XXXVI

17 5 0
                                    

hallo kembali lagi!
gimana sama part sebelumnya? gantung ya?
hehe sorry ya, tenang aja day bakal lanjutin kok! stay tune ya prend 👣

*****

"Sampai kapan kita tetap diam disini?"

Pertanyaan Azulla itu membuat Cio yang sedang membaca menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah gadis cantik di depannya.

"Sebelumnya kamu jangan salah sangka dulu. Bukannya aku gak mau nemenin kamu, atau gak mau berduaan disini terus sama kamu, tapi untuk saat ini aku gak bisa pergi lama-lama. Kasihan Arsya, dia pasti nungguin aku. Aku udah janji mau ke rumahnya buat nganterin buku dia yang aku pinjem." Azulla menjelaskan.

Gabut gue anjir, kencan pertama tapi kenapa gue dicuekin? Emang tuh buku lebih menarik dari wajah cantik gue? batinnya kesal.

"Kamu mau pergi sekarang?" tanya Cio.

"Terserah kamu aja." Azulla menjeda kalimatnya. Gadis itu kembali berucap, "Kamu masih mau tetap disini?"

Terlihat kerutan di dahi pria tampan berdarah Amerika setelah mendengar pertanyaan Azulla. Sejenak, pria itu berfikir.

"Sepuluh menit lagi," putus Cio kembali membaca buku berhalaman tebal.

Azulla menghela nafas mendengar jawaban 'gebetannya' yang sama sekali tak ia duga. Kencan macam apa ini? Hanya disuguhi just jeruk dan cake lalu diacuhkan. Tidak ada nuansa romantisnya sama sekali.

"Apa ada yang lagi kamu tunggu?" Azulla memincingkan matanya, menelitik raut wajah pria tampan di depannya.

Cio terdiam, setelah beberapa detik dia menjawab.

"Aku sedang menunggu seseorang," ucapnya membuat Azulla mematung. Bahkan detak jantung gadis itu secara tiba-tiba berdetak begitu cepat mendengar perkataan Cio barusan.

"Menunggu?" beo Azulla. "Siapa?"

"Gadisku."

******

Rumah Tahanan, Jakarta Timur.

Suara derit besi mengalihkan perhatian Alexander Jonathan yang sedang berbincang dengan kawan satu selnya.

Pintu sel terbuka, dua sipir penjara berbadan tegap dengan wajah datarnya berdiri di sana.

"Anda bebas," kata seorang sipir berbadan besar.

Alexander tidak merespon ucapan tersebut. Pria berumur 36 tahun itu hanya membungkuk dan mengambil tas ransel lusuh yang diletakkan di samping tempat tidurnya.

Alexander Jonathan, pengusaha sukses di kota Jakarta. Pemilik perusahaan terbesar setelah keluarga Mahavir. Namun disamping itu, ia merupakan salah satu pembunuh bayaran bekas pemimpin geng Blackwolf yang saling berkaitan dengan geng Revender.

Alexander atau kerap dipanggil dengan sebutan Alex, pria bertubuh tinggi berbadan kekar layaknya seorang pejabat ini memiliki julukan tersendiri sebagai seorang pembunuh bayaran. Ice Man atau pria es.

Julukan tersebut diberi sesuai karakter Alex saat membunuh korban-korbannya yang mengacu pada rekan bisnis yang mencoba mengalahkannya. Dingin dan tidak mengenal ampun.

Love in ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang