BBI 18

360 38 0
                                    

"Aisyah anter aku ke kantin yuk!"

Aku membereskan meja yang penuh dengan buku catatan menoleh ke samping.

"Mau batagor Mang Uucupp," Dengan mata mengerjap beberapa kali.

Aku memutar bola mata ke atas, "Males ah! Mending shalat duha." Aku mengeluarkan mukena dari dalam tas lalu pergi meninggalkan Hanum. Entah kenapa akhir-akhir ini badanku terasa lemas, seperti tidak ada tenaga saja.

"AISYAH IH!" Hanum menghentakkan kakinya ke lantai seperti anak kecil. Aku yang beberapa langkah lagi menuju pintu, berbalik menghadap Hanum yang sudah ada di depanku.

Aku menatapnya datar, Hanum menggoyangkan tanganku. "Yah yah, please ... aku mohoonn banget! Masa sama sahabat sendiri tega sih!" rajuknya. Hanum memanyunkan bibirnya, seperti ikan koi saja. Aku hanya menarik senyum tipis, sudah ku bilangkan rasanya tersenyum saja begitu susah.

"Emang kamu ga sholat duha?"

Hanum menggeleng, "ngga aku kan lagi libur."

Aku menghela nafas pelan."Ya udah, tapi aku mau shalat duha dulu yah."

Hanum nampak berfikir sejenak, "Berapa menit?"

"Ga tahu. Sepuluh menitan kayaknya, gimana? Tapi kalau kamu ngajak aku ngobrol terus tambah lama."

"Oke, tapi aku nungguin kamu dimana?"

"Mau di mesjid atau di kelas?"

"Di kantin aja gimana?"

Pletakk

Aku memukul jidat Hanum pelan. Kalau nunggu di kantin, ngapain ngajak aku. Dasar!

"Aww, sakit ihh! Kamu mah main pukul aja, aku salah apa?" ucapnya di buat dramatis. Aku memijat pelipis yang terasa berdenyut. Menatap sebentar Hanum, lalu berbalik badan meninggalkan Hanum.

"Aisyah! Ya Allah main tinggalin aja, aku kan tadi nanya sama kamu, aku nunggu dimana?" ucapnya sambil beriringan berjalan di samping.

"Di kantin?" tanyanya lagi. Bolehkah aku menenggelamkan manusia satu ini. Pantas saja Karin selalu tidak akur, andai saja Karin sekolah mungkin kesabaranku tidak terkuras habis sia-sia.

Saat tiba di depan mesjid, aku duduk di perantara mesjid sembari membuka sepatu. Hanum ikut duduk di sampingku.

"Kalau kamu nunggu di kantin, buat apa juga kamu ngajak aku. Makan batagornya di kelaskan?" tanyaku sambil membuka tali sepatu.

"Aku pengennya makan di kantin Aisyah...."

"Ya udah iya." Aku bangkit lalu menyimpan sepatu di rak yang telah di sediakan.

"Jadi?" tanyanya. Aku mengangkat sebelah alis menatap malas ke arah Hanum.

"Aku nunggu kamu dimana?"

Sabarkan hati hambamu Ya Allah. "Di planet pluto." Aku segera masuk ke dalam mesjid.

Hanum menghentakkan kakinya swpertinya dia mulai kesal, "Ah, ya udah nunggunya di mesjid aja deh. Cape kalau balik lagi," ucapnya.

***
Suara riuh para murid terdengar di dalam kantin, ada yang berteriak meminta pesanan, yang berghibah, ada juga yang menyendiri karena jomblo. Emang aku ga jomblo? Engga lah inget aku udah punya suami yah hehe.

"Emmm, MasyaAllah. Batagor Mang Ucup emang top markotop deh, udah lama aku ga makan batagornya!" ujar Hanum menikmati sensasi makanan yang ada di mulutnya.

Aku hanya berdehem saja, menusuk batagor yang ada di hadapanku tanpa minat.

"Syah! Kok ga di makan batagornya?" Hanum memasukkan potongan batagornya dengan lahap.

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang