"Aku suka sama kamu Argen."
Kini Argen dan Kayla berada di taman belakang sekolah yang cukup sepi karena jam pelajaran masih berlangsung.
Mereka berdua duduk di kursi putih yang tidak begitu panjang. Kayla tetap fokus menelitik raut wajah Argen yang sangat tampan walaupun dilihat dari samping, hidung mancung bercampur dengan keringat yang sedikit menetes, serta jakunnya yang indah menghiasi lehernya yang putih bersih.
Pandangan mata Argen masih tetap fokus ke depan. Matanya sedikit mengeryit karena sinar matahari menerpa wajahnya. Tak ada niat sedikitpun dalam diri Argen untuk membalas ucapan wanita di sampingnya, bahkan untuk memandangpun ia tak ingin sama sekali.
"Argen, kamu dengerin aku ngomongkan? Aku suka sama kamu Argen. Butuh waktu dua tahun untuk aku beraniin diri buat ungkapin perasaan aku ke kamu Argen. Aku coba buat deket sama cowok lain termasuk Daniel temen kamu, tapi nihil Argen, aku tetep gabisa lupain kamu. Karena aku sadar, sebanyak apapun cowok yang dekat sama aku, tapi titik fokus aku itu cuma kamu Argen," ucap Kayla sendu, tangannya perlahan mengelus bagian otot kanan Argen.
Argen masih tak menghiraukan ucapan Kayla. Ia menepis kasar tangan Kayla lalu segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Kayla. Kayla tak tinggal diam, dengan cepat ia menarik tangan Argen.
"Kamu gak ada niatan buat balas perasaan aku?" tanya Kayla sendu, matanya menatap rambut hitam milik lelaki di depannya.
"Argen jawab, kamu gak bisu kan?" sambung Kayla dengan nada yang sedikit ia naikkan.
Argen menarik nafas sejenak, lalu menghembuskannya kasar. "Gue diem bukan berarti gue bisu. Gue gak mau nyakitin lu dengan omongan kasar dari mulut gue," balas Argen tegas, tubuhnya berbalik menghadap Kayla.
"Kapan kamu suka sama aku Argen? Apasih kurangnya aku dimata kamu Argen?" tanya Kayla pelan.
"Siniin pulpen yang disaku lu," pinta Argen menunjuk ke arah saku Kayla yang terdapat pulpen pink dengan motif babi. Kaylapun segera mengambil pulpennya itu dan memberikannya pada Argen.
Dengan cepat, Argen menuliskan sesuatu ditelapak tangannya.
"Dengan begini gue gak ngeluarin omongan kasar dari mulut gue. Tinggal lu baca aja," ucap Argen, tangannya terulur memperlihatkan tulisannya di telapak tangan tepat di depan mata Kayla. Tidak begitu lantang Kayla membacanya, namun cukup terdengar di telinga orang yang didekatnya.
"Gue gak akan suka sama lu sampai kapanpun, bitch!" ucap Kayla membaca tulisan Argen.
Argen menghapus kembali tulisan itu, dan menuliskan sesuatu lagi ditelapak tangannya. Setelah selesai, ia kembali memperlihatkan lagi kepada Kayla.
"Jauh-jauh dari gue. Gue gak suka lihat cewek yang nyatain perasaan duluan. Murahan!" ucap Kayla membaca tulisan Argen yang kedua kalinya.
Argen melemparkan pulpen pink itu tepat mengenai jidat putih Kayla dan berlalu meninggalkan Kayla begitu saja sendirian di taman.
Sedikit demi sedikit, air mata Kayla mulai menetas menerpa pipinya. Hanya rasa sakit yang kini mendominasi perasaannya, saat seseorang yang ia cintai selama dua tahun ini menolaknya dengan melontarkan kata kata kasar yang masuk ke dalam relung hatinya. Ia tak pernah mengira akan seperti ini jadinya, ia selalu berimajinasi bahwa cintanya akan bersatu dengan pemilik hatinya, dan berujung bahagia.
Tapi ternyata, tidak semudah itu.
****
"Ke kantin bareng gue." Tangannya mendongakkan dagu Arsya yang sedari tadi menunduk. Disana masih ada ketiga temannya namun ia tak ingin bergabung sama sekali. Saat ini ia hanya ingin tidur dengan nyaman tanpa ada gangguan sedikitpun.
"Dan kalian, bangunin gue kalo udah bel istirahat," sambungnya lagi mengarah kepada ketiga temannya dan berlalu menghampiri tempat duduknya.
"Kok lu tumben Sya gak ngelawan digituin sama Argen?" tanya Azulla heran.
"Gak tau gue juga," balas Arsya, ia pun sama herannya, kenapa dirinya saat ini tak ingin sedikitpun melawan Argen.
"Kena pelet ya lu Sya sama Argen?" tanya Daniel curiga.
Refleks, Arsya menoyor kepala Daniel di depannya. Memang benar, omongan Daniel itu sama seperti Argen, tidak pernah difilter terlebih dahulu.
"Ngadi ngadi lu," semprot Arsya.
"Tan, lu mau permen lolipop ga?" tanya Avika dengan menampilkan senyum manisnya.
"Heh Vika, lu demen ya sama Otan?" tebak Arsya.
"Anjai anjai ada yang cinlok euy," ucap Reynald. Satu matanya sesekali mengedipkan ke arah Titan, membuat Titan bergidik ngeri.
"Lolipop?" tanya Titan berpura-pura bingung, sebenarnya ia sedang menahan senyumnya agar teman-temannya terutama Daniel tidak ada kesempatan untuk lebih menggodanya lagi.
Avika mengangguk cepat, tangannya meraba saku rok pendek mengambil lolipop berbentuk love yang dibawanya dari rumah.
"Nih," ucap Avika, tangannya terulur memberikan lolipop kepada Titan dan diterima baik oleh Titan.
"Beli dimana Vik?" tanya Daniel. Sepertinya ia harus membelinya juga untuk Azulla.
"Gak tau. Gue dapet ngambil dari tas adik gue hehe," balasnya.
"Sialan gak modal hahaha," ucap Daniel.
"Gapapa Vik, yang penting lu ikhlas, gue tetep suka kok walaupun lu ngambilnya dari tas adik lu," bela Titan dibalasi anggukan oleh Avika.
"Ngambil tanpa izin sama aja nyolong bego," semprot Daniel.
"Mereka adik kakak, gak ada salahnya juga brad, diwajarin aja," balas Reynald.
"Mending Avika daripada lu Niel. Avika ngasih lolipop ke Titan, tapi lu mana yang katanya suka sama temen gue, Azulla, gak pernah ngasih apa-apatuh ke dia ya gak La? Ngasih gombalan doangmah ga bakal bikin mempan cuy gak berkesan juga hahaha," ledek Arsya.
"Diem lu jomblo!" sentak Daniel.
"Dia cewek gue."
Sontok seisi kelas langsung menoleh pada sumber suara. Argen bangkit dari tidurnya dan menghampiri Arsya. Tangannya menarik kursi kosong di samping Arsya, lalu meletakkannya tepat di belakang punggung Arsya dan mendudukinya.
Raut wajahnya masih datar tak ada sedikitpun senyum terukir di bibirnya. Tangannya ia lipatkan di depan dada, kedua matanya sedari tadi menatap surau hitam milik gadisnya. Sementara disisi lain, Arsya masih tetap terbungkam, terkejut oleh perkataan Argen yang mengakui dirinya sebagai kekasih Argen terang- terangan di depan teman sekelasnya. Ingin membantahpun ia tak bisa, karena memang kenyataannya saat ini ia berhubungan dengan Argen.
"Ini gue beneran ceweknya Argen?" batinnya.
"Argen kalau bercanda gak usah pake ngaku-ngaku pacaran sama Arsya anjir," ucap Anrex lantang.
Argen bangkit dari duduknya, menarik paksa tangan Arsya dan membawanya ke depan kelas. Arsya yang diperlakukan seperti itu pun merasa heran namun ia tidak memberontak sama sekali. Begitu pula dengan seluruh penghuni kelas, masih tak percaya apa yang diucapkan Argen barusan. Sebagian para wanita ada yang berbisik-bisik membicarakan Arsya, namun tak jarang juga ada yang mendukung hubungan keduanya.
"Pagi tadi sekitar jam 6 lebih, Arsya jadi milik gue. She is my mine," jelas Argen di depan semua teman sekelasnya, tangan kanannya setia menggenggam tangan kiri Arsya.
Suara tepukan tangan terdengar dari pojok kanan kelas, diikuti pula oleh para penghuni kelas. Berbeda halnya dengan seseorang yang dengan sengaja mengintip kelas XI MIPA 5 di balik jendela.
"Gue gak akan biarin kalian berdua bahagia." gumam seseorang itu dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...