Chapter 3 : Her city

136K 11.5K 1.8K
                                    

"Ini bukan masalah serius. Bukan pertama kalinya juga kita mengalami kasus seperti ini. Aku bisa menyuruh orang kita di Melbourne untuk menyelesaikannya. Kau tak perlu repot-repot terbang kesana."

Maxime merapikan dasinya dengan tenang. Dalam balutan setelan formal berwarna dark grey itu, Maxime terlihat seperti biasanya, mempesona. Lewat ujung mata ia dapat melihat Dominic berdiri sambil menunggu respon darinya yang masih saja memperhatikan pantulan di cermin. Pantulan seorang laki-laki yang luar biasa tampan.

"Kau mendengarkanku?"

"Hm."

"Lalu?"

"Aku akan tetap ke Melbourne."

"Masih banyak pekerjaan disini yang lebih penting dari sekedar mengunjungi tambang minyak yang sudah terbakar."

Maxime berbalik kini, menatap sang asisten dengan sebuah senyum tipis sebelum ia meraih rokok lalu menghidupkannya. Setelah menghembuskan asap rokok, ia kembali berbicara.

"This is more important."

Setelah mengatakan itu, Maxime pun keluar dari kamarnya yang bernuansa putih tersebut. Dominic menghela napas lalu ia pun menyusul Maxime di belakang.

Saat sedang menuruni anak tangga, mata Dominic tak sengaja menangkap penampakan tak senonoh di pagi hari. Carla yang masih dalam balutan piyama tampak sedang duduk bersama Carlos yang tak memakai baju, di meja makan. Bahkan pria itu berani mencium Carla dan tertawa pelan.

"Jangan lakukan itu di sini, Carlos." Bisik Carla.

"Kenapa tidak, sayang. Ini rumahmu." Carlos mencium leher Carla.

"Kau membuatku geli." Meski Carla tampak menyukai perbuatan Carlos, namun ia tetap berusaha menjauhkan diri dari kekasihnya itu.

Saat Maxime dan Dominic sampai di lantai satu, Carla tersentak kaget dan sedikit canggung.

"Morning." Maxime berhenti di depan meja makan memandangi mereka berdua.

"K-Kau sudah bangun?" Carla masih kaget karena ia tak berpikir Maxime akan bangun di pagi buta. Bahkan sudah rapi dengan setelannya.

"Bagaimana malam kalian?" Maxime melirik Carlos dengan sebuah senyum penuh arti.

"Maaf semalam Carlos kehujanan... jadi aku menawarkannya tempat menginap dan... maaf aku tak sempat memberitahumu."

"Hm tempat menginap." Maxime menatap pria berambut hitam itu dengan tatapan datar dan sedikit senyum.

"Apa kau akan pergi bekerja?" Tanya Carla, mencoba mengalihkan."Aku sudah membuat sandwich."

Maxime dapat melihat mata Carlos sedang menatapnya dengan tatapan tak berdosa sambil mengunyah sandwich nya santai, layaknya di rumah sendiri.

"Apakah aku harus mengingatkanmu Carla? Bahwa ini adalah satu-satunya tempat yang tak bisa kau gunakan untuk bercinta?"

"Maaf aku memang tidak berniat membawanya kemari. Hanya saja—"

"I dont accept any reason." Potong Maxime, menatap Carla dingin."Now, get this guy out from my house."

"Carla adalah istrimu, kawan." Carlos berkata dengan sebuah senyum miringnya."Aku yakin kau tidak lupa dengan janji pernikahan 'Saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga' bukan?"

"Carlos tolong jangan memulai—"

"Biarkan dia bicara." Kata Maxime mencegah Carla yang sedang mencoba menghentikan Carlos."Aku ingin dengar omong kosong apa lagi yang ingin ia katakan padaku."

FORBIDDEN DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang