🌼🌼

334 50 4
                                    

~

"Ayah, ayo main lagi~" Rengek Sena ketika melihat Jongin lebih fokus pada ponselnya dari pada dirinya.

"Sebentar, nak. Ayah sedang menerima telpon dari nenek." Ucap Sehun sambil menarik Sena yang ingin menghampiri Jongin yang sedang menerima telpon dari Nyonya Kim.

"Baik, aku akan datang pukul tujuh malam nanti." Ucap Jongin sebelum mengakhiri sambungan telponnya.

Jongin kembali ke sofa dan duduk di samping Sehun. "Ibu ingin aku datang ke rumah malam ini. Jihyo dan keluarganya akan datang untuk makan malam bersama." Ucapnya berterus terang.

Sehun terdiam untuk sejenak, lalu menarik senyumannya. "Itu bagus. Bisa sekaligus membicarakan tanggal pernikahan, kan?"

Jongin terdiam dengan menatap dalam Sehun, membuat yang ditatap menjadi salah tingkah.

"Nanti malam ikutlah bersamaku ke rumah ibuku."

Perkataan Jongin berhasil mengejutkan Sehun. "Apa? Tapi bagaimana mungkin, Jongin? Aku pikir aku tidak perlu ikut mengingat itu acara keluarga."

"Kau dan Sena juga keluargaku, Sehun. Jadi kalian harus ikut bersamaku." Ucap Jongin tak terbantahkan.

"Tapi-"

"Kita akan ke rumah nenek?" Sena menyela ketika mengerti arah pembicaraan ayah dan ibunya.

"Ya sayang. Malam ini kita akan ke rumah nenek." Jawab Jongin, kedua tangannya mengunci tubuh kecil Sena dengan pelukannya.

"Asyik~ Sena sudah lama tidak melihat ikan-ikan di kolam milik nenek." Ucap Sena dengan bersorak bahagia.

Sehun terdiam. Jika sudah begini ia tak bisa menolak ajakan Jongin untuk ikut ke rumah Nyonya Kim dan melihat pertemuan dua keluarga yang akan dipersatukan.

Tepat pukul tujuh malam Jongin bersama Sehun dan Sena tiba di rumah Nyonya Kim. Jihyo dan keluarganya belum datang saat mereka tiba, Nyonya Kim menyambut kedatangan putranya dan terkejut ketika melihat Sehun dan Sena datang bersamanya.

"Kenapa membawa mereka juga, Jongin? Mereka tidak harus datang di acara keluarga kita." Gumam Nyonya Kim setelah melepaskan pelukannya di tubuh tegap sang putra.

"Apa salahnya, ibu? Mereka juga keluargaku." Jawab Jongin. "Dan aku mohon hal ini jangan di perdebatkan." Pintanya dengan penuh harap karena Jongin sungguh tak ingin ada pertengkaran lagi.

Nyonya Kim menghela nafasnya dan memilih mengalah dari pada membuat suasana hati putranya memburuk.

"Selamat malam, Bibi." Sehun menyapa dengan sopan.

"Sebentar lagi Jihyo dan keluarganya akan datang. Bisakah kau ikut aku ke dapur?" Ujar Nyonya Kim dengan menatap wajah Sehun.

Sehun tanpa ragu menganggukkan kepalanya.

"Apa maksud ibu?"

"Tidak apa-apa, Jongin. Aku senang jika Bibi membutuhkan bantuanku." Sehun cepat-cepat menyela, takut Jongin dan ibunya kembali berdebat karena dirinya.

"Ayo sayang kita ke dapur, bukankah kau ingin melihat ikan-ikan di kolam milik nenek?" Ajak Sehun pada Sena, kemudian melangkah bersama putrinya menuju halaman belakang rumah Nyonya Kim.

Tak lama kemudian Jihyo dan keluarganya datang. Jongin dan Nyonya Kim menyambut kedatangan mereka, sementara itu Sehun sibuk di dapur mengurus makanan yang akan di hidangkan bersama pelayan sambil mengawasi Sena yang sedang asyik melihat ikan-ikan di kolam milik Nyonya Kim.

"Berhenti, Sehun. Kau tidak perlu melakukannya." Jongin menghampiri Sehun yang sedang menggoreng udang di dapur.

"Jongin, kenapa kau kemari? Tetaplah bersama mereka, aku akan memanggil kalian jika makan malam sudah siap. Hanya sedikit lagi." Sahut Sehun, dengan mata fokus pada penggorengan di depannya.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang