Pagi ini Reina berangkat pagi-pagi sekali ke Sekolah, karena dia berangkat bersama Gina yang ada pekerjaan penting pagi ini. Jadilah Reina sampai di kelas dengan keadaan sepi tak berpenghuni.
Semalam Reina tidak bisa tidur dengan nyenyak, menyebabkan matanya berkantung hitam seperti panda. Beruntung subuh tadi Reina sempat mengompres matanya dengan sendok beku, jadi mata sembabnya bisa sedikit tersamarkan. Ya, semalam sebelun tidur Reina sempat menangis kembali. Ini normal bukan? Siapa pun itu jika baru putus dalam kisah asmaranya pasti akan bersedih, sama seperti yang dilakukan oleh Reina.
Reina menyimpan kepalanya di atas meja. Sebuah lagu mengalun merdu lewat earphone yang terpasang di kedua telinganya. Tanpa dia sadari, seiring berjalannya waktu kelas perlahan ramai. Satu persatu siswa datang dan membuat gaduh suasana kelas. Ada beberapa siswa yang mencari contekan, bergosip, bahkan diluar sudah banyak siswa yang nongkrong sekedar untuk melihat gebetannya lewat di pagi hari.
Tasya dan Zahra sendiri baru menginjakkan kakinya di kelas. Saat sampai di kelas mereka langsung menghampiri bangku Reina. Zahra menepuk bahu Reina membuat Reina terlonjak kaget di tempatnya.
"Rein!" panggil Zahra.
Reina mengerjap. "Kenapa?" tanyanya parau khas orang bangun tidur, padahal Reina tidak tidur.
"Dih, begadang lo semalem?" tanya Zahra melihat kantung mata hitam Reina.
"Hm," Reina bergumam seadanya. Dia terlalu malas menanggapi omongan orang-orang.
"Nih, dari Fano." Zahra tiba-tiba menyodorkan kantong tempat makan berwarna ungu tua kepada Reina. "Tadi pas di depan kita nggak sengaja ketemu Fano, eh tuh cowok malah nitipin ini ke kita. Kenapa nggak dikasih ke lo langsung aja sih? Masalah kalian belom kelar ya?" ujar Zahra lagi.
Reina menatap kotak makan itu lamat-lamat. Tak lama kemudian dia pun mengambilnya dan membuka resleting kantong makannya. Di dalam sana ternyata ada sebuah susu kotak vanila, juga kotak makan yang isinya entah apa.
Reina mengeluarkan susu kotak itu, membuat matanya tidak sengaja melihat sticky note berwarna kuning tertempel di atas tutup kotak makannya.
Dari mami, dimakan ya.
Karena patah hati butuh energi ekstra:)Sebuah senyuman terpatri di wajah Reina ketika membaca pesan singkat itu. Tidak salah lagi, itu tulisan tangan Fano.
"Gue sama Fano sebenarnya udah putus," ujar Reina, membuat Tasya dan Zahra menunjukkan raut keterkejutannya.
"HAH?!" pekik Zahra membuat beberapa teman di kelas menatapnya sinis.
"Eh maaf. Lo beneran?" tanyanya lagi dan Reina menganggukkan kepala lesu.
"Kapan lo putus sama dia?" tanya Tasya yang kini sudah mendudukkan dirinya di bangku depan Reina.
"Kemarin, sewaktu di ruang musik," ujar Reina membuat kedua temannya beroh ria mengingat kepergian Reina ke ruang musik kemarin.
"Sabar ya," ujar Zahra mendudukkan dirinya di samping Reina. Tangannya terulur mengusap bahu gadis itu, menenangkannya.
"Gue baik-baik aja kok," ucap Reina diiringi senyuman manisnya.
Reina mengambil kotak makan pemberian Mami Fano. Dia membukanya dan ternyata isi di dalamnya adalah nasi goreng yang dibentuk sedemikian rupa hingga membuat Reina ragu untuk memakannya. Pasalnya ini terlalu cantik! Stella pasti membuatnya dengan sepenuh hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Reina [SELESAI]
Teen Fiction"Lupa lepas cincinnya, Fan." "Kenapa harus dilepas?" "Lo nggak baik-baik aja kalau cincinnya masih dipake. Iya, kan?" "Nggak usah terlalu pikirin gue, gue baik-baik aja." ____ "Aku nggak mau ngerepotin Kak Al dengan antar jemput aku ke sana sini." "...