Reina masuk ke dalam mobil Alaric dengan sedikit berlari. Gadis itu terlalu betah mandi hingga melupakan Alaric yang sudah menunggunya lama. Reina bahkan baru sadar Alaric menunggu ketika lelaki itu menggedor pintu kamar mandinya dengan tak sabaran.
Reina duduk dengan gelisah di samping Alaric. Sejak Reina masuk Alaric tidak mengucap sepatah kata apapun, membuat Reina memiliki perasaan tak enak terhadap cowok itu. Ingin rasanya Reina meminta maaf, tapi dia terlalu takut kepada Alaric karena hanya melihat sorot mata tajamnya saja sudah mampu membuat tubuh Reina merinding. Akhirnya Reina memilih diam dengan tampang tak berdosanya.
Sekitar lima belas menit berlalu, mobil yang ditumpangi Reina pun berhenti di depan gedung tempat les Cika. Dari dalam kaca mobil Reina dapat melihat Cika yang tengah berdiri dengan tampang cemberutnya. Saat sadar ada mobil Alaric, Cika langsung menghampiri dan masuk lewat pintu belakang. Raut wajah kesalnya masih terpampang jelas di sana.
"Abang lama!" kata mencebik kesal. Mendengar itu Reina meringis pelan, penyebab semua keterlambatan ini pasti karena dirinya. Reina memejamkan mata, dia siap menerima segala makian yang akan dilontarkan Cika kepadanya nanti.
Satu detik, dua detik ia menunggu, Alaric belum juga mengeluarkan suaranya. Hingga mesin mobil menyala dan mulai bergerak maju. Reina membuka mata, rupanya Alaric tidak mengadu pada Cika. Syukurlah, dia bisa menghembuskan napas lega.
"Mau makan di mana?" tanya Alaric bersuara. Cika yang mendengar tawaran dari Alaric tersenyum sumringah.
"McD!!" serunya lantang.
"Nggak ada tempat lain?" tanya Alaric. Cika mendengus sebal, sudah pasti Alaric menolak untuk makan di sana.
"Aku ikut aja," ujar Reina.
"Tuh, McD aja Bang!" Alaric tak mengiyakan, tidak juga menolak. Namun, cowok itu malah membelokan mobilnya ke arah restoran seafood. Cika yang duduk di belakang pun mendegus sebal. Dalam hati menyumpah serapahi Alaric.
"Tadi katanya nawarin 'mau makan di mana?' udah dikasih jawabannya malah nentuin tempat sendiri," Cika mencibir. Namun Alaric tampaknya tak peduli karena tidak menanggapi ucapan Cika. Sebenarnya Alaric mendengar, hanya saja dia terlalu malas untuk menanggapi hal yang menurutnya tidak terlalu penting.
"Turun kalau mau makan, kalau nggak ya nggak usah," kata Alaric. Dengan santainya dia membuka sabuk pengaman, lalu turun dari mobil mendahului Reina dan Cika.
"Kak Reina, tau tempat jual Abang kaya Bang Alaric nggak?" Reina terkekeh mendengar pertanyaan Cika. Sebegitu menyebalkannya kah Alaric? sampai adik kandungnya sendiri pun ingin menjualnya.
"Kakak nggak tau. Ayo turun, kita makan." Reina turun dari mobil Alaric, diikuti Cika di belakangnya.
Cika mengekori langkah Reina dengan ogah-ogahan. Dia sedang ingin makan ayam, mengapa abangnya itu malah membawanya ke restoran seafood. Di laut mana ada ayam kan?
"Punya Abang rese banget! Salah apa Cika selama ini Ya Allah? Sampe di kasih Abang kaya Bang Al. Untung ganteng, duitnya juga banyak, gak jadi Cika jual deh," Cika merutuk sepanjang jalan. Membuat beberapa orang yang mendengar ucapan Cika menatap heran ke arahnya. Ketika dia baru menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian, Cika pun langsung berlari menyusul Reina yang berjalan di depannya.
Saat memasuki Restoran Cika dan Reina celingukan mencari sosok Alaric. keberadaan cowok itu menghilang entah kemana. Restoran seafood itu cukup ramai sore ini. Membuat Reina mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencari sosok Alaric.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Reina [SELESAI]
Fiksi Remaja"Lupa lepas cincinnya, Fan." "Kenapa harus dilepas?" "Lo nggak baik-baik aja kalau cincinnya masih dipake. Iya, kan?" "Nggak usah terlalu pikirin gue, gue baik-baik aja." ____ "Aku nggak mau ngerepotin Kak Al dengan antar jemput aku ke sana sini." "...