❣️❣️❣️

367 37 2
                                    

"Apa kau sudah mulai merasa mual-mual?"

Sehun mendongak ketika ibu mertuanya bicara.

"Maksud ibu?" Kai balik bertanya, alih-alih Sehun yang menjawab.

Nyonya Kim tampak menghela nafasnya, "Apa istrimu sudah menunjukkan tanda-tanda kehamilan?" Jelasnya dengan menatap wajah tampan sang putra.

Kali ini Kai yang menghela nafasnya, "Astaga, ibu. Kami bahkan baru satu bulan menikah, kenapa sudah menanyakan hal itu?"

"Jelas saja, nak. Menantu teman ibu bahkan sudah hamil tiga bulan saat baru satu bulan menikah."

Sehun tampak tidak nyaman dengan perkataan ibu mertuanya. Terlebih Nyonya Kim mengatakannya di depan Jeno, yang kebetulan ketiganya mendatangi kediaman Kim atas undangan Nyonya Kim yang ingin makan malam bersama.

"Hubunganku dan Sehun tidak sebebas itu sebelum kami menikah, ibu. Kami masih tahu batasan." Jelas Kai berusaha tetap bersikap lembut pada ibunya.

"Baguslah. Sebelumnya ibu berpikir mungkin kalian sering melakukannya sebelum menikah seperti kebanyakan pasangan muda di jaman sekarang ini." Nyonya Kim menatap ke arah Sehun, "Tapi yasudahlah, mungkin memang ibu harus menunggu sedikit lebih lama untuk bisa mengendong anakmu. Anak kandungmu."

Sehun melirik ke arah Jeno yang hanya terdiam dengan mengaduk makanannya. Sehun tentu mengetahui putranya saat ini sedang merasa tidak nyaman, ia jadi merasa bersalah karena sudah memaksa Jeno untuk ikut makan malam bersama orang tua Kai.

Sementara Kai menatap ke arah Sehun dan Jeno dengan tidak enak hati, terutama pada Jeno yang pasti merasa sangat kesal saat ini karena perkataan Nyonya Kim.

"Kenapa kau sangat terburu-buru? Biarkan saja mereka menikmati kebersamaan mereka saat ini, akan ada waktunya bagi mereka untuk merawat bayi." Tuan Kim bersuara setelah sebelumnya hanya terdiam menikmati makanannya.

"Kau harus ingat, suamiku. Bahwa putra kita satu-satunya akan berulang tahun yang ke tiga puluh empat beberapa bulan lagi, apa kau pikir mereka masih cocok menikmati pernikahan mereka selayaknya pasangan muda pada umumnya? Mereka seharusnya sudah memikirkan tentang anak."

"Ibu, hentikan. Kenapa ibu malah merusak suasana?" Kai mulai kesal dengan sikap ibunya. Terlebih ia tidak tega melihat wajah sedih Sehun, seolah saat ini ibunya sedang menekan Sehun untuk segera mengandung.

"Apa kau bilang!?"

"Apa kau tidak bisa diam?" Tuan Kim sendiri merasa jengkel dengan sikap istrinya yang dinilai terlalu keras pada menantunya sendiri, "Kau mengundang mereka untuk makan malam, kan? Lalu kenapa kau tidak membiarkan mereka makan dengan tenang?"

"Astaga, kenapa jadi aku yang disalahkan." Gerutu Nyonya Kim.

*
*

"Tidurlah, Sayang."

Sehun menoleh dan menatap Kai yang terbangun, "Apa aku mengganggu tidurmu? Maaf, ya."

"Tidak, Sayang." Kai mengeratkan pelukannya di tubuh Sehun, "Katakan kenapa kau belum tidur, hm?"

"Hanya... Belum mengantuk saja."

"Belum mengantuk? Ini bahkan sudah pukul tiga pagi, Sayang." Kai sekarang mengerti ada sesuatu yang Sehun pikirkan sehingga sulit tidur. Ia bergerak mengubah posisinya setengah bangun dengan menjadikan lengan kanannya sebagai tumpuan agar bisa menatap wajah Sehun dengan jelas.

"Kau masih memikirkan perkataan ibu?" Tanya Kai ketika Sehun hanya terdiam.

Sehun menatap wajah Kai, lalu mengangguk pelan.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang