Chapter 10 : Her virginity

183K 10.9K 1.7K
                                    

Hal pertama yang dilakukan Irina saat berada di luar adalah membeli ponsel baru. Di era ini, tidak ada orang yang bisa hidup tanpa benda persegi panjang tersebut. Tujuannya hanya satu yaitu rumah Alexa. Tapi sebelum itu ia harus singgah dulu ke sebuah gedung.

Dengan langkahnya yang tergesa-gesa dan rahang tegang, Irina mendorong pintu kantor kepolisian Melbourne. Mungkin para jaksa lain sudah terbiasa melangkahkan kaki ke sana tapi Irina hanyalah anak magang yang baru bekerja selama enam hari. Sehingga rasanya terasa aneh berada di sini apalagi untuk melaporkan tindak pidana yang ia alami sendiri.

"Aku ingin mengajukan komplain terhadap kinerja polisi." Irina segera menggebrak salah satu meja disana sampai beberapa orang menoleh. Matanya menatap tajam pada polisi yang sedang duduk disana, lalu menatap satu persatu dari mereka. Emosinya sedang memuncak."Begitu banyak anggota kepolisian tapi tak satupun datang ke apartemenku semalam."

"Ada apa, Nona? Silakan duduk dan jelaskan masalahmu dengan tenang."

"Dengan tenang katamu?" Irina memicingkan matanya."Aku tidak percaya kalian bisa menyuruh seorang korban untuk tenang."

"Nona—"

"Apa kalian tau kejahatan semakin hari semakin bertambah akibat kelalaian polisi?" Irina tak memberi kesempatan siapapun untuk bicara saat ini."Aku tidak akan takut menusuk seseorang karena aku pasti punya waktu melarikan diri sembari menunggu kalian bangun dari tidur atau minum kopi seperti polisi di seberang sana."

Polisi yang tengah bersantai dengan secangkir kopi pun terbatuk dan menyemburkan kopinya akibat terkejut.

"Bagus sekali, benar-benar bagus sekali."

"Nona—"

"Aku ingin bicara pada komandan kalian sekarang juga." Potong Irina tegas."Bring your boss to me right now. Aku ingin melihat siapa pemimpin sekumpulan manusia pemakan gaji buta seperti kalian."

"Kau bisa bicara padaku." Seorang anggota kepolisian masih mencoba menenangkan Irina.

"Oh bicara? Aku sudah menghubungi kalian semalaman dan tidak ada satu orang pun yang datang!"

"Allright, allright. Sebelumnya kami minta maaf jika memang sudah mengecewakanmu, jika tidak keberatan, aku ingin tau dimana alamatmu agar aku bisa memastikan bahwa kami benar-benar menerima panggilan ke alamat tersebut."

Irina menyebutkan alamatnya.

"Well, kami memang mendapatkan telepon." Ujar polisi tersebut."Bahkan komandan sendiri yang datang ke alamatmu." Polisi bermata abu-abu tersebut mengerutkan dahinya setelah ia mencari data di komputernya.

Irina pun ikut mengerutkan dahi."Komandan? Tidak ada satu orang pun yang datang ke rumahku."

"Hmm apa kau yakin alamat yang kau sebut benar?" Sang polisi mengarahkan layar komputernya pada Irina.

Disana tertulis alamat lengkapnya beserta dengan laporan dan penelpon. Alexa memang menghubungi polisi.

"Tapi kenapa..." Irina berpikir keras. Kenapa tidak ada yang datang? Oh tuhan ada apa dengan dunia ini."Aku ingin berbicara dengan komandan yang katanya sudah datang ke apartemenku semalam. Sekarang juga."

"Dia sedang tidak ada di kantor."

"Aku akan menunggu."

"Aku tidak tau kapan dia kembali, jadi sebaiknya kau bicara denganku tentang masalahmu—"

"Aku akan menunggu." Irina bersikeras.

"Begini Nona—"

"Aku akan menunggu." Tekan Irina.

FORBIDDEN DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang