"Apa tujuan lu ke sini?"
Sejenak Argen memperhatikan Rico dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pria yang selama ini menjadi musuh untuk dirinya dan gengnya. Kematian salah satu anggota geng angkatan VII membuat Argen dan para anggotanya semakin membenci pria di depannya. Ditambah lagi, dengan satu anggotanya yang pernah dikeroyok sehingga harus menghabiskan sisa hidupnya di atas kursi roda dan mengundurkan diri dari geng Barnet.
Dulu, Argen mengenal Rico sebagai sosok yang tenang, kalem, tapi supel dalam pergaulan dan punya teman yang cukup banyak, termasuk dirinya. Sekarang, Rico yang ada dihadapannya adalah Rico yang brandal, langganan keluar masuk penjara, dan pembuat onar.
Rico yang dulu menjadi teman dekatnya, kini telah menjadi musuh terdekatnya. Hanya karena perasaan iri dan benci yang muncul dalam diri Rico membuat keduanya harus memutuskan hubungan persahabatan.
Apalagi ditambah dengan menghilangnya Lost, adik Rico yang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Sehingga membuat Rico semakin benci kepada Argen. Pasalnya, Lost merasakan cinta bertepuk sebelah tangan kepada Argen. Mengungkapkan perasaannya kepada Argen di depan teman-temannya Argen, tetapi ditolak kasar oleh si pemilik hati. Setelah kejadian itu, Lost menghilang sampai sekarang. Dan Rico menyalahkan Argen sebagai penyebab hilangnya Lost.
Rico menampilkan smiriknya. "Gue gak boleh kesini?"
"Heh Rinso gak usah banyak bacot deh! Mau lu apa hah datang ke markas kita tiba-tiba?!" damprat Daniel yang sudah terbawa emosi semenjak kedatangan Rico membawa kedua anggota gengnya di tengah malam seperti ini. Ia sengaja memanggil Rico dengan sebutan Rinso karena saking kesalnya.
Memang, sebagian anggota geng Barnet kini tengah berkumpul di markas sampai selarut ini. Tidak tau nantinya akan berujung menginap, atau pulang ke rumahnya masing-masing.
Rico semakin mendekatkan dirinya dihadapan Argen. Mungkin hanya terkikis jarak sekitar sepuluh senti. Ia menarik satu sudut bibirnya ke atas, menatap Argen tajam. Begitu juga dengan Argen yang sama tajamnya menatap Rico.
"Sesuai apa yang lu lakuin dimasa lalu. Lost menghilang karena sikap lu! Perkataan kasar lu yang bikin dia sakit hati. Dan sekarang gue gak tau keadaan adik perempuan gue satu-satunya dimana," tegas Rico dengan nada yang lumayan tinggi, sehingga mampu terdengar oleh penghuni markas.
"Cewek cantik dengan kulit putih bersih. Bibir mungil yang merah merona. Surau hitam yang mengkilap dan dihiasi dengan poni se-alis, ga kebayang gimana menggemaskannya cewek bernama Arsyakayla Alexander. Seorang model remaja. Kekasih dari Argen Alister Gabino Mahavir, target gue selanjutnya," bisik Rico tepat di samping telinga Argen.
*****
Mansion di kawasan Jakarta Utara itu terlihat begitu sepi. Sama sekali tidak terlihat aktivitas apapun dari luar pagar, hanya terlihat kurang lebih dua puluh motor sport berwarna hitam dan merah di halaman depan mansion. Sebenarnya di dalam lingkungan pagar setinggi empat meter itu ada tiga orang penjaga berpakaian preman yang mondar-mandir di sekitar gerbang.
Seorang pria berperawakan kekar berjalan memasuki area dalam mansion. Kedua tangannya dimasukkan kedalam celana hitam panjangnya. Tubuhnya dibaluti dengan jas hitam, dan kemeja abu-abu sebagai dalamannya, serta jangan lupakan dasi yang terpasang dengan rapi di lehernya.
Ia berlalu menaiki lift, membawanya ke lantai atas, lebih tepatnya lantai lima. Setelah sampai di lantai lima, ia berjalan dengan langkah berwibawa menuju ruangan yang di pintunya tertulis "Personal Workspace."
Di dalam ruangan tersebut, terdapat satu lift lagi. Ia memencet beberapa digit angka pada samping lift itu. Lift terbuka, menampilkan sebuah lorong gelap tanpa cahaya sedikitpun. Membuat pria itu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...