BAGIAN 55: Suka

2.2K 192 25
                                    

Cahaya matahari bersinar terang di Ibu Kota pagi ini. Membuat orang-orang begitu bersemangat menjalani akhir pekannya. Reina berlari dengan earphone menutup kedua telinga. Lagu At My Worst milik Pink Sweats$ mengalun merdu di kedua telinganya.

Dengan keringat bercucuran di dahi, Reina menghentikan langkah dengan napas yang tampak memburu. Ia lantas menyimpan kedua tangannya di pinggang, manik matanya menatap Alaric tajam dari kejauhan.

Bisa-bisanya lelaki itu berlari lebih cepat dari Reina, bahkan kini jaraknya terlihat semakin jauh karena Reina menghentikan kegiatan larinya.Reina membuang napas kasar, dengan langkah lunglai, ia kemudian berjalan mendekati sebuah kursi kayu di pinggir taman.

Dalam hati Reina merutuki Alaric. Lelaki itu tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Padahal semalam Alaric yang mengajak Reina jogging pagi ini, tapi kenapa juga malah Reina yang diacuhkan Malahan saat Reina berhenti pun Alaric sama sekali tidak menoleh ke belakang. Cih! Sungguh sangat menyebalkan.

Reina meluruskan posisi kakinya ke depan. Sesaaf kedua tangannya tampak sedikit memijat pelan di sana. Jika boleh jujur, Reina memang tidak terlalu pandai dalam berolahraga, bahkan ia cenderung membencinya. Lari mungkin adalah salah satu hal yang bisa Reina lakukan dalam cabang olahraga.

"Kenapa berhenti?" Seseorang tiba-tiba bersuara di samping Reina. Reina menoleh. Alaric baru saja duduk di sampingnya. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan Reina. Keringat bercucuran di dahi, namun sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan lelaki itu.

Reina menghela napas, lalu kedua bola matanya memutar malas.

"Capek!" balasnya cuek.

Alaric mengangguk paham. Selama beberapa saat mereka duduk bersisian, saling membisu. Reina sibuk mengurut pelan kakinya, sedang Alaric memerhatikan orang-orang yang tengah berlari melintas di depannya.

Namun tiba-tiba Alaric bangkit membuat Reina menghentikan kegiatannya dan mendongak ke atas, menatap Alaric yang sudah berdiri tegap di hadapannya.

"Saya lari satu putaran lagi, habis itu kita pulang," ujar Alaric. Reina menganggukkan kepala sesaat. Lihat, bahkan Alaric tidak memberikan Reina air minum sama sekali.

Ah, sepertinya Reina tidak bisa bergantung pada Alaric. Dia harus bisa melakukan semuanya sendiri, termasuk membeli air mineral di warung ujung sana, tapi rasanya kaki Reina terlalu lelah untuk bergerak, mungkin ia akan menunggu beberapa saat lagi.

* * *

Matahari mulai menyongsong lebih tinggi, membuat Reina yang masih duduk di bangku taman itu mengernyit silau. Di liriknya jam yang melingkar pergelangan tangan, pukul 08.30. Pantas saja matahari mulai terasa panas, karena ternyata sudah lumayan siang.

Sesaat Reina berdecak kesal ketika Alaric tidak kunjung kembali. Katanya satu putaran, tapi kenapa rasanya seolah lelaki itu berlari sepuluh putaran?

Jangan-jangan Reina ditinggal lagi?

Nah kan, Reina mulai overthinking lagi. Di gerakannya kepala Reina untuk celingukan ke sana ke mari mencari sosok Alaric. Ya, barangkali Alaric masih ada di sekitar taman.

Aksi mencari Reina terpaksa berhenti ketika tiba-tiba seseorang berdiri di depannya. Reina menoleh ketika tubuh tegap itu menghalangi cahaya matahari yang menyorot kearahnya.

Story of Reina [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang