BBI 35

357 33 14
                                    

"Bangun!"

Deg

Rena masih dalam posisi yang sama.

"Bangun Na!" Suaranya terdengar dingin namun sarat akan penegasan.

"Aisyah."

"Ha! Pahlawan dateng guys!"

"Sok banget sih!"

Dua pawang yang berada di samping Putri berkicau. Bibirnya yang super duper merah seperti mercon ceker itu membuat Aisyah bersusah payah untuk
menahan amarahnya.

Aisyah tidak mempedulikan ucapan mereka, menarik lengan Rena untuk menjauh dari sana.

"Lo cari masalah sama gue?"teriak Putri. Namun tetap di hiraukan oleh Aisyah.

Aisyah melewati Hanum dan karin tanpa melirik mereka sama sekali. Wajahnya yang selalu terlihat ramah berubah menjadi kaku. Matanya yang selalu teduh berubah menjadi sorot tajam.

"Syah! Lepasin gue!"

Tap tap tap

"Syah, please lo bisa kena masalah!"

Tap tap tap

"Aisyah!"

"Gue mohon,"desak Rena.

Ia benar-benar takut jika Aisyah menolong dirinya bukan malah semuanya bakalan baik-baik aja tapi malah jadi petaka.

"Gue pengen lo selamet Syah!"

Langkah Aisyah terhenti, ia berbalik.

Nyali Rena langsung menciut saat pandangan bertepatan langsung dengan Aisyah. Baru kali ini ia melihat Aisyah seperti ini.

"Dengan biarin kamu sujud di kaki dia, apa bisa menjamin kamu selamat di akhirat?"

"Kamu menjatuhkan agama kamu cuman demi manusia yang ga punya hati?"

"G-gue---"

Byurr

"AISYAH!!" Karin dan Hanum berlari menghampiri Aisyah yang sudah basah kuyup dengan air bakso yang panas dan begitu merah.

"Masih berani?" Putri dan pawangnya tertawa puas melihat kulit Aisyah yang merah menahan panas.

Rena diam terpaku di tempat, tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Seperti tidak terjadi apa-apa dan tidak merasakan apa-apa. Aisyah tersenyum ke arah Putri.

"Atas dasar apa gue harus berani sama lo? Kakak senior?"

Speeachles

Benar-benar di buat terdiam dengan sikap Aisyah yang berubah  180°.  Bahkan Revan dan Rendi yang ikut menonton pun di buat takjub. Baru kali ini ada bocah yang berani ngelawan sang ratu kejam sekolah

"Gue paling di segani di sekolah ini!"

"Terus?"tanya Aisyah begitu tenang.

"Lo junior gue!"

"Oke, terus?"

"Lo harus tunduk sama gue!"

"Gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau. Termasuk nendang lo dari sini."

"Dengan alasan begitu, apa lo bakal bisa di cap sebagai siswi?"

"Kalau ga ada gue, ga bakalan ni sekolah jadi maju!"

"Mohon maaf, bukan karena anda tetapi orang tua anda."

"Halah, bacot lo!"

Aisyah menarik nafas kuat-kuat agar amarahnya tetap bisa tertahan.

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang