🥀🥀

673 67 6
                                    

Pernyataan Jongin kemarin siang membuat Sehun tak bisa tidur walau hanya sejenak. Sebagai wanita yang mencintai Jongin tentu Sehun bahagia dengan pernyataan itu, namun disisi lain ia merasa tak harus mempercayainya mengingat Jongin sangat mencintai Sana dan pria itu mengatakannya langsung didepan wanita itu.

Sehun berpikir Jongin sengaja melakukannya hanya untuk membuat Sana cemburu, bukan karena benar-benar mencintainya. Walau seperti itu Sehun tetap tidak bisa berhenti memikirkannya.

Dan pagi ini tubuh Sehun terasa sangat lemas serta tak bersemangat karena tidak tidur semalaman, ia memutuskan untuk tidak pergi ke kedainya.

Namun baru saja hendak membuat secangkir kopi, bel rumahnya berbunyi.

Walau menggerutu karena mengganggu paginya, Sehun tetap melangkah menuju pintu rumahnya dan membukanya.

"Paman Suho? Astaga ada apa paman datang ke rumahku pagi-pagi seperti ini?" Sehun tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya setelah mengetahui siapa orang yang sudah membunyikan bel rumahnya sepagi itu.

Suho tersenyum. "Apa aku mengganggumu, nak?" Tanyanya lembut.

Sehun menggeleng cepat, "Tidak paman, silahkan masuk." Lalu segera mempersilahkan ayah Jongin untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Aku tidak akan lama. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu, nak." Ucap Suho setelah duduk di sofa ruang tamu rumah minimalis Sehun.

"Sepertinya sangat serius." Komentar Sehun, ia duduk di sebelah Suho dengan memberi jarak.

"Tentu, nak. Ini menyangkut Jongin putraku."

Sehun terdiam. Seharusnya Sehun sudah menebak kedatangan Suho hanya untuk membicarakan Jongin.


~


"Aku rasa kau salah masuk ruangan." Ujar Jongin setelah menerima tamu tak terduga, "Ruangan ayahku berada di lantai 20."

"Aku memang ingin menemuimu, karena di rumah kau sama sekali tidak memiliki waktu walau hanya untuk sekedar menatap wajahku." Ucap tamu Jongin dengan mendayu.

"Aku sibuk. Jadi tolong jangan menggangguku, Sana." Sahut Jongin dengan tenang, lalu kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan.

"Aku tidak akan mengganggumu. Kau bisa tetap bekerja dan aku hanya akan menatapmu di sini, Jongin." Sana menarik kursi didepan meja kerja Jongin dan duduk tepat dihadapan Jongin.

Jongin menghela nafasnya, "Apa maumu?" Tanyanya dengan menatap serius wajah Sana.

"Aku sangat merindukanmu." Jawab Sana dengan santainya, tak mempedulikan statusnya saat ini. "Kau juga pasti merindukanku 'kan?"

"Tidak." Jawab Jongin cepat.

Sana terdiam untuk sejenak, wajahnya menunjukkan raut terkejut namun kemudian hilang. "Kau bohong, Jongin."

"Kenapa aku harus merindukan istri orang lain? Membuang-buang energiku saja." Ujar Jongin tanpa ekspresi.

Sana mengepalkan tangannya, namun berusaha tetap tersenyum walau perkataan Jongin terdengar menyakitkan. "Aku tahu kau sangat marah karena aku menikah dengan ayahmu, tapi aku melakukannya karena kau-"

"Cukup!" Potong Jongin, "Apa kau tidak bosan mengatakan hal yang sama? Dengar, Sana! Kau sekarang sudah menjadi istri ayahku dan aku tidak mempermasalahkan hal itu karena pada dasarnya hubungan kita sudah berakhir, jadi kumohon jauhi aku dan hiduplah bahagia bersama ayahku. Aku tidak ingin ayahku terluka jika mengetahui sikapmu ini."

"Tapi aku hanya mencintaimu, Jongin." Sana bangkit dari duduknya dan memutari meja, lalu berhenti di samping kursi Jongin.

"Dan aku tahu kau juga masih sangat mencintaiku." Lanjutnya dengan menyentuh bahu Jongin.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang