IX

193 57 4
                                    

Daniel, Titan dan Reynald, sekarang sedang berada di depan rumah Argen. Bukan hanya sekali dua kali mereka bertamu, melainkan sudah beberapa kali. Jadi, tak jarang mereka bersikap semaunya, lagian rumah Argenkan hanya dihuni oleh 2 orang, Argen dan Bik Leli asisten rumah tangganya saja. Lantaran setahu mereka kedua orang tua Argen ada di luar negeri sehingga mereka menganggap rumah Argen seperti rumah mereka sendiri.

"Ketuk pintunya anjir lu mau disini terus gitu berdiri?" ucap Raynald.

"Lu nyuruh siapa nald?" tanya Daniel, dagunya ia sedikit ke depankan.

"Lu lah," tunjuk Raynald.

"Lu aja deh Tan," tunjuk Daniel.

"Ribet banget sih kalian pada, pake acara tunjuk tunjukkan kaya anak TK, kenapa harus satu orang yang ditunjuk sih kalau bisa ngetuk barengan?" lerai Titan.

"Oh iyaya kenapa gue baru kepikiran ya," celoteh Daniel dengan tampang sok polosnya.

"Muka lu Nil kaya watados gitu, jijik gue liat nya," sahut Raynald

"Watados apaan Tan?" tanya Daniel, siku tangannya menyenggol tangan Titan yang berada di sampingnya.

"WAJAH TANPA DOSA," jawab Titan dan Raynald berbarengan.

"Ya Tuhan, kenapa Daniel yang ganteng ini selalu ternistakan? Hamba salah apa?" keluh Daniel satu tangannya mengelus elus dadanya yang rata.

"Udah udah, buru ketuk. 1 2 3," intruksi Titan.

Tukk...Tukk..Tukk

"Punteennnn," ucap mereka bertiga.

"Ketuk yang keras gengs, kayanya yang punya rumah budek deh," ujar Titan.

Tukk..Tukk..Tukk (suaranya lebih keras 2x lipat dari sebelumnya)

""Puntennn paketu!" kompak mereka bertiga dengan begitu lantang.

Mendengar suara berisik di depan rumah, Bunda Nadira pun menaruh majalah yang sedang ia baca di atas meja. Segera, ia menuju pintu depan yang sedari tadi terdengar suara bising.

Saat pintu terbuka, menampilkan tiga sosok remaja lelaki dengan wajahnya yang cengegesan. Bunda Nadira tak tau siapa remaja di depannya ini. Apakah mereka sahabatnya Argen? Ah daripada penasaran mending tanya saja.

"Kalian sahabatnya Argen?" tanya Bunda Nadira.

"Gila nih si Argen, doyannya sama yang berumur hihi," ucap Daniel dalam hati.

"Iya tante. Tante simpenannya Argen ya?" ceplos Daniel. Refleks Titan menoyor kepala Daniel yang berbicara tanpa difilter terlebih dahulu.

"Eh maaf tante, mulut saya ini emang kalo ngomong ga bisa difilter dulu, alami terus bawaannya," lanjutnya. Kedua telapak tangannya disatukan sehingga menjadi seperti ini '🙏'.

"Gak apa apa. Kenalin tante ini bundanya Argen, baru pulang kemarin. Jadi wajar kalau kalian gak kenal sama tante," jawab bunda Nadira santai.

"Pantesan Argen ganteng ya, yang ngebrojolinnya aja cantik syekaleh," celetuk Raynald.

Bunda Nadira tersenyum simpul melihat tiga kelakuan remaja di depannya. Friendly sekali menurutnya.

"Ya sudah ayo masuk, Argen lagi di dapur kalian ke dapur aja ya," ajak Bunda Nadira.

"Kalian taukan dapurnya dimana?" tanya Bunda Nadira memastikan.

"Tau kok tante. Kan sering main kesini hehe,"jawab Titan.

"Panggil  bunda aja ya biar keliatan akrab. Ya sudah bunda tinggal ke kamar dulu ya," pamit bunda Nadira.

"Iya bunda ckck," kompak mereka berempat disertai cekikikan diakhirnya.

****

Didapur, terlihat Argen yang sedang heboh sendiri. Sesekali ia melompat ketika ikan yang ia goreng menyemburkan minyaknya sedikit demi sedikit ke atas. Salah siapa coba? Bik Leli sudah menawarkan biar digorengkan saja, tetapi Argen keukeuh ingin menggorengnya sendiri. Alhasil terjadilah perang antara Argen dan ikan di dapur dihiasi suara cipratan-cipratan minyak.

"Untung gue siap siaga udah pake helm hehe. Auto lecet muka gue kalo kena minyak nanti standar ketampanan gue jadi berkurang hihi," monolognya sendiri.

"Malu banget kali ya, kalo temen temen gue sampe ngeliat gue kaya gini, harga diri dan citra sang ketua geng mau ditaruh dimana kalau kaya gitu hiih," monolognya sambil bergidik ngeri.

Argen kembali membulak-balikkan ikan nya diatas penggoreng dengan jarak sekitar enam puluh senti. Walaupun sudah memakai APD (Alat Pelindung Diri) ia meski harus jaga jarak agar kesempatan posisi amannya jadi lebih meningkat.

Dari arah belakang punggung Argen, terlihat Daniel, Titan, dan Raynald akan mendekati dapur.

"Assalamualaikum paketu dimanakah engkau?" ucap Daniel dengan suara yang dibuat buat.

Mungkin karena pengaruh memakai helm dan suara yang timbul ketika ia menggoreng ikan, Argen tidak menyadari akan kehadiran ketiga temannya itu. Ia masih tetap fokus menggoreng ikannya yang masih belum matang sempurna.

"Allahuakbar! Makhluk apa itu anjir? Kaya ultramen ribut tapi masa pake celemek," ucap Daniel kaget. Ia mengucek-ngucek matanya, memastikan dengan jelas apa yang dia lihat dihadapannya ini.

Lihat saja, Argen si ketua geng motor Barnet plus atlet renang, cowok dengan tampang datar yang mampu menggiurkan hati kaum hawa, berpakaian seperti layaknya emak-emak sedang masak di dapur.

Tapi jika dipikir pikir, masih mending emak emak jika dibandingkan Argen. Lihat saja, ia memakai helm fullfacenya plus menutup jendela helm, bertelanjang dada, dan hanya membaluti tubuhnya dengan celemek bermotif cake lengkap dengan sarung tangannya, serta jangan lupakan kolor hitam pendeknya dan spatula yang ia pegang ditangan kanannya.

 Lihat saja, ia memakai helm fullfacenya plus menutup jendela helm, bertelanjang dada, dan hanya membaluti tubuhnya dengan celemek bermotif cake lengkap dengan sarung tangannya, serta jangan lupakan kolor hitam pendeknya dan spatula yang ia pegang...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boss lu ngapain pake helm segala?" tanya Daniel, kemudian ia semburkan tawa nya yang sedari tadi ia tahan.

Sementara Titan dan Raynald sudah tertawa terpingkal pingkal sedari tadi. Kini Titan dan Raynald sedang duduk di lantai dapur, kedua kakinya mereka selonjorkan dengan kedua tangannya memegang perut mereka masing-masing. Seperti anak kecil memang.

"Iii..nii hu..mor gu..gu..gue..yang ree..ceh..aataau engg..gak...sih..?" ucap Raynald terbata bata karena pengaruh dari ketawanya yang tak ada hentinya sedari tadi.

"Liat beginian berasa lagi nonton stand up comedy anjir hahaha," kata Titan mengundang gelak tawa Raynald dan Daniel.

"Kenapa mereka harus kesini sih astagaa," gerutu Argen dalam hati.

"Boss lu mau gue fotoin ga biar viral terus lu jadi terkenal haha," tawar Daniel. Mereka semua masih tertawa kecuali Argen, dia hanya bisa diam, rasa malu mendominasi perasaannya sekarang.

"Gue udah terkenal tanpa saran bodoh dari lu itu," sarkas Argen.

"Boss muka lu keliatan banget malu nya anjir hahaha," ledek Titan.

"Kapan lagi coba liat Argen yang galak plus cuek bisa jadi malu malu kaya gini hahaha," ucap Raynald masih dalam keadaan tertawa.

"Besok-besok gausah ke markas lagi!" tegas Argen kemudian ia berlalu meninggalkan ketiga temannya. Hingga seketika tawa mereka semua terhenti.

"Bosss ini ikan lu gosong anjir, kenapa ga lu matiin kompornya," teriak Titan namun tak mendapat balasan dari sang empu.

"Anjir si boss gede ambekannya euy hihi."

Love in ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang