BBI 39

378 35 15
                                    

"Kapan lo bisa benci sama gue?"

Jari lentiknya berhenti menari di atas kertas. Ia mendongak menatap cowok yang berada di sebrangnya. Penampilannya membuat perasaan Aisyah semakin suka. Denagn seragam yang masih melekat di tubuhnya, rambut yang acak-acakan namun tetap terlihat keren.

Gimana mau benci? Rizal semakin hari semakin membuat Aisyah penasaran. Dengan sikap nya yang selalu abu-abu ia yakin bahwa Rizal bisa menerima dirinya. Meskupun butuh waktu yang cukup lama.

Dia ga akan pernah ngelepas Rizal sekalipun ada orang ke tiga di antara mereka.

Aisyah tersenyum tipis lalu berujar,"Aku ga ada hak buat benci sama Kakak."

****

"Kemarin gue ke toko oma,"ujar Hanum sambil berjalan berdampingan dengan Karin menuju kelas.

"Lo mau tau ga?"

"Enggak!"

Mendapat jawaban seperti itu wajahnya langsung berubah menjadi kesal.

"Gue belum ngomong Rin,"kata Hanum dengan wajah cemberut.

"Abisnya lo salah ngomong."

"Apaan?"

"Ahh udahlah, cape gue ngomong sama lo!"

Karin mengibaskan rambutnya lalu berjalan terlebih dahulu meminggalkan Hanum. Sendirian.

"Ish! Dikit-dikit marah, dikit-dikit nge gas! Gue punya salah apa Ya Allah?"

"Banyak."

Hanum langsung menengok ke arah kanan, matanya langsung membola, ia mundur lima langkah demi menjaga jarak.

Rendi langsung mengernyit melihat tingkah Hanum.

"Jaga jarak! Kita bukan muhrim!" Telunjuknya di arahkan ke arah Rendi dengan mata yang membola dan pipi putihnya yang cabi di gembungkan, membuat Hanum terlihat lucu.

"Bwahahaha!" Siswa dyang berada di koridor terpana melihat tawa Rendi. Jarang-jarang lo dia kayak gini.

"Astagfirullah, ini orang di ingetin malah ketawa! Emang nya gue lagi ngelawak?! Gue lagi kasih nasihat tahu, biar kayak Aisyah."

"Kalau muncul itu jangan kayak jalangkung, ucap salam kek apa kek!"

Tawa Rendi mulai mereda, ia menarik nafas lalu kembali memasang wajahnya yang lempeng.

"Gue mau minta tolong sama lo,"lontar Rendi membuat wanita yang berada di depannya mendengus.

"Mau ga?"

"Males ah!"

"Bener?"

Rendi maju satu langkah membuat Hanum ikut mundur, wangi parfum Rendi langsung menusuk rasanya--

Rasanya Hanum jadi pengen di peluk.

"I-iya."

"Gue kasih hadiah kalau lo bantu gue,"bisik Rendi membuat bulu kuduk meremang.

"Engg--"

"Ck ck ck, pacaran di tengah jalan, ngalangin orang lewat woy!"

"Emm, gue ke duluan ke kelas. Permisi."

Hanum langsung berjalan cepat, pipinya kini memanas. Meraba jantungnya yang berdegup kencang.

Kenapa ini?

Baru kali ini ia ngerasain jantungnya dag dig dug

"Astaga! Jantung gue kenapa? Huwaa, gue ga mau sakit jantung!!"

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang