BBI 12

372 37 0
                                    

Flashback on

"Dulu Nenek Zira pernah menyelamatkan Abi dan Umi. Beliau menyelamatkan Umi yang tengah mengandung kamu. Abi yang pada saat itu terluka karena tusukan pisau,tidak sadarkan diri. Sedangkan Umi pendarahan akibat terbentur dinding yang keras karena dorongan dari pelaku pencurian di rumah Umi. Kondisi Umi benar-benar lemah,serasa memang ajal Umi sudah di depan mata." Matanya mulai berkaca-kaca ketika menceritakan kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Bang Zulfan?" tanya Aisyah.

"Beruntungnya pada saat kejadian itu abang kamu sedang berlibur di rumah Omahmu."
"Pelaku datang membawa pisau dan menghampiri Umi,hanya dzikir lah yang Umi lafalkan. Umi hanya bisa pasrah,pada saat itu pun mulai merasa mulas,sakit dan ternyata Umi akan segera melahirkan. Sedikit lagi Umi akan terkena tusukan pisau, namun tembakan dari arah pintu membuat pelaku tewas di tempat. Ya, yang menolong Umi ialah Nenek Zira. Beliau merobek baju yang di kenakannya lalu membalut luka Abi karena hampir kehabisan darah."

"Tak hanya itu Nenek Zira langsung membopong Umi dan membantu melahirkan kamu." Setetes demi setetes air mata keluar dari pelupuk matanya.

"Jika Nenek Zira tidak segera datang dan membantu Umi,entah bagaimana nasibnya sekarang. Mungkin sekarang adek ga bakalan ada di dunia, termasuk Umi." Umi membuang nafasnya perlahan.

"Pada saat Aisyah lahir, beliau mengatakan sesuatu yang sekarang menjadi janji Umi."

"Apa Umi?" Dengan suara bergetar.

"Beliau mengatakan," ada penyesalan yang tergambar di mata Umi, "Anakmu sungguh cantik, aku ingin ia menjadi pendamping hidup dari cucuku, Rizal. Kau berjanji akan menjodohkannya dengan cucuku?"

"Umi pada saat itu bingung ingin menjawab apa. Namun mengingat pengorbanan yang telah beliau lakukan, Umi menyetujui perjodohan kalian."

"Jadi kak Rizal cucu nya Nek Riza?"

Umi mengangguk dan menatap sendu ke arah Aisyah.

"Sekarang Aisyah tahu kan, apa alasan Umi menyuruh kamu untuk menerima lamaran Rizal dan menikah dengannya?"

"Tapi kenapa harus sekarang Umi? Kan bisa nunggu Aisyah ataupun Kak Rizal pas pada waktunya?"

"Tadinya Umi memang akan menjodohkan kalian setelah dewasa dan sudah pada waktunya. Namun Umi mendapatkan kabar dari Pak Romi bahwa Nek Riza sedang sakit dan kemungkinan hidupnya tidak akan lama lagi."

"Dan permintaan terakhir kalinya yaitu ingin melihat cucu nya menikah dengan kamu,Aisyah."

Tubuh Aisyah mematung,tubuhnya menjadi lemas ketika mendengar kenyataan yang sebenarnya dari Umi.

"Jadi Umi mohon,adek menerima dan menikah dengan Rizal."

Flashback off

****

Mata sembab dan hidung merah terpampang jelas di wajahnya. Setelah menangis meluapkan segala kegelisahan kepada Bang Zulfan,ia merasa sedikit lega.

Aisyah menuruni tangga menuju meja makan,Zulfan,Umi dan Abinya pun sudah ada.

"Pagiii semuanya!" sapa Aisyah. Walaupun mood nya sedang down tapi Aisyah berusaha untuk ceria.

"Pagi sayang," jawab Umi dan Abi berbarengan.

"Dek sakit?" tanya Zulfan. Ia melihat wajah Aisyah yang begitu pucat.

"Ngga kok. Adek ga papa." Ia berusaha tersenyum kepada Zulfan, padahal memang sedari tadi subuh merasakan pusing yang begitu hebat.

"Adek yakin ga papa? Ini badannya anget loh?" tanya Umi setelah mengecek suhu tubuh Aisyah.

"Hari ini adek jangan dulu sekolah,biar istirahat dulu," ujar Abi

"Aisyah ga papa kok. Mau sekolah aja Bi, soalnya sekarang ada pelajaran tambahan jadi sayang kalau misalnya ga hadir."

"Adek jangan keras kepala deh! Orang jelas muka kamu pucet gitu,kalau sekolah nanti makin parah," geram Zulfan.

"Abang aku ga papa kok, Aisyah cuman kecapean aja, nanti juga bakal sembuh sendiri."

Zulfan hanya bisa menghebuskan nafas kasar. Begitupun dengan Umi dan Abi,mereka hanya bisa diam dan mengikuti kemauan sang anak. Karena Aisyah memang keras kepala perihal dengan sekolah.

"Ya udah nanti abis makan,minum obat yah," ucap Umi.

"Kalau ada apa-apa kasih tahu Umi,Abi,ataupun Abang biar bisa langsung ke sekolah," pesan Abi.

"Iyah."

Mereka pun melanjutkan makan yang sempat tertunda. Aisyah hanya bisa menghebuskan nafas secara perlahan. Ia harus kuat.

-------

"Inget pesan Umi sama Abi tadi!"

Aisyah melepas sealtbet dan menoleh ke arah Bang Zulfan.

"Ya ampun, iya abangggg. Abang udah lima kali ngomong gitu loh."

"Yeehh, cuman ngingetin doang."

Aisyah memutar bola matanya malas.

"Ya udah adek turun yah. Abang hati-hati di jalan. Assalamu'alaikum," pamit Aisyah.

"Wa'alaikumussalam."

Mobil Zulfan pun meninggalkan gerbang sekolah. Tadinya Aisyah sempat menolak untuk di antar karena takut abangnya terlambat. Tapi, karena Zulfan pemaksa dan keras kepala jadi mana bisa di tolak.

Aisyah berjalan menyusuri setiap koridor yang ia lewati. Hanya ada beberapa murid saja yang baru datang karena masih sangat pagi.
Di sepanjang jalan ia memikirkan kejadian kemarin, memang benar serasa mimpi.

Aisyah memejamkan matanya,pusing begitu hebat yang di rasakan. Tapi mengapa sakit sekali,biasanya jika sudah meminum obat pasti akan berangsur membaik.

"Assalamu'alaikum Aisyah." Tepukan di bahu membuat Aisyah terkejut dan membuka matanya.

"Astagfirullah. Wa'alaikumussalam, kalian kebiasaan deh suka ngagetin orang!" geram Aisyah.

"Hehe ya maaf," ucap Hanum.

"Eh kok? Aisyah lo sakit?" tanya Karin. Ia melihat wajah Aisyah hari ini yang nampak pucat tidak seperti biasanya.

"En-ngga kok," alibinya.

"Bohong!" jawab mereka berdua.

"Aisshh. Cuman kecapean doang,"

"Beneran?" tanya mereka berdua.

"MasyaAllah, iya ... udah yuk ah ke kelas,takut keburu bel,"
"Eh udah pada ngerjain tugas belum?" tanya Aisyah.

"Tugas yang mana?" tanya Hanum.

"Fisika,"

"Udah donggg," jawab Hanum.

"Astagfirullah. gue belum,gimana dong? Mana gurunnya galak lagi," panik Karin.

"Ya di kerjainlah" jawab Aisyah dan Hanum.

"Yahh ... Gue nyalin yah, please," mohon Karin.

Mereka berdua hanya memutar bola matanya malas. Lalu meninggalkan Karin sendirian.

"Yahh kok gue di tinggal sih. Woyyy,"

Jangan lupa vote and comment nya
Pencet bintang nya guys🙏

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang