II

368 85 11
                                    

Delapan tahun kemudian...

"Hallo epribadeh para pengikut kuu, Arsya yang cantik imut dan menggemaskan ini meminta izin buat nyanyi boleh dong pastinya iyakan iyakan?" teriak Arsya di dalam kelasnya. Lihat saja ia sudah membawa sapu untuk dijadikan miccrofon mungkin?

"Mumpung lagi jamkos nih, mayan bikin rame dikit hehe," batinnya dalam hati.

"Diizinin atau enggak lu bakal tetep nyanyikan kutu kupret," sinis Anrex ketua kelas XI MIPA 5. Ia lebih baik mengalah kalau sudah berhubungan dengan Arsya. Pasalnya, kalau Arsya sudah buka suara, tak seorang pun yang bisa mengalahkan ucapannya itu, katanya sih Arsya itu Queen of bacot di kelasnya.

Arsyakayla Alexander, gadis cantik dengan tubuh ideal. Surau hitamnya ia uraikan menambah kesan mempesona untuk dirinya. Kulit yang putih bersih dengan mata sipit sempurna, hidung mancung dilengkapi bibir mungilnya membuat kaum adam di sekolahnya selalu tergiur akan kecantikan yang ia miliki. Selain memiliki fisik sempurna, jangan lupakan ia juga seorang model remaja, pantas saja ia menjadi most wanted di SMA Bunga Bangsa.

"Ayo gaes mulai, bapak KM sudah mengizinkan haha."

"Titan, bunyin embernya duluan dong."

"Yang lain juga."

"Ciwi-ciwi nyanyi ya jangan mingkem mulu."

Seisi kelas pun menuruti apa yang diperintahkan Arsya. Bagi mereka tak ada salahnya kan mengikuti? Kapan lagi coba bisa party kecil-kecilan seperti ini.

Arsya memimpin,

" 1 2 1 2 3 "

"IZINKAN AKU UNTUK TERAKHIR KALINYA
SEMALAM SAJA BERSAMAMU
MENGENANG ASMARA KITA
DAN AKUPUN BERHARAP
SEMOGA KITA TAK BERPISAH
DAN KAU MAAFKAN KESALAHAN
YANG TELAH KU BUAT."

Gema seisi kelas terdengar sampai keluar ruangan. Suara bising dari ember berpadu dengan suara jeritan manusia terdengar begitu nyaring memenuhi isi kelas. Beruntungnya kelas ini terletak paling ujung dan berdampingan dengan kantin sekolah.

Tok... Tok... Tok

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar, dalam sekejap seluruh siswa-siswi kelas XI MIPA 5 pun sesegera mungkin menuju tempat duduk mereka masing masing, terkecuali Arsya. Bukannya ke tempat duduknya ia malah duduk di tempat guru. Pikirnya kalau ada yang dekat kenapa harus yang jauh? Karena saat ini hanya tempat duduk guru lah yang jaraknya dekat dengannya.

Keadaan seketika menjadi hening. Ada yang berpura-pura membaca buku, menulis, dan duduk dengan sikap sempurna, terlihat jelas bukan pencitraannya?

Pintu terbuka perlahan-lahan, Argen memasuki kelas dengan tenang. Ekspresi wajahnya yang datar tampak segar dihiasi rambut hitamnya terlihat kebasahan. Kedua tangan kekarnya dimasukkan ke dalam saku celana, tak lupa juga ia menjinjing tas kecil di pundak kanan. Sepertinya jamkos ini ia manfaatkan untuk berlatih skill renangnya.

Argen Alister Gabino Mahavir, putra tunggal dari marga Mahavir. Marga yang sudah pastinya dikenal oleh seluruh dunia. Dulu, kakek nya seorang pengusahawan go- internasional. Sang kakek bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri yang sangat berjaya. Namun, setelah kakeknya tiada, beliau menitipkan segala harta bendanya untuk Reynald Mahavir, anak tunggal kakeknya Argen.

Ibunya, Nadira Mahavir seorang dosen di universitas luar negeri. Ia hanya akan pulang setiap enam bulan sekali. Argen, atlet perenang sekaligus ketua geng motor ternama di Jakarta, geng Barnet. Sudah terbayangkan bagaimana se-terkenal apakah sosok Argen?

Jika dilihat dari fisiknya, Argen remaja lelaki tampan dan menawan dengan fostur tubuh yang tinggi. Kulit putih keturunan dari kedua orang tuanya, sorot matanya yang tajam, dan jangan lupakan hidung mancungnya yang menangkring sempurna.

"Sialan lu bos ketua, bikin kita semua kaget aja," semprot Daniel, teman dekat sekaligus teman satu geng motornya.

Di kelas ini, hanya ada empat orang yang bergabung dengan geng Barnet, yaitu Argen, Daniel, Reynald, dan Titan. Mereka berempat adalah anggota inti dari geng Barnet.

Argen, cowok itu acuh tak acuh dengan apa yang Daniel ucapkan. Ia langsung mendaratkan pantatnya ke tempat duduknya yang berada di pojok kanan. Kemudian mensejajarkan empat kursi sebagai tempat untuk ia tidur.

"Sabar Nil, si bos mungkin kupingnya lagi kondangan," ucap Reynald, kebetulan Daniel dan Reynald adalah teman sebangku.

"Ko tumben ya Nald masih hening? Biasanya langsung berisik lagi? Dimana si dedek Aca yang ngeduluin buat pesta begini?" tanya Daniel kebingungan.

"Woi rakyat, kemana si Arsya?"

"Makanya punya mata itu dipake, bukan buat liatin yang 18+ terus. Noh Arsya gede banget di depan lagi tidur di tempat duduk guru lu gak keliatan apa?" semprot Avika, sang bendaraha kelas sekaligus teman sebangku Arsya.

"Lu kalo ngomong ya, Vik, ga pernah salah emang," balas Daniel diiringi tawa yang terbahak-bahak.

"Hahahaha gobloknya sobat gue." Tawa Reynaldpun keluar, begitu juga dengan Daniel dan Titan hingga membangunkan dua manusia yang tengah menikmati alam tidurnya.

"GAUSAH BERISIK," ucap Arsya dan Argen berbarengan tanpa sadar. Hal itu sontak membuat Reynald dan Daniel saling berpandangan.

"Anjir ko bisa barengan gitu ya ngomongnya? Padahal kan jaraknya jauh?" ucap Reynald.

"Apa ini yang dinamakan jodoh?" tambah Daniel.



jangan lupa tinggalkan jejak ya readersss!!!❤️❤️

Love in ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang