🦢🦢

407 52 2
                                    

"Apakah Tuan Wu sudah menandatangani surat cerai itu?"

Suara Kai cukup mengejutkan bagi Sehun yang tengah termenung di ruang kerjanya sambil memandang kosong berkas perceraiannya yang tergeletak di atas meja.

Sehun menatap Kai dengan tatapan 'sejak kapan kau ada di sini?'

"Aku sudah mengetuk pintu ruang kerja anda, tapi tak ada sahutan dari anda dan saya memutuskan untuk masuk. Saya khawatir karena anda tidak biasanya mengabaikan saya, tolong maafkan saya yang sudah lancang." Ucap Kai seolah mengerti arti tatapan yang dilayangkan oleh Sehun.

Sehun menggeleng. "Tidak, Kai. Tidak apa-apa." Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Kai.

"Maaf aku tidak mendengarnya, Kai. Pikiranku sedang sangat kacau." Lirih Sehun, tangannya terangkat untuk memijat kepalanya.

"Dan soal pertanyaanmu... Aku sendiri bahkan belum memberikan dokumen itu pada Kris."

"Apakah anda ragu untuk... menceraikan Tuan Wu?" Tanya Kai dengan hati-hati.

Sehun menatap Kai dalam. "Tidak." Jawabnya dengan tegas, "Aku sudah memutuskan untuk berpisah dengannya, tapi masalahnya..."

Kai melihat Sehun begitu gelisah dan ia berinisiatif untuk mengajak Sehun duduk di sofa, keduanya melangkah bersama ke arah sofa dengan tangan kanan Kai merangkul pundak kanan Sehun.

"Duduklah." Ucap Kai dengan lembut, Sehun menoleh padanya dan tersenyum kecil.

Sehun duduk begitupula dengan Kai yang memilih duduk di sebelah Sehun, tangannya bahkan masih bertengger di pundak Sehun.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda? Nyonya mau bercerita pada saya?" Tanya Kai dengan lembut dan sopan.

Sehun menatap wajah Kai lekat, lalu terkekeh pelan. "Kita begitu dekat bahkan aku tak ragu untuk menceritakan segalanya padamu, tapi kenapa kau masih bersikap seperti ini padaku?"

"Maksud anda?" Tanya Kai kurang mengerti perkataan Sehun.

Sehun menghela nafasnya. "Ya seperti inilah, kau bicara seperti pegawaiku yang lain." Jawabnya dan Kai mulai mengerti.

"Dengar, Kai..." Sehun meraih tangan kiri Kai dan menggenggamnya erat, "Kau tidak perlu memanggilku nyonya atau anda lagi, cukup panggil aku Sehun atau... Noona." Sehun tertawa kecil setelah mengatakan kata yang terakhir, entah akan selucu apa jika Kai memanggilnya Noona.

Kai sendiri ikut tertawa dan tanpa sadar menarik tubuh Sehun lebih dekat ke arahnya karena merasa gemas. "Apa aku boleh memanggilmu Sehun?" Bisiknya di depan wajah cantik Sehun.

Sehun mengangguk, "Tentu saja, Kai. Itu jauh lebih baik." Jawabnya dengan bisikan.

Kai maupun Sehun saling melempar senyuman.

"Jadi, Sehun... apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Kai kembali pada topik utama pembicaraan mereka.

Sehun terdiam untuk sejenak, matanya menatap wajah penasaran Kai dengan lekat. "Kai, sepertinya untuk saat ini aku belum bisa menggugat cerai Kris." Jawabnya.

Kai tentu terkejut mendengarnya, setahunya Sehun sudah setuju dengan sarannya untuk bercerai dari Kris, lalu kenapa sekarang justru Sehun berubah pikiran?

"Mungkinkah Sehun kembali termakan omong kosong Kris dan memaafkannya? Tidak, Sehun! Kau tidak boleh melakukannya!" Batin Kai marah.

"Bukankah kau sudah memutuskan untuk bercerai, lalu kenapa sekarang berubah pikiran?" Tanya Kai dengan pelan, tanpa sadar tangannya meremas pundak Sehun.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang