🥭🥭🥭

425 53 10
                                    

"Kehamilan Ratu sangat beresiko, Yang Mulia Raja." Ucap Tabib yang menangangi kehamilan Bona, "Mohon ampuni hamba, Yang Mulia. Tapi hamba harus mengatakannya dengan jujur, kandungan Yang Mulia Ratu harus segera diakhiri. Karena jika diteruskan, hal itu akan membahayakan nyawanya, kondisi kandungannya sangat lemah dengan daya tahan tubuh yang menurun secara bertahap, kehamilan ini hanya akan membahayakan nyawanya bahkan sebelum Yang Mulia Ratu bisa melahirkan bayinya." Jelas Tabib di hadapan Jongin.

Jongin tampak terkejut dengan penuturan Tabib itu. Bona memang sering sakit sejak kehamilannya dan hal membuatnya sering berada di Paviliun Ratu untuk menemaninya, dan hari ini Bona mengalami pendarahan. Jongin sungguh tidak mengetahui bahwa Bona akan sangat menderita ketika mengandung anaknya, karena dari pengalamannya saat Sehun sedang mengandung bayi kembar mereka, Sehun tampak sehat dan kuat.

"Maksudmu kita harus menggugurkan kandungannya?" Tanya Jongin ingin kejelasan.

Tabib di hadapannya mengangguk.

Jongin menghembuskan nafasnya sebelum berkata, "Kalau begitu--"

"Tidak, Yang Mulia Raja!" Ibu Suri datang dan menyela perkataan Jongin.

"Ibu Suri tidak menemani Ratu?" Tanya Jongin bingung karena Ibunya justru menyusulnya.

"Menteri Lee ada untuk menemani putrinya." Jawab Ibu Suri, "Dan apa yang ingin kau katakan? Kau setuju untuk menggugurkan calon Pewarismu?"

Jongin menghembuskan nafasnya, Ibunya sudah tahu yang terjadi pada Bona sebelum diberitahu, "Demi keselamatannya kita harus mengambil tindakan ini."

"Tidak, anakku. Aku tidak setuju! Bagaimana bisa kau setuju begitu saja? Aku tidak mau kau kehilangan calon Pewarismu lagi dan aku tidak mau kehilangan cucuku lagi." Tegas Ibu Suri menentang keputusan Jongin.

"Jangan bersikap seperti ini, Ibu. Kita harus menyelamatkan nyawa Ratu, lagi pula aku yakin Ratu pun pasti setuju dengan proses ini karena hal itu menyangkut nyawanya sendiri." Ucap Jongin berusaha menjelaskan.

"Aku tetap tidak setuju! Lagi pula kenapa kau begitu saja menyerah? Pasti ada cara lain untuk menyelamatkan bayimu tanpa harus mengorbankan nyawa Ratu, kandungannya sudah tiga bulan dan akan sangat menyedihkan jika kau kembali kehilangan anakmu." Ibu Suri tampak emosional, lalu menangis.

Jongin bergerak untuk memeluk ibunya. Sama seperti ibunya, ia pun sangat mengharapkan kelahiran bayi itu. Namun apa daya jika nasib tidak mendukungnya untuk memiliki seorang anak, Jongin hanya bisa pasrah pada takdirnya.

Saat ini Jongin sangat membutuhkan Sehun. Jongin sangat ingin memeluk tubuhnya, ia begitu merindukan istri tercintanya. Sejak Bona mengandung, Jongin menjadi lebih sering menghabiskan waktu di Paviliun Ratu dan mengabaikan Sehun. Jongin bukan mulai melupakan Sehun karena Bona kini sedang mengandung anaknya, ia hanya tidak bisa menolak setiap keinginan ibu dari anaknya. Karena saat Sehun mengandung dulu, waktunya hanya untuk Sehun tanpa mempedulikan istri-istrinya yang lain dan kini Bona menginginkan perhatian yang sama.

        

"Pergilah beristirahat. Tidak perlu mencemaskanku, aku sudah berada di sini bersama istriku. Jika aku membutuhkan sesuatu aku bisa meminta darinya tanpa perlu merepotkanmu." Ucap Jongin setibanya di Paviliunnya pada Kasim Lim yang selalu setia mendampinginya entah untuk urusan Pekerjaan atau urusan pribadi sekalipun, pria berusia empat puluh lima tahun itu juga manusia yang membutuhkan waktu istirahatnya.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia Raja. Hamba akan tetap--"

"Aku akan baik-baik saja." Jongin menyela, "Aku tahu kau juga sangat lelah."

Kasim Lee terdiam, lalu membungkuk hormat sebelum meninggalkan Jongin di depan pintu ruang tidurnya.

Jongin pun melangkah masuk ke dalam ruang tidurnya setelah yakin Pelayan setianya itu pergi dari hadapannya, tatapan matanya langsung disuguhkan pemandangan Sehun yang sedang tertidur pulas. Tentu saja Sehun sudah tidur, mengingat malam yang semakin larut.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang