BAGIAN 34: Saran Dari Alaric

2.2K 163 16
                                    

"Gila, gila, butek otak gue, butek!" Zahra berdialog. "Ini sekolah gila kali ya, masih hari senin udah dikasih pelajaran matematika. Puyeng deh gue."

"Daripada ngitung jawaban soal matematika, mending ngitungin duit deh gue jujur," ujar Zahra lagi. Selepas melaksanakan ujian matematika, gadis itu terus saja berceloteh menyuarakan keluhannya tentang hari senin dan pelajaran matematika nya.

"Stt! udah, lupain yang udah berlalu," kata Tasya. Dia melipat kertas bekas coretan hitungannya menjadi sebuah pesawat kertas untuk kemudian diterbangkan hingga jatuh entah ke mana.

"Bakso kayaknya enak nih," ujar Tasya setelah melemparkan pesawat kertasnya sembarangan. "Kalian mau pada makan apa?"

"Gue bakso pake sambel pedes. Minumnya es teh beuh mantep! Biar otak gue fresh," kata Zahra.

"Gue mau ke Mbak Tuti deh, beli seblak," ujar Reina.

"Berarti beli apa dulu nih?" tanya Tasya.

"Kalian beli bakso aja, gue Mbak Tuti, biar cepet," ujar Reina.

"Ya udah gue sama Zahra beli bakso berarti ya. Lo nggak apa-apa sendiri, Rein?" kata Tasya. Reina menganggukan kepala. "Nanti pc pc aja kali ya kalau ada yang udah," kata Tasya lagi.

"Sip!" ujar Reina.

Setelah itu, Zahra dan Tasya melenggang pergi menuju tempat penjual bakso. Sedang Reina pergi ke warungnya Mbak Tuti untuk membeli seblak. Sudah lama sekali dia menginginkan makanan pedas itu.

"Mbak!" panggil Reina pada seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang sedang melayani pembeli.

"Kaya biasa ya, satu aja," kata Reina.

"Oke siap Neng!" ujar Mbak Tuti. Wanita itu hapal betul menu seblak favorit Reina. Wajar saja karena kelas 10 Reina sering jajan seblak nya Mbak Tuti, bahkan dia sudah menjadi pelanggan tetap Mbak Tuti hingga saat ini.

Setelah itu, Reina duduk di bangku yang kosong. Dia menunggu pesanannya selesai dibuat sembari memainkan ponsel. Saat sedang scroll beranda Instagram, tiba-tiba ada satu pesan masuk ke WhatsApp Reina.

Ting!

Reina melirik notifikasi dari pop up bar. Nama Alaric tertera di sana. Gadis itu mengkerut kan kening. Sesaat setelahnya dia baru memutuskan untuk membuka pesan itu.

Kak Al: Sepulang sekolah saya jemput

Reina: Tumben?

Kak Al: Disuruh bunda main ke rumah

Reina tersenyum kecut. Ia salah telah menaruh harap banyak pada Alaric, karena nyatanya tidak ada satu pun yang bisa diharapkan dari lelaki itu

* * *

Setibanya waktu pulang sekolah, Reina melangkahkan kakinya menuju gerbang. Mata Reina mengedar ke sana ke mari mencari keberadaan mobil Alaric. Namun, setelah sekian lama matanya mengedar dia tidak kunjung menemukan Alaric.

Reina mengecek ponselnya. Ia langsung menghubungi nomor Alaric.

Reina: Kak, jadi jemput?

Lama Reina menunggu karena Alaric tak kunjung membalas pesannya. Padahal tanda ceklis dua terlihat jelas di sana.

Satu persatu siswa mulai meninggalkan SMA Starlight. Reina resah. Apalagi langit terlihat kelabu, sebentar lagi hujan pasti akan turun.

Reina menatap room chatt nya dengan Alaric. Tanpa pikir panjang, gadis itu pun langsung mendial nomornya. Berdering. Namun Alaric tak mengangkat panggilan Reina.

Story of Reina [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang