SELAMAT MEMBACA CERITA REINA
* * *
Tiga hari berlalu. Selepas pelajaran olahraga Reina bersama kedua sahabatnya duduk di kantin menikmati minuman dingin.
"Gue liat-liat Fano kok jarang hampirin lo Rei," kata Zahra tiba-tiba.
Reina diam terdiam. Memang benar selepas kejadian itu Fano lebih melakukan sedikit berinteraksi dengan Reina. Entah apa alasannya, yang pasti Reina merasa Fano seperti menghindar darinya.
"Heem, lo ada masalah sama dia?" tanya Tasya. Reina masih bergeming, tangannya bergerak mengusap-usap embun di botol minuman dinginnya. Membentuk pola abstrak.
"Kayaknya," ujar Reina sedikit meragu. Mendengar itu kening Tasya dan Zahra otomatis mengkerut.
"Kayaknya? Jadi lo nggak tau ada masalah apa engga gitu sama Fano?"
Reina menggeleng, "Kayaknya Fano marah sama gue," tuturnya kemudian.
"Marah? Lo buat salah?"
"Gue belum cerita ya sama kalian?" tanya Reina membuat Tasya dan Zahra sama-sama menggelengkan kepala. Reina menghembuskan napas kasar sebelum akhirnya gadis itu membuka suara.
"Jadi Papa nyuruh gue buat tunangan," cetus Reina dalam sekali tarikan napas.
"WHAT?! LO Hmpt--" Tasya menutup mulut Zahra karena teriakan spontannya membuat seluruh atensi penghuni kantin berpindah ke meja mereka.
"Lewpas!" ujar Zahra berusaha melepaskan bekapan tangan Tasya. Dengan sedikit terpaksa akhirnya Tasya pun menjauhkan telapak tangannya dari Zahra. Zahra menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Dia lantas menatap sinis Tasya, beruntung Ia tidak mati karena kehabisan oksigen.
"Tangan lo bau!" ketus Zahra membuat Tasya langsung mendorong Zahra hingga tersungkur.
"Sembarangan!"
"Nggak berperasaan banget sih, lo!" gerutu Zahra, beruntung dia tidak sampai terjatuh ke lantai kantin, jika hal itu terjadi bisa malu dia nanti!
"Berisik! Udah diem."
"Jadi, lo serius Rei?" tanya Tasya kini berfokus pada Reina. Reina menganggukan kepalanya.
"Sama temen abang gue itu?" Reina kembali menganggukan kepalanya. Tasya dan Zahra saling tatap.
"Terus lo sama Fano, gimana?"
"Nah, itu dia. Masalah gue sama Fano itu akarnya dari sini," kata Reina.
"Jadi waktu kemarin-kemarin gue ngasih tau Fano tentang kabar ini," lanjutnya lagi.
"Lo gila?! Terus reaksi Fano gimana??" Tasya geleng-geleng kepala.
"Dia keliatan marah? Kecewa? Entahlah. Gue ngerasa serba salah. Kalian tau sendiri kan, diantara gue sama Fano nggak pernah ada hal yang ditutup-tutupin. Awalnya juga gue bingung antara mau cerita sama dia atau engga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Reina [SELESAI]
Teen Fiction"Lupa lepas cincinnya, Fan." "Kenapa harus dilepas?" "Lo nggak baik-baik aja kalau cincinnya masih dipake. Iya, kan?" "Nggak usah terlalu pikirin gue, gue baik-baik aja." ____ "Aku nggak mau ngerepotin Kak Al dengan antar jemput aku ke sana sini." "...