus berlalu. Lo nggak bisa terus-terusan stuck sama Alissa," Zafran berujar. Ketiganya tengah berada di Apartemen Alaric saat itu.

"Yap. Life must go," Mahessa yang sedang sibuk memakan camilannya menimpali.

Zafran menyetujui perkataan Mahessa. Lelaki itu bergerak mencomot keripik kentang di pelukan Mahessa.

"Gue ngerti sih 5 tahun emang bukan waktu yang sebentar, dan gue akui juga perjuagan lo selama itu nunggu Alissa emang patut diacungi jempol. Tapi sekarang kondisinya udah berubah bro. Alissa udah punya anak dan suami. Dia udah bahagia dengan keluarga kecilnya. Sedangkan lo?" Zafran berucap sinis. Membuat Alaric menatap tidak suka ke arahnya.

"Lo juga perlu bahagia, Al. Tapi nggak mungkin dengan Alissa. Emangnya lo mau nunggu berpuluh-puluh tahun lagi sampe Alissa cerai sama suaminya? Nggak kan. Udah lupain Alissa. Masih banyak stok cewek lain di luaran sana. Lagian lo juga udah punya tunangan kan?"

"Mudah lo ngomong gitu," ujar Alaric. Ya. Berbicara memang mudah, karena di bagian mempraktekan seringkali terasa jauh lebih sulit, sama dengan melupakan, hal yang paling sulit Alaric taklukan.

Story of Reina [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang