NB&AG || Part 26

101K 13.8K 347
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

.
.
.
.
.

H A P P Y  R E A D I N G  !



Seusai ulangan harian tadi, Reina tetap bertahan dengan muka murungnya. Ia terlampau pusing sekaligus kesal dengan Raisa. Padahal ia sudah mengatur rencana agar tak mengikuti ulangan matematika. Tetapi, teman laknatnya itu menggagalkan semuanya! Inginnya ia mencekik Raisa, tapi ia masih sadar jika ia tak punya teman lagi selain Raisa. Sebenarnya banyak saja yang ingin menjadi temannya. Tapi, tak ada yang seasik dan setulus Raisa. Mereka semua hanya ingin mengincar ketenaran jika berteman dengan Reina. Reina pun sejujurnya tak ingin menjadi the most wanted girl di sekolahnya. Hanya saja warga sekolahnya itu terlalu berlebihan dengan wajah bak dewi yunani miliknya ini. Memang susah jika jadi orang cantik.

Reina berjalan di koridor sekolah. Ia ingin menghampiri Galang ke kelasnya. Ia mengeratkan jemarinya di tas ranselnya. Rambutnya berkibar ke kiri ke kanan sesuai arah mata angin. Sepanjang jalan ia selalu dipandangi dan dipuji oleh warga sekolahnya itu. Entah siapa, ia pun tak tahu.

“Ada Galang?” tanya Reina kepada salah satu teman sekelas Galang. Ia tak tahu cowok itu bernama siapa.

Cowok itu menghampiri Galang dan menepuk pundah Galang pelan. “Lang, ada yang nyariin tuh." Galang mengangguk.

Galang merapikan bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Kemudian ia menghampiri Reina.

“Pulang, yuk!” Galang mengangguk.

Mereka berjalan beriringan sampai ke parkiran ketika Reina hendak membuka pintu mengemudinya.

Galang mencekal tangan Reina. “Sebentar, Rein."

“Kenapa?” Reina bertanya seraya membenarkan poninya yang terhempas angin.

“Buku paket matematikaku ketinggalan,” ucapnya seraya menggaruk pelan tengkuknya yang tak gatal.

“Ya udah, ambil sana! Cepetan, ya!” Galang mengangguk kemudian berlari menuju kelasnya lagi. Reina tersenyum melihat tingkah Galang.

Padahal, gak bakal gue tinggal juga,” batin Reina.

Sedangkan di balik pagar sekolahnya terdapat seseorang yang sedang menguping percakapan antara Galang dan Reina.

“Rasa penyesalan dan kekesalan gue menjadi satu.”

Kemudian seseorang itu melenggang pergi.

“Hosh! Hoss!” deru nafas Galang tak teratur. Itu akibatnya jika ia berlari. Sebegitu pentingnya buku paket matematika baginya.

“Haus, Bang?” tanya Reina dengan sedikit kekehannya.

Galang masih mengatur nafasnya agar normal kembali. “Iya, Neng.”

 ***

Di sisi lain ada Raisa yang sedang berjalan menuju halte bus. Hari ini ia tidak membawa mobilnya karena sedang diservice. Temannya yang sangat ia cintai juga sangatlah tidak peka! Raisa kesal. Sudah tau dirinya tak membawa mobil. Bisa-bisanya teman bak kuyangnya itu tidak menawarinya pulang bersama. Malah sibuk dengan pacarnya! Ia tak mau kalah! Ia akan segera memiliki pacar juga.

Raisa duduk di halte bus. Tak ada satu pun orang yang berlalu lalang. Mungkin karena sudah sore.

Terdengar suara klakson motor dari sebelah kiri, Raisa memandangi motor ninja berwarna hitam itu, dengan pengendara yang memakai seragam sama dengannya dan tak lupa dengan helm full face yang tertancap di kepalanya.

“Pulang bareng."

Raisa mengerutkan dahinya. Siapa orang yang tak dikenalinya ini, berani-beraninya ia menawari dirinya pulang bersama.

“Siapa lo?” ketus Raisa.

Cowok itu membuka helmnya dan, “Gue kevin."

Raisa tertawa renyah sambil memegangi perutnya. “Cowok yang ditolak Reina itu, ya?” kemudian ia tertawa lagi.

“Hahaha! yang di lapangan itu, kan?” ujarnya lagi.

Kevin pun mengangguk. Mau tak mau ia harus mengakui kebenaran yang memalukan itu.

Raisa masih sibuk dengan tawanya.

Tak terasa rintik-rintik hujan mulai turun.

Kevin pun berteriak. “Buruan naik! Hujan mau turun!”

Raisa memandangi langit ketika kevin berteriak padanya. Tak lama ia berpikir, kemudian ia menuju motor Kevin dan menaikinya.

“Makasih." Kevin mengangguk dan dengan cepat ia menulusuri jalan raya itu.

 





[JANGAN LUPA VOTE SESUDAH MEMBACA! KOMEN JUGA BOLEH!]

***
TBC!

Nerd Boy & Absurd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang