XVI

146 46 10
                                    

Dipaksa semesta untuk melepaskan, padahal menggenggam saja aku tidak pernah🌊~
.
.
.
.
.

Flashback On

"Argen, kamu mengenali Arsya bukan?" ucap pria paruh baya dibalik telpon dengan suara yang berwibawa.

"Ya. Memang ada apa pah? Apa papah kenal Arsya juga?" tanya balik Argen.

"Lindungi dia Argen. Papah tau kamu generald leader yang hebat, papah ingin kamu jaga dia Argen. Dia dalam bahaya, sepertinya dia akan terjebak dalam sebuah permainan besar," jelas Reynald Mahavir, papah Argen.

"Caranya?" tanya Argen, tangannya masih tetap fokus menulis rumus rumus kimia yang minggu lalu baru saja dijelaskan oleh Pak Didin.

"Jadikan dia kekasihmu Argen. Dengan begitu kamu bisa terus ada didekat dia dan memantau dia," balas nya.

"Kenapa harus Argen si pah? Papah tau sendirikan Argen ga pernah ada pengalaman pacaran? Argen gak akan pernah buka hati buat Arsya, Argen gak mau," jelas Argen dengan tegas, kini ia sudah bangkit dari duduknya dan mulai serius menanggapi ucapan sang papah.

"Ini bukan tentang mencintai Argen, tapi melindungi. Melindungi gak harus mencintai Argen. Siapa tau nanti kamu bakal beneran mencintai Arsya hehehe," balas papahnya disertai gurauan kecil.

"Ingat ya Argen, tugas seorang generald leader bukan hanya melindungi anggotanya, tetapi melindungi orang orang yang ada dalam bahaya juga. Papah yakin, kamu bisa Argen. Papah tutup dulu, salam buat mamah ya," ucap Reynald langsung mematikan panggilannya sepihak.

Flashback Off

"Bapak tinggal dulu ya anak anak, kalian kerjakan soal buku paket halaman 195, nanti penanggungjawab pelajaran bapak, kumpulkan hasil pengerjaannya di meja bapak ya," jelas Pak Nono, tangan kanannya tak lepas dari jenggot lebatnya yang hitam berkilau. Sementara tangan kirinya menjingjing beberapa buku dan berlalu meninggalkan kelas.

"Baik pak," kompak penghuni XI MIPA 5.

Kalau menurut penghuni XI MIPA 5, jika ada ajang perlombaan guru terfavorit sudah pasti Pak Nono akan menjadi juaranya. Kenapa? Karena guru seperti Pak Nono wajib dan harus diacungi jempol. Bukan karena dalam hal mengajar. Melainkan, karena kesantaiannya dalam mengajar. Yap, Pak Nono selalu datang 15 menit setelah bel tanda pelajaran dimulai. Bisa dihitung, dalam sebulan ia hanya akan menjelaskan pelajaran sebanyak kurang lebih 2 kali, dan selebihnya hanya memberi tugas.

Bahkan, penghuni XI MIPA 5 pun sudah hafal betul jika Pak Nono berkata, "Tugasnya dikumpulkan di meja bapak" mungkin orang orang akan mengira tugas itu akan diberi nilai, tetapi berbeda dengan Pak Nono. Buku-buku bersampul merah maron senada yang ditumpuk rapi itu hanya akan menjadi pajangan di mejanya, tak akan ada coretan nilai satupun dari Pak Nono, terkecuali saat ulangan.

"Udah gak usah dikerjain gaes. Percumakan ngerjain kalau ga dinilai sama sekali?" ucap Kana lantang, cewek dengan tubuh yang pendek tetapi memiliki body yang lumayan menggoda.

"Gapapa gak dikerjain, tapi dikumpulkan ya gaes," balas Arsya tak kalah lantang, ia harus bertanggung jawab sebagai penanggungjawab pelajaran Pak Nono.

Kini kelas menjadi gaduh kembali, sepertinya tidak ada yang mengerjakan tugas selain Argen dan Arsya yang merupakan kedua murid yang sering bersaing dalam meraih peringkat pertama di kelas. Sebagian anak anak lelaki bermain kapal-kapalan kertas dan sebagiannya lagi bermain game online. Berbeda dengan Titan, Reynald dan Daniel yang kini sedang duduk tenang di depan meja Triple A.

"Azulla," ucap Daniel, matanya tetap fokus menatap Azulla yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Hmmm," balas Azulla singkat, pandangan matanya tak lepas dari ponsel putihnya.

"Lu tau rumus kecepatan?" tanya Daniel serius.

"Azulla itu IQ nya lebih tinggi daripada lu Niel so pasti tau bego. Emang lu tau rumus kecepatan itu apa?" tanya Raynald, tubuhnya menyandar pada tembok kelas.

"Jarak dibagi waktu," balas Daniel yakin. Kedua alisnya ia narik turunkan, tak lupa juga dengan senyuman manisnya yang sedari tadi ia tunjukkan untuk Azulla.

"Rumus kecepatan itu jarak dibagi waktu. Kecepatan itu kaya cinta aku ke kamu, aku mau jarak diantara kita itu dekat, dan waktu untuk kita berdua itu lama, jadi kecepatan cinta aku ke kamu itu melambat, supaya kita ga cepet berpisah," jelas Azulla panjang lebar.

"Serius La, lu bilang gitu ke gue?" Daniel melongo tak percaya pada apa yang diucapkan Azulla. Tadinya Daniel ingin mengucapkan kata-kata itu kepada Azulla, tetapi sudah terlanjur Azulla mengucapkannya duluan.

"La, lu lagi ga sakitkan?" tanya Arsya yang sedari tadi fokus mengerjakan tugaspun ikut menanggapi.

"Enggak. Nih gue baca tulisan di madding. Tadi pas berangkat kayaknya baru diganti isi maddingnya, karena menurut gue bagus, yaudah gue foto tuh kata kata," balas Azulla, menunjukkan foto hasil jepretannya lalu diberikan pada Arsya.

"Eh anjir iya dong beneran hahaha," balas Arsya

"Lagian lu sih Niel belaga mau ngegombal pake rumus fisika hahaha, ulangan fisika masih remed aja belagu hahaha," ejek Raynald.

"Lu kok bisa tau rumus kecepatan Niel, diajarin siapa lu ngegombal pake rumus fisika?" tanya Titan heran. Biasanya sahabatnya ini kalau gombalin cewek hanya sekedar dengan kata-kata I love you, Saranghae, dan pantun pantun yang menurutnya alay.

"Tuh si Argen," balasnya dengan nada sedikit berteriak. Ia mengambil potongan kertas dalam sakunya yang terlihat lumayan lecek lalu membuangnya asal.

Dengan cepat, Titan memungut  potongan kertas itu yang kebetulan berceceran di samping kakinya.

"Anj, ditulis ternyata hahaha," balas Titan dengan tawanya yang terkesan mengejek.

"Sini Tan gue mau liat," ucap Reynald, sekilas Titan langsung memberikan kertas itu pada Reynald masih dalam posisinya yang sedang tertawa.

"HAHAHAHAAHA." Reynaldpun ikut tertawa setelah membaca sepotong kertas itu, begitupula dengan Triple A.

"Nih Niel tisyu barangkali lu mau nangis gue udah nyiapin tisyu basah se-pack," ucap Avika, tangannya memberikan satu pack tisyu basah kepada Daniel.

"Permisi, boleh pinjem Argen Alister sebentar?" ucap seorang perempuan dibalik pintu dengan suaranya yang cukup lantang hingga membuat seisi kelas menoleh padanya.

"Gebetan lu ngapain tuh Niel?" tanya Titan menyenggol tangan Daniel di sampingnya.

"Ngapain lu tanya gue, mana gue tau lah," balas Daniel judes, sepertinya ia masih merasa kesal kepada temannya yang sedari tadi menertawainya.

Argen yang sedari tadi bergulat dengan bukupun menghentikan aktifitasnya kala namanya disebut . "Ada apa?" balas Argen dengan suara yang lantang.

"Penting," ucap Kayla singkat. Senyumnya merekah saat Argen mulai bangkit dari duduknya.

Love in ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang