"Memasuki waktu Indonesia bagian bangsat, gimana rasanya dibuat nyaman oleh sebuah harapan?" ucap Reynald, kedua kakinya ia naikkan ke atas meja.
"Sebenernya PHP itu gak akan berlaku kalau gak ada TBB," timbal Daniel menanggapi.
"Apaan tuh TBB?" tanya Titan pemasaran.
"Terlalu banyak berharap hahaha." Gelak tawa Daniel mengundang tatapan tajam dari seisi kelas, ketika Daniel baru menyadari nya, ia tersenyum canggung.
Arsya yang sedang menenggelamkan kepalanya di atas meja pun menoleh ketika Daniel memanggilnya.
"Dede Acaa," teriak Daniel. Daniel ini sepertinya suka sekali teriak-teriak, dia kira ini hutan kah? Padahal jarak tempat duduknya dengan Arsya hanya terhalang satu tempat duduk saja.
"Kenapa manggil-manggil?" Dengan malas Arsya pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Daniel.
"Sini deh sebentar," titah Daniel. Sedangkan ketiga temannya sudah tahu betul apa maksud Daniel memanggil Arsya, pasti akan menjahilinya.
Entah setan apa yang merasuki Arsya, dengan cepat ia bangkit dari duduknya dan segera menghampiri tempat duduk Daniel.
Tanpa membuka suara, Arsya hanya memajukan sedikit dagunya seolah-olah berkata 'apa' dengan raut matanya yang memunculkan tatapan sinis.
"Gak jadi Sya hahaha," jawab Daniel enteng. Lihat saja betapa menyebalkannya kan sosok Daniel? Titan dan Reynald pun ikut tertawa karena ulahnya. Terkecuali Argen, sepertinya dia masih kesal dengan perbuatan Arsya satu jam yang lalu.
Beruntung Arsya tidak ingin marah untuk saat ini. Tanpa meminta izin Arsya duduk di atas meja tempat Daniel dan Reynald.
"Eh Nald, Argen lagi sariwan ya kayanya?" tanya Arsya, dia heran kenapa Argen tak bersuara sama sekali.
Merasa terpanggil, Argen membuang muka ke arah lain. Jujur, ia masih kesal dengan perbuatan Arsya waktu istirahat tadi. Lihat saja, bocil TK ini tak adakah rasa penyesalan sedikitpun? Sungguh, dia tidak seperti manusia yang lainnya memang. Raynald yang ditanya pun hanya menggedikkan bahu tanda tak tahu, menurutnya sudah biasalah si boss nya ini bersikap seperti itu.
Arsya melirik ke arah Titan yang sedang duduk di samping Argen. Dia ingin sekali menanyakan sesuatu yang menurutnya penting kepada Titan. Mungkin, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menanyakannya.
"Eh Tan Tan," panggil Arsya.
"Gak enak banget anjir manggil Tan doang, berasa kaya lagi manggil mantan haha," monolognya.
"Ngapa lu?" tanya Titan.
"Nama lu Crishtan kenapa dipanggil Titan?" tanya Arsya penasaran.
"Mana saya tau, saya kan ikan," timbal Titan.
"Oh gue tau jawabannya hehe," ucap Daniel ia menampilkan deretan giginya yang putih itu.
"Apa?" jawab Arsya, Titan, dan Reynald berbarengan.
"Tanyakan saja pada sumbernya," sahut Daniel membuat Arsya dan Titan menghembuskan nafas kasar.
"Gini nih, kalau punya temen otak gobloknya alami tanpa campur tangan manusia," sahut Titan. Merasa kesal apa yang dikatakan Daniel, ia pun segera bangkit hendak menjambak rambut Daniel. Namun sebelum itu terjadi, Daniel dengan sigap menepis lengan Titan terlebih dahulu.
"Satu jambakan, uang merah lu buat gue gimana?" tawar Daniel, alisnya dengan sengaja ia naik turunkan.
"Najis geer lu, siapa juga yang mau jambak rambut lu, kalau gue jambak yang ada tangan gue bakal gatel gatel nantinya, dirambut lu kan banyak hewannya hahaha," jawab Titan.
"Emang iya Niel? Lu pelihara apa dirambut lu itu?" tanya Arsya dengan tampang polosnya itu.
"Ternyata yang goblok bukan gue doang ya, tetap jadi goblok ya Sya biar gue ada temennya," ucap Daniel, ia mengulurkan tangan kanannya kepada Arsya, seolah menyuruh Arsya untuk melakukannya juga.
"Goblok kok dipelihara, gue sih ogah ya," sahut Arsya. Sementara Titan, cowok tampan itu cekikikan mendengar penuturan Arsya barusan.
"Tan, gue manggil lu Otan aja ya," sambung Arsya.
"Ya Tuhan, kenapa nama Christan yang bagus ini jadi bercabang-cabang," keluhnya dengan memasang wajah sok dramatis.
"Eh bentar deh bentar, bukannya Otan itu monyet ya?" ucap Raynald, ia baru menyadarinya.
"Bermain bersama si Otan hahaha," kata Daniel. Ia pun bergaya layaknya seorang monyet.
"Berbakat jadi monyet." Argen menanggapi, melihat Daniel yang bergaya seperti itu membuat mood yang dirusak oleh Arsya kini kembali sedikit lebih baik.
"Enggak bisu, masih bisa ngomong ternyata," celetuk Arsya, satu sudut bibirnya tertarik ke atas.
"Dasar cewek ganjen!"
jangan lupa tinggalkan jejak ya readersss!!!❤️❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...