Reina berjalan menuruni anak tangga dengan penuh semangat. Penampilannya terlihat rapih dengan seragam sekolah khas SMA Starlight. Hari terakhir kegiatan ujian sekolahnya telah tiba, dan Reina sudah tidak sabar menyelesaikan hari ini dengan secepat mungkin.
"Pagi Ma, Pah!" sapa Reina saat menemukan Renata dan Romi di ruang makan keluarganya.
"Pagi sayang."
"Ceria banget kelihatannya," kata Romi.
"Iya dong, tinggal satu hari terakhir."
"Papa percaya kamu sudah melakukan yang terbaik. Semangat ya!"
"Makasih, Pah."
"Mau sarapan masakan buatan Mama atau Alaric?" tanya Renata tiba-tiba. Mendengar itu Reina mengerutkan kening, dia celingukan ke sana ke mari mencari sosok lelaki itu. Renata yang melihat gelagat Reina pun terkekeh pelan.
"Al di rumahnya. Ini tadi ada go-send yang kirim ini. Al nggak kirim pesan kamu emangnya?"
Renata menyodorkan sebuah paper bag berwarna coklat kepada Reina. Tanpa banyak kata gadis itu langsung mengambilnya. Tangan Reina bergerak membuka paper bag pemberian Alaric yang ternyata isinya adalah nasi goreng dalam kotak makan berwarna hijau tosca.
"Senengnya pagi-pagi sudah dapat kiriman," goda Romi.
"Apa sih, Pah." Reina tersipu malu, sambil berusaha menutupi semburat merah di pipinya.
"Mukanya merah itu."
"Papah!" Romi terkekeh pelan, putri sulungnya ternyata sudah tumbuh jadi dewasa. Padahal rasanya baru kemarin ia mendengar suara tangisan Reina untuk pertama kalinya setelah terlahir ke dunia.
Jika kemarin Romi melihat pipi Reina memerah karena kondisinya yang masih bayi, maka sekarang pipi gadis itu merona karena tersipu malu. Ya, waktu memang berjalan secepat itu tanpa pernah kita sadari.
"Jadi Reina mau makan yang mana?"
Reina terkesiap, lalu dia tampak menimang-nimang sesaa. "Sandwich buatan Mama kayanya enak," ujarnya. Biar bekal pemberian dari Alaric ia makan siang nanti.
"Besok jadi pergi?"
Reina menganggukkan kepala. "Jadi kayaknya, Pah."
"Hati-hati di sana ya, jangan buat yang aneh-aneh." Reina mengangguk paham, ia tau batasan-batasannya.
Jadi, rencananya besok ia dan teman-temannya akan pergi ke puncak untuk menghilangkan penat. Dan rencananya juga mereka akan menginap selama semalam di sana. Reina sudah tidak sabar menantikan hari esok tiba.
* * *
Mata pelajaran ujian terakhir sedang di laksanakan di seluruh ruangan ujian SMA Starlight. Kondisi kelas sangat kondusif akibat guru yang mengawas dirumorkan killer.
Reina sendiri sedang mengerjakan seluruh soal ujiannya dengan penuh percaya diri. Gadis itu tersenyum puas ketika berhasil mengisi seluruh soal seperti tanpa beban. Waktu pengerjaan soal tinggal lima belas menit lagi, dan Reina memanfaatkan waktu itu untuk mengecek lagi semua jawabannya.
"Oke, sudah selesai! Semua lembar jawaban dikumpulkan ke depan!" Reina dan seluruh siswa lainnya berdiri, mengikuti instruksi yang diperintahkan guru pengawas untuk mengumpulkan lembar jawaban.
"Baik, ujian telah selesai di laksanakan. Ibu harap semua hasilnya memuaskan. Sekarang kalian boleh pulang, dan selamat menikmati libur akhir pekannya. Manfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin."
"Selamat siang!" Tidak lama, guru pengawas itu berlalu pergi, diikuti siswa siswi lainnya yang berbondong-bondong keluar dari kelas.
Sesuai kegiatan yang sudah di rencanakan, Reina, Zahra dan Tasya hari ini akan berbelanja untuk kebutuhannya selama di puncak nanti. Dan di sinilah mereka berada sekarang, salah satu pusat perbelanjaan yang letaknya tidak terlalu jauh dari SMA Starlight.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Reina [SELESAI]
Novela Juvenil"Lupa lepas cincinnya, Fan." "Kenapa harus dilepas?" "Lo nggak baik-baik aja kalau cincinnya masih dipake. Iya, kan?" "Nggak usah terlalu pikirin gue, gue baik-baik aja." ____ "Aku nggak mau ngerepotin Kak Al dengan antar jemput aku ke sana sini." "...