NB&AG || Part 28

100K 13.3K 145
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

.
.
.
.
.

H A P P Y  R E A D I N G  !




Pagi ini Reina nampak sedikit lebih ceria dibanding pagi yang kemarin.

Ia merapikan seragam sekolahnya di depan meja rias, dan tak lupa dengan menyemprotkan parfum yang baru ia beli dua hari yang lalu.

Ia mengambil ponselnya di nakas dan menggendong tasnya di sisi kiri pundaknya.

“Pagi, Ma!” sapanya pada Jasmine yang terlihat dari tangga atas.

Ibu anak satu itu rupanya sedang sibuk membuat sarapan di meja makan.

“Sarapan, Na." Reina mengangguk.

Jasmine duduk di sebrang meja Reina, ia tersenyum menatap anak gadisnya yang sedang makan roti dengan lahap ini. Tak disangka anak perempuannya sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Ia berharap ke depannya banyak hal baik yang terjadi kepada Reina.

Suara Reina membuyarkan lamunannya. “Ma, pulang sekolah nanti aku mau ke rumah Raisa dulu ya, main.”

Reina memang sengaja berbohong soal ia yang akan bertemu dengan bunda galang. Ia tak ingin  Mamanya mengetahui urusannya dengan galang. Lebih tepatnya belum perlu tahu.

“Oke, pulangnya jangan malem-malem, ya.” Reina mengangguk sebagai jawaban.

Reina meneguk susu putihnya, ia menghabiskan setengah gelas kemudian mengelap bibirnya dengan tisu.

“Ma, aku berangkat dulu, ya.”

“Iya, Na." Jasmine tersenyum dan menyerahkan punggung tangannya untuk dicium dengan Reina.

Reina mengendarai mobilnya dengan santai, hari ini ia tak berniat untuk menjemput Galang.  Lagi pula pacarnya itu tidak minta dijemput juga.

Oh, iya! Tadi malam, setelah ia membaca pesan Raisa ia terlampau kaget. Belum sempat ia membalasnya, ponsel laknatnya itu malah mati, alias lowbat. Sungguh menyebalkan!

“Arghh! GUE KEPO!” gerutu Reina sedikit berteriak. Untung ia di dalam mobil, bagaimana jika di luar? Bisa-bisa ia dianggap orang gila yang sedang mengamuk.

Ponsel Reina berdering. Ia mengambil ponselnya dari saku seragam.

Tertera nama yang sedang menelponnya.

Bunda Galang is calling...

Ia menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya dan menaruhnya di telinga sebelah kiri.

“Iya, pagi juga.”

“...”

“Oh, iya gak papa kok, Bunda.”

“...”

“Sama-sama, Bun.”

Setelah ia mematikan ponselnya ia menaruh kembali ponselnya ke dalam saku seragamnya.

Bagaimana ia bisa lupa jika ada janji bersama bundanya Galang. Untung saja dibatalkan oleh bunda Galang.

Reina tersenyum.

Berarti, hari ini gue bisa kepoin Raisa,” batin Reina.

***

Reina telah sampai di sekolahnya. Ia melangkahkan kaki menuju kelas. Seperti biasa, banyak pasang mata yang sedang memandanginya. Jujur, ia sedikit tidak suka dengan hal ini.

“ISTRI HAMIS ....!” teriak Reina di koridor kelasnya.

Ia melihat Raisa yang sedang berbincang dengan salah satu temannya.

Teriakan itu membuat sang pemilik nama merasa terpanggil.

Raisa menoleh ke belakangan. Ia mendapati teman somplaknya yang sedang berlarian menuju kepadanya.

Raisa merentangkan kedua tangannya ia berlari kecil ke arah Reina. “ISTRI CUPU ...!”

Keduanya berhadapan Raisa masih dengan kedua tangannya yang direntangkan, sedangkan Reina menahan badannya agar tidak terjungkal ke pelukan Raisa.

“Sa."

Sang pemilik nama menoleh, rupanya Kevin yang memanggilnya.

“Mau apa lo?” Bukan Raisa yang menjawab, melainkan Reina dengan nada ketusnya.

Ia melipat kedua tangannya di atas perut. Memandangi Kevin dari atas sampai bawah.

Rupanya makhluk ini yang kemarin mengantar bestie-nya pulang. Catat ya, bestie!

“Santuy, dong!” celetuk Raisa.

Keadaan menjadi tegang seketika.

“Gue mau ngomong sama, Raisa.”

Tringg! Tringg! Tringggg!

Bel masuk kelas terdengar. Bel itu menghancurkan obrolan mereka bertiga.

“Nanti gue chat,” kata Kevin pada Raisa. Kemudian ia melenggang pergi.

“Lah, emang die punya nomor gue?” monolog Raisa.

Reina menghendikkan bahunya.

***

“Jadi gini ....”

“Eh gak cukup, lanjut part dua."

Sontak Reina menggebrak meja yang dihadapannya. “Jangan bikin kesel dong anj-”

Raisa melonjak kaget ia mengangkat kedua tangannya ke udara. “Eitss, tahan, tahan, istighfar, jangan ngomong kasar.”

Reina menghela nafas kasar. “Iya, buruan!”

Raisa mulai menceritakan kejadiannya kemarin. Mulai dari ia yang menunggu kendaraan di halte bus, kemudian bertemu dengan Kevin dan hujan yang mulai turun. Ia bercerita penuh dengan kehebohan dan ekspresi yang berlebihan.

“Hm, lo jangan deket-deket sama dia,” ucap Reina. Ia tak ingin Raisa menjadi korban atau bahan ke boringan-nya Kevin.

“Iya, iya. Lagian gue juga gak kenal die, kan.”

“Tapi, gue ... Tertarik,” lanjutnya dengan seringai di sudut bibirnya.









[JANGAN LUPA VOTE SESUDAH MEMBACA! KOMEN JUGA BOLEH!]

***
TBC!

Nerd Boy & Absurd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang