BBI 40

431 39 7
                                    

"Bagus juga kerja lo,"ucapnya bangga.

Fauzi tersenyum puas melihat mangsanya masuk perangkap.

"Gue bakal ngelakuin cara apapun demi dapetin apa yang gue mau,"ujar Fauzi.

Wanita yang berada di sampingnya menyeringai, ia pun merasa puas melihat Aisyah tersiksa seperti sekarang.

Asap rokok bergelung di ruangan yang hanya di sinari lampu temaram.

Fauzi tidak sendiri ia bersama wanita berbaju serba hitam dengan topi yang bertengger di kepala.

"Gue ga sabar pengen dia mati."

Brakk

"Inget rencana kita Put!"tegas Fauzi.

Putri berbalik, berjalan pelan ke arah Fauzi, kedua tangannya ia lipat di bawah dada.

"Santai aja bos, gue cuman bercanda,"lontar Putri menepuk pelan bahu Fauzi.

"Lo dapetin Rizal, gue dapetin Aisyah. Seimbang."

"Itu yang gue mau. Setelah ini lo bisa bawa dia jauh dari hidup gue ataupun Rizal. Bebas!"

"Gue tanya sama lo,"ucap Fauzi menghampiri Putri yang berhadapan dengan Aisyah yang duduk dengan mata terpejam di atas bangku reot.

Putri berdekhem, tangannya memutar pisau yang sangat tajam.

"Lo beneran cinta banget sama si Rizal? Sampai ngorbanin si Aisyah terus nyawa lo juga bisa jadi taruhan."

"Enggak!"

"Maksud lo?"

"Gue ga cinta sama cowok yang sok belagu itu. Gue cuman pura-pura aja, demi bisa dapetin hati dia."

"Tujuan gue dari awal, bisa ngerebut harta dia plus-- narik perhatian nyokapnya. Orang tua gue punya dendam sama bokap nya dia. Ya, intinya gue cuman manfaatin Rizal. Dengan dia bisa jauh sama Aisyah, dia bisa bebas buat pisah. Karena keputusan untuk pisah ada di Aisyah. Itu yang gue tahu dari Rizal."

"So, lo sekarang udah tahu, apa niat gue ngajak lo kerja sama?"

Fauzi mengangguk, "licik juga lo."

"Bukan nyawa gue yang terancam tapi orang yang macem macem sama gue, itu bakalan abis di tangan gue!"

Fauzi tidak habis pikir, ternyata masih ada wanita kayak Putri. Emang bener sih, kalau dia cocok dengan julukan iblis.

Dengan perlahan Aisyah mulai membuka matanya, bulu kuduk nya lansung merinding, kini ia tidak bisa lihat apa-apa. Hanya bau alkohol dan asap rokok yang langsung menusuk hidungnya.

Semuanya gelap hanya ada satu cahaya yang sangat minim di ujung ruangan ini.

" Tolong!!"

"Ya Allah! Tolong!"

"Aw!"

Tangan dan kakinya yang di ikat membuat Aisyah kesusahan untuk bergerak.

Trangg

Cahaya senter langsung menyilaukan mata Aisyah yang di arahkan tepat di depan wajahnya. Namun sayang, dirinya tidak begitu jelas melihat seseorang di balik sana.

"Siapa kamu?"tanya Aisyah.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki menggema mendekat ke arahnya.

"Hi bocah!"

"Kak Putri!"

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang