500 45 4
                                    

~~ KAIHUN ~~





















"Apa pendapatmu setelah melihat fotonya, suamiku? Apa kau menyukainya?" Tanya Nyonya Kim setelah melihat sang suami tampak memandangi foto seorang gadis yang ia tunjukkan.

"Maksudku, apa kau setuju jika gadis ini yang akan... mengandung anak kita?" Ralat Nyonya Kim setelah menyadari kesalahannya dalam berkata.

"Sangat cantik." Tuan Kim bersuara dengan tatapan matanya yang terus memandang foto di tangannya.

"Kali ini apa kau setuju dia yang akan menjadi menyewakan rahimnya untuk mengandung anak kita, kan?" Bukan jawaban berupa pujian yang Nyonya Kim inginkan dari suaminya.

"Dia terlihat masih sangat muda." Komentar Tuan Kim setelah menilai sosok gadis yang ada di dalam foto itu, "Tampak masih berusia sembilan belas tahun, apa kau sudah memikirkan konsekuensinya?"

"Dia tidak semuda itu, Suamiku. Dia sudah berusia dua puluh enam tahun, usia yang matang untuk bisa mengandung sehingga kita tidak perlu khawatir tentang konsekuensi apapun. Dia sudah melakukan serangkaian pemeriksaan dan hasilnya bagus, rahimnya sehat dan tidak memiliki suatu penyakit apapun."

Tuan Kim tampak terkejut. Ternyata dugaannya meleset, tatapan matanya kembali memandang foto gadis di tangannya.

"Selain itu, apa kau sudah yakin gadis ini tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari?"

Nyonya kim menarik senyumannya, tangannya terulur untuk menyentuh bahu tegap suaminya, "Percayalah padaku. Gadis ini tidak akan menimbulkan masalah apapun untuk kita, setelah dia melahirkan anak kita, dia akan pergi tanpa berani menuntut apapun karena sebelum itu kita sudah memberikan apa yang diinginkannya."

Penjelasan istrinya membuat Tuan Kim terdiam.

"Bagaimana, suamiku? Kali ini kau setuju, kan?" Tanya Nyonya Kim, ia sangat berharap kali ini suaminya bersedia memenuhi keinginannya.

"Jika menurutmu semua telah terkendali, maka apa yang bisa kulakukan untuk menolaknya?"

Nyonya Kim tampak melebarkan senyumannya, "Jadi kau setuju?"

Tuan Kim menatap sang istri dan mengangguk singkat.

"Besok aku akan menemuinya untuk membicarakan Perjanjiannya." Wajah Nyonya Kim begitu bahagia karena pada akhirnya keinginannya untuk memiliki seorang anak akan segera terwujud, walau berkat bantuan dari wanita lain.

"Tapi aku ingin kau menambah satu daftar Perjanjiannya, Yujin."

Perkataan Tuan Kim menghentikan niat Nyonya Kim untuk meninggalkan ruang kerjanya.

Yujin tampak mengernyit bingung, "Apa itu, suamiku? Katakanlah."

Tuan Kim menatap lekat wajah istrinya, "Perjanjian ini harus ada di urutan pertama."

"Baik, sesuai keinginanmu."

Ada jeda selama beberapa detik sebelum Tuan Kim mengatakan yang ada di dalam pikirannya. Membuat Yujin menjadi gugup karena tatapan dalamnya.

"Aku ingin menikahinya."

Yujin terbelalak mendengarnya, "Apa? Menikahinya?" Dirinya mungkin siap meminta bantuan wanita lain untuk melahirkan anak suaminya, tapi tidak dengan menikahi wanita itu. Karena sampai kapanpun ia tidak akan sudi di madu.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang