Argen POV
Argen, lelaki yang tengah duduk bersila di ruang tengah dengan kedua kaki yang di angkat keatas kursi, menatap tajam ke arah pintu depan rumah yang tertutup rapat.
Sial! Kali ini pikirannya dipenuhi dengan seorang gadis yang telah menjadi kekasihnya beberapa hari yang lalu. Telinganya selalu terngiang suara pria dibalik ponselnya saat menghubungi Arsya.
Arrghh.. Siapa sebenarnya pria itu? Seharusnya ia tak peduli dengan siapa Arsya berjalan, dengan siapa Arsya bersama, dan dengan siapa Arsya bahagia. Karena sejujurnya, tak ada sedikitpun perasaan yang ia berikan untuk Arsya. Perasaannya hanya milik dia, dia yang sejak dulu selalu bersamanya.
"Gue ke rumah Arsya jangan ya," monolognya.
"Mending gausah deh males juga."
"Eh tapi kalo orang itu ternyata orang jahat gimana ya?"
"Shitt! Kenapa sih papa nyuruh gue buat pacaran sama tuh cewek!" frustasinya.
"Gue ke rumahnya aja deh," putusnya. Argen segera menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Memakaikan jaket hitamnya pada tubuh kekarnya. Diambilnya dompet kulit coklat yang tergeletak di atas nakas, dan berlalu keluar dari rumahnya.
Argen menaiki motor sportnya dan memakaikan helm fulfacenya. Ia menancapkan gas menjauh dari area sekitar rumah. Menembus jalanan kota Jakarta yang cukup ramai karena langit kini akan berganti malam.
****
Author POV
"Seseorang yang meninggalkanmu delapan tahun yang lalu?" tanyanya. Pria itu semakin mendekatkan dirinya dengan Arsya.
Deggg
Detak jantung Arsya semakin memburu. Kedua matanya menatap manik mata pria didepannya ini. Bagaimana pria ini bisa tau? Apa jangan-jangan dia orang yang selama ini Arsya tunggu? Ah rasanya tidak mungkin. Butuh waktu dua hari lagi untuk Arsya bertemu Alanka.
"Tau dari mana?" selidik Arsya.
"Saya ke Indonesia untuk menemukan kebahagiaan saya. Kebahagiaan yang pernah saya rasakan dulu saat berumur tujuh tahun. Seorang gadis kecil yang pernah menangis karena saya meninggalkannya. Yang selalu memanggil saya dengan sebutan si cengeng. Gadis kecil yang sangat menyukai rambut panjangnya dikepang dua. Gadis kecil yang meminta saya berjanji untuk menikahinya saat kami bertemu kembali. Saya juga pernah memberikan boneka kecil seperti yang kamu pegang untuk gadis kecil itu. Saya merindukannya sangat," jelas Pria itu. Matanya menatap sendu tanpa memandang Arsya sedikitpun.
Air mata Arsya perlahan menetes mengenai pipi mulus gadis cantik itu. Tangannya terulur untuk menghapus jejak air mata di pipinya kala pria di hadapannya menoleh ke arahnya.
"Matamu memerah, apa lukamu terasa sangat sakit?" tanya pria itu saat kedua matanya menatap mata Arsya yang memerah.
Arsya menggeleng lalu menampilkan senyum tipisnya, "Siapa nama gadis kecil itu?" tanyanya.
Pria itu menghela napas pelan, pandangannya kini ia palingkan menatap lurus ke depan tanpa memandang manik mata Arsya.
"Keiko Alexander," ucapnya.
"Alanka Alkana Lavoisier, itu aku," balas Arsya.
Pria itu menoleh mendengar ketika Arsya menyebutkan tiga kata yang merupakan nama lengkapnya.
Keduanya saling tatap satu sama lain. Sirat kerinduan tergambar dengan jelas dalam raut wajah mereka masing-masing. Keduanya menatap tak percaya, takdir menemukannya dalam kejadian yang sangat tak terduga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...