Lampu kerlap kerlip juga balon warna warni menjadi penghias taman belakang rumah Alaric. Kue dengan lilin angka 15 di atasnya menjadi tanda bahwa kini Reina tengah berada dalam acara perayaan ulang tahun. Cika tampil cantik di depan sana dengan gaun berwarna biru laut juga mahkota kecil di atas kepala.
Acara inti dimulai. Sesaat Cika tampak memejamkan mata lalu dia meniup lilin hingga padam. Beberapa orang yang hadir di acara perayaan ulang tahunnya itu pun bersorak bahagia, mereka menyanyikan lagu ulang tahun secara bersama-sama.
"Potong kue-nya, potong kue-nya, potong kue-nya sekarang juga. Sekarang... Juga... Sekarang... Juga...."
Cika mengambil pisau pemotong kue, lalu memotong kue ulang tahunnya secara hati-hati. Dia memberikan potongan pertamanya untuk Gina dan potongan keduanya dia berikan untuk Reynald. Sungguh, itu adalah pemandangan yang mengharukan bagi Reina, karena untuk satu hari ini Cika menjadi seorang gadis remaja yang terlihat lebih anggun dan dewasa dari biasanya.
Mata Reina berpendar menatap situasi sekelilingnya. Banyak sekali tamu yang hadir di acara ini, mulai dari saudara-saudara Cika hingga teman-teman Cika semasa TK dan SD pun turut hadir.
Pandangan mata Reina beralih menatap Alaric di sebelahnya. Lelaki itu tampak berdiri tegap setelah Cika memberinya sepotong kue ulang tahun. Walau Alaric dan Cika sering bertengkar, nyatanya kedua bersaudara itu saling menyayangi. Reina tau itu. Jika tidak mana mau Alaric susah payah mencarikan hadiah ulang tahun yang pas untuk diberikan kepada Cika.
Selepas acara pemotongan kue, seluruh tamu undangan dibiarkan menikmati hidangan yang tersedia. Mereka berpencar di halaman rumah Alaric yang terbilang luas. Bahkan beberapa teman Cika sudah ada yang mengajak Cika untuk ber-selfi ria di sana.
Reina berdiam seorang diri di sudut taman. Dia sendiri juga tidak tahu kehadirannya dalam acara ini itu untuk apa, karena saat ini dia merasa terasingkan. Reina meremas ponsel dalam genggamannya ketika melihat Gina, Bella, dan juga Kenneth yang tampak asyik mengobrol dengan Alissa juga Altair. Entahlah perasaan Reina terasa sangat aneh saat itu.
Sebenarnya tadi Reina sempat berkenalan dengan Alissa sebelum acara di mulai. Lebih tepatnya sih Gina yang mengenalkannya. Katanya Alissa itu teman semasa SMA Alaric. Ya, teman, teman hidup.
Sungguh Reina tidak mengerti dengan semua ini. Bukannya Alissa itu pacar Alaric? tapi kenapa Gina hanya mengenalkannya sebagai teman Alaric? Apa jangan-jangan keduanya menjalani hubungan secara backstreet? Ah, semuanya membuat kepala Reina hampir meledak. Sudahlah, lagipula kenapa dia harus peduli dengan hidup Alaric? Reina menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak. Dia bukan peduli, melainkan hanya penasaran. Sudah itu saja.
"Kenapa diem di sini?" Reina tersentak kaget ketika suara itu mengalun merdu lewat indera pendengarannya.
Reina menolehkan kepalanya ke samping dan langsung mendapati Mahessa yang tengah memandangnya dengan tatapan penuh tanya. Reina tersenyum kikuk kepada Mahessa. Lelaki itu baru saja menghampiri Reina dengan sebatang rokok terapit di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Sebenarnya sedari tadi Mahessa sudah memperhatikan Reina yang entah kenapa malah melamun sendirian di sini. Padahal orang-orang sedang sibuk bercanda tawa di ujung sana.
"Dia Alissa," ujar Mahessa tiba-tiba. Seolah tahu sedari tadi Reina sedang memperhatikan perempuan itu.
"Gue tau kok Kak, tadi sempet kenalan," balas Reina. Mahessa mengangguk-anggukan kepalanya. Sesaat dia menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Reina [SELESAI]
Novela Juvenil"Lupa lepas cincinnya, Fan." "Kenapa harus dilepas?" "Lo nggak baik-baik aja kalau cincinnya masih dipake. Iya, kan?" "Nggak usah terlalu pikirin gue, gue baik-baik aja." ____ "Aku nggak mau ngerepotin Kak Al dengan antar jemput aku ke sana sini." "...