Sepatu Converse hitam yang terbalut sempurna pada kaki mulus Azulla terhentak begitu menggema kala Azulla berlari cepat menembus lapangan upacara. Keringat yang mengalir di setiap inci wajahnya serta deru nafasnya yang terdengar ngos-ngossan dapat tertebak gadis cantik itu tengah kelelahan. Ia tetap berlari dibawah teriknya matahari. Tak menghiraukan tatapan haus dari para kaum adam yang secara terang-terangan menatapnya tanpa kedip.
Azulla terhenti tepat di depan perpustakaan. Sebelum masuk kedalam perpustakaan, ia menarik nafas sejenak lalu membuangnya perlahan. Mengusap keringat yang mengalir diwajahnya dengan lengan seragam putih yang sedang ia kenakan. Setelah selesai, ia melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan, tujuannya sekarang adalah Arsya, teman dekatnya.
"Sya!" Pekik Azulla ditunjukkan kepada Arsya yang menatapnya bingung dengan satu alis terangkat.
Arsya menatap kembali sahabatnya dengan tatapan bertanya, "Ada apa?"
Azulla langsung memasang ekspresi tegang saat kembali mengingat perkataan Bu Tut dan Dave selaku ketua OSIS SMA Bunga Bangsa tadi saat ia melewati ruang BK bersama Avika. Jika kalian bertanya Avika kemana? Nah ia lebih memilih memasuki kelas daripada ikut bersama Azulla menyusuli Arsya.
"Tadi gue lewat ruang BK, terus gak sengaja dengar percakapan Bu Tut sama Dave. Cowok lu sama ketiga temannya bolos Sya ketahuan sama Dave. Mereka lewat gerbang depan gilaa tuh anak berani-beraninya," pekik Azulla sehingga mampu terdengar oleh anak-anak yang berada di perpustakaan.
"Udah biasakan mereka bolos? Dan lu sampai sepanik itu?" balas Arsya heran.
"Lagiankan ada satpam yang jaga, kenapa bisa bolos lewat gerbang depan?" sambungnya lagi.
"Nah itu masalahnya, Bu Tut sama Deva baru tahu kalo selama ini mereka dengan mudahnya bolos lewat gerbang depan gara-gara nyuap satpam pake rokok," jelas Azulla semakin heboh.
"Terus?" timbal Arsya acuh.
"Lu kenapa si Sya gak peduli banget sama cowok lu sendiri? Kasih tau dia kek, suruh balik lagi ke sekolah atau gimana. Yang gue denger tadi katanya mereka bakal di skors," ucap Azulla gemas melihat Arsya yang notebanenya pacar Argen seperti tidak memperdulikan pacarnya itu.
"Oh yaudah biarin,"
Azulla mengeryit sembari mengerucutkan bibirnya kesal saat ia hanya mendapati tanggapan biasa saja dari Arsya. Sia-sia sekali ia telah berlari di bawah teriknya matahari hanya untuk memberitahu Arsya perihal Argen. Ah rasanya seperti tidak dihargai sama sekali usahanya.
Ia mendengus keras, menatap kembali Arsya yang tengah terduduk di samping Rama.
"Lu kelihatan banget ya gak peduli sama Argen Sya, lu itu ceweknya Argen bukan dia!" sarkas Azulla sambil menunjuk Rama.
Arsya menghela nafas pelan, menetralkan emosinya. Ia tak ingin salah berucap jika sedang bersama Azulla.
"Bisa gak sih volume suara lu dikecilin dikit? Malu La banyak orang disini, untung penjaga perpusnya gak ada," ujar Arsya jengah.
Azulla yang mendengar perkataan sekaligus sindiran dari temannya itu seketika ia tersadar akan kelakuannya. Detik itu juga ia berbalik badan, berjalan dengan langkah cepat keluar dari perpustakaan, meninggalkan Arsya dan Rama yang kini saling diam.
*****
Argen dan ketiga temannya kini sedang bersantai ria di warung Babeh. Bukan hanya mereka berempat saja, melainkan banyak anak-anak lain yang menongkrong disini terutama beberapa anggota geng Barnet. Dapat dilihat dari pojok kanan warung terdapat beberapa anak SMP yang sedang bermain game online. Di pojok kiri terdapat tiga perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah menengah terlihat sedang tebar pesona pada anggota geng Barnet.
![](https://img.wattpad.com/cover/259529042-288-k601448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Childhood
Teen FictionLOVE IN CHILDHOOD || A SHORT STORY BY IBABAAY "Ketika separuh kenangan, kembali bersama pemilik hatinya." ***** Setitik kisah persahabatan masa kecil yang dipadukan dengan perasaan cinta antara Arsyakayla Alexander dan Alanka Alkana Lavoisier. Perpi...