"LEPASIN TEMEN GUE!" teriak Arsya membunyikan pistolnya lagi ke atas langit.
Arsya mulai mengarahkan pistolnya ke arah 10 orang lelaki dihapannya dengan jarak yang cukup dekat. Langkah demi langkah ia lakukan walau hanya pelan. Jaraknya kini hanya terpaut sekitar sepuluh senti dari sepuluh lelaki yang memegang Azulla erat.
Kaki Arsya menendang salah satu lelaki dihadapannya. Bukan, ia bukan menendang si ketuanya, melainkan anak buahnya, membuat sang empu kesakitan dan melepaskan genggamannya ditangan Azulla. Dengan gerak cepat, Arsya langsung menarik lelaki itu memposisikan dirinya memeluk dari arah belakang dengan pistol yang dipegangnya ia arahkan didepan leher si lelaki.
"Itungan ke lima, kalian belum lepasin temen gue, mati ditangan gue nih temen kalian," ancam Arsya. Sebenarnya ia juga merasa ketakutan, dalam hatinya ia terus meminta agar ada yang menolong dirinya.
Si ketua semakin menyemburkan amarahnya, raut mukanya semakin memerah, sorot matanya yang tajam menampilkan seperti ada rasa kebencian yang terlihat dengan jelas.
1
2
3
4
5
Itung Arsya dengan keras. Namun sampai di itungan kelima, semua lelaki di hadapannya ini tidak ada niatan untuk melepaskan Azulla. Sementara, lelaki yang sedari tadi ditodong Arsya, sepertinya kalah telak dengan Arsya. Beberapa kali ia mencoba melepaskan diri, tetapi tenaga Arsya sepertinya terbilang kuat untuk kalangan wanita.
"Bawa dia ke mobil," perintah si ketua kepada anak buahnya. Anak buahnya pun menurut segera mungkin mereka membawa Azulla ke mobil.
Namun, bukan Arsya namanya kalau dia merelakan Azulla pada segerombolan laki laki bajingan di depannya. Ia semakin menarik tarikan pistolnya itu dengan peluru yang sudah siap untuk menembak. Raut panik si ketua semakin terlihat, ia tak mau anak buahnya mati konyol ditangan cewek begitu saja.
Doorrrrr
"Lepasinn cewek itu!"
Satu tembakan terdengar keras. Saat itu juga si ketua menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Azulla. Ia kira Arsya telah menembak anak buahnya, tapi ternyata tidak.
Azulla dengan cepat berlari ke arah Arsya dan berlindung dibalik punggung Arsya. Si ketua semakin dibuat naik pitam dengan ulah Arsya. Azulla telah dilepaskan tetapi anak buahnya tidak dilepaskan sama sekali.
"Pelurunya melesat loh hahaha," ucap Arsya meremehkan.
"LEPASIN DIA!" teriak si ketua.
Arsya mendorong tubuh lelaki yang sedari tadi ia todong ke depan si ketua. Ia menampilkan senyumnya yang membuat semua orang ketakutan. Arsya ini terlihat seperti gadis yang cantik, lucu dan polos tetapi kelakuannya seperti psikopat.
Perlahan, Arsya memajukan langkahnya tepat di hadapan si ketua dengan jarak yang sangat dekat. Ia menaruh pistolnya di depan dada si ketua.
"Jangan macem-macem sama gue," gertak Arsya.
"Satu tembakan, buat otak lu yang udah bego mau ngalahin cewe kaya gue," ucapnya lagi ia menaruh pistolnya di bagian otak luar si ketua.
"Satu tembakan, buat tangan lu yang udah berani beraninya pegang dagu gue," ucapnya lagi, ia menaruh pistolnya dibagian lengan lelaki itu.
"Dan satu tembakan lagi, kira kira dimana ya?" bingung Arsya bermonolog sendiri.
"Nanti gue pikirin deh kalau lu ngelakuin hal ini lagi." ancam Arsya, kakinya menendang perut si ketua sampai terhempas ke belakang.
"CABUTTT," ucap siketua, ia bangkit dari posisinya dan berjalan tertatih-tatih.
Kini, hanya tersisa Arsya dan Azulla dijalanan sepi itu setelah 10 laki-laki tadi pergi begitu saja. Akhirnya mereka bisa bernafas dengan lega tidak perlu ada yang ditakutkan lagi. Azulla tak menyangka, teman yang ada dihadapannya ini cukup berani juga pikirnya.
"Buset dah lu Sya, punya nyali gede dari mana lu?" tanya Azulla menepuk pundak sebelah kanan Arsya.
"Biasalah, titisan dewi haha." gurau Arsya.
"Btw Avika mana?" tanya Arsya, ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Avika.
"Sialan lu dari mana aja?" semprot Azulla saat retinanya menangkap jelas sosok Avika berjalan menghampirinya.
"Disuruh nelpon Daniel minta bantuan malah ga balik balik," sambungnya lagi.
"Yaa... Sorry, tadi gue udah nelpon Daniel eh yang jawabnya perempuan," balas Avika menampilkan manik matanya yang sendu.
"Ha? Maksud lu pacarnya? Gebetan? Simpenan? Tante girang? Atau emaknya si Daniel Vik?" Azulla ini kepo sih boleh, tapi nanyanya satu satu napa, kan kasihan Avikanya kaya lagi diwawancara:(
"Bukan," balas Avika singkat.
"Terus?" tanya Arsya dan Azulla kompak.
"Gue juga gak tau siapa. Tapi suaranya tuh lembut banget mana sopan banget lagi haduh," balas Avika.
"Emang ngomong apa Vik si ceweknya?" tanya Arsya penasaran.
"Sisa pulsa anda tidak dapat mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Cobalah beberapa saat lagi," balas Avika memasang muka polosnya lalu tertawa begitu saja.
"GOBLOK," kompak Arsya dan Azulla.
"Pantesan makin hari makin goblok. Yang nanem bibit gobloknya ada dideket gue parah ini sih," sindir Arsya, manik matanya sesekali melirik Avika yang masih menikmati tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...