🕊️

303 33 4
                                    

~~ KAIHUN ~~
























DORR!

DORR!

DORR!


"Berulang kali sudah kuperingatkan untuk tidak mencoba mengkhianatiku." Ujar Kai dengan menatap datar tiga orang yang telah terkapar tak bernyawa di bawah kakinya setelah mendapatkan tembakan tepat di dada mereka.

"Dan pada akhirnya, mereka yang mengkhianatiku akan berakhir menghilang dari dunia ini." Kai sangat geram, hal yang sama sudah terjadi berulang kali dimana anak buahnya mengkhianatinya dengan menjadi mata-mata musuh.

Kai tidak bisa menerima pengkhianatan dan ia akan membalas pengkhianatan itu dengan nyawa.

"Aku tidak akan mentolerir pengkhianatan dalam bentuk apapun di dalam organisasiku. Jadikan hari ini pelajaran yang berharga agar kalian semua bisa berpikir ribuan kali jika ingin mencoba mengkhianati diriku." Untuk kesekian kalinya Kai memperingatkan anak buahnya yang ikut menyaksikan kematian tiga orang anak buahnya yang berkhianat.

BRUKK!

Semua yang ada di ruangan itu seketika menoleh ke sumber suara. Dimana sebuah papan kayu terjatuh begitu saja, hal itu tentunya bukan terjadi tanpa sebab.

"Tuan, sepertinya kayu itu tidak jatuh disebakan oleh angin atau hewan liar." Ucap salah satu anak buah Kai yang berdiri di sampingnya.

"Kau benar, Ten. Kejar orang itu dan bawa ke hadapanku." Perintah Kai pada anak buah kepercayaannya itu.

"Baik, Tuan." Ten segera berlari keluar dari ruangan itu yang tak lain adalah sebuah gudang tua bersama dua orang anak buah Kai yang lainnya.

"Kenapa ada begitu banyak mata-mata disekitarku? Sungguh menjengkelkan." Gumam Kai dengan kesal. Pekerjaannya sudah terlalu banyak, ditambah ia harus memberantas para mata-mata musuh yang ingin menghancurkannya.

"Tuan..." Tak lama Ten kembali ke hadapan Kai, tentunya bersama dua anak buah yang mengikutinya.

Kai menatap Ten dengan bingung, "Kau kehilangannya?" Tanyanya tak percaya, mengingat Ten kembali tanpa membawa orang yang dianggapnya mata-mata itu.

"Maafkan saya, Tuan." Ten tampak menyesal karena tidak berhasil memenuhi perintah Kai.

"Apa orang itu menghilang seperti hantu sehingga kalian tidak mampu menangkapnya, ha?!" Kai terteriak dengan marah. Terlebih pada Ten yang selama ini tidak pernah mengecewakannya.

"Saya sungguh minta maaf, Tuan. Masalahnya orang itu..." Ten tampak ragu-ragu mengatakannya, membuat Kai semakin kesal.

"Apakah orang itu Presiden sehingga kau tidak berani membawanya ke hadapanku?" Kai terus berteriak. Suasana hatinya yang memang sedang buruk membuat amarahnya dengan mudah meledak.

"Bukan, Tuan. Masalahnya yang datang adalah ... Nyonya."

Kai terkejut mendengar penuturan Ten. Seseorang yang tidak pernah diduganya sama sekali.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang