BBI 28

369 31 16
                                    

Yang tadinya cuaca cerah kini berubah menjadi hujan yang datang. Suasana hening menyelimuti mereka. Karin dan Hanum terdiam setelah mendengar fakta yang baru mereka tau dari Aisyah. Mereka sebenarnya merasa kaget bahkan tidak percaya. Namun dengan perlahan Aisyah menceritakan semuanya dari awal.

Alasan mengapa menikah dengan Rizal. Kisah masa lalunya dengan Fauzi yang kini datang kembali. Kalau Hanum memang sudah tau masalah Fauzi karena dari dulu mereka bersahabat. Sedangkan Karin, baru tau sekarang. Ia pun tidak menyangka pada Fauzi. Ya, tau lah bagaimana sikap Fauzi yang terlihat baik padahal busuk.

Ya, Aisyah kini telah menceritakan semua masa lalu nya termasuk soal Rizal. Awalnya memang ia akan menyimpan semua sendirian. Tapi, ia butuh seseorang yang menjadi penopang dirinya. Maka dari itu ia bercerita pada sahabatnya.

Karin menarik nafasnya panjang lalu tersenyum ke arah Aisyah, "Lo ga sendirian, ada kita yang selalu dukung lo," ucapnya mengusap lembut bahu Aisyah.

"Iya. Jangan simpan sendirian beban lo. Boleh kok cerita sama kita, semangatt Aisyah!" Tangan Hanum terkepal untuk menyemangati Aisyah. Aisyah pun kini lega, beruntung memiliki kedua sahabat yang begitu pengertian.

***

"Halo, kenapa Bun?"

"Kamu sama Aisyah ke rumah sekarang"

"Rumah mana?"

"Rumah Bunda lah!"

"Ngapain?" Keningnya berkerut.

"Kamu banyak tanya!"

"Iya ... Kan mau ngapain dulu Bundaa"ujarnya gemas.

" Nenek pengen ketemu sama kalian."

"Emang kenapa?"

"Ck, udah jangan banyak nanya. Cepet kesini di tunggu! Ga ada bantahan"

"Tapi Bun--"

Tut tut tut tut

Ia mengacak rambutnya, malas rasanya untuk kesana. Tapi bagaimana lagi, kalau memang Neneknya sudah memerintah ia tidak bisa menolak.

Ia pun bangkit memakai jaket yang tadi ia lepas dan tersampir di atas sofa.

"Mau kemana lo?" tanya Revan yang terfous pada ponselnya.

"Ada urusan," ucapnya.

"Kemana?" tanya Rendi.

"Amazon!"

"Ha?" ucap mereka bersamaan.

Rizal memutar bola matanya. "Kepo lu!"

"Gue duluan."

Mereka mendelik ke arah Rizal. Lalu membiarkan Rizal keluar dari kamar Rendi.

Ia melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Di tambah hujan yang sangat deras. Tau akan hujan, pasti bakal bawa mobil.

15 menit di perjalanan, sampailah ia di gerbang hitam yang menjulang tinggi.

Namun terkunci, terpaksa ia harus turun. Biasanya tidak di kunci. Apa tidak ada orang ?

Rizal berlari kecil untuk sampai di teras rumah. Menepuk celananya yang sedikit basah sambil celingak celinguk melihat ke dalam melalui jendela. Sepi, biasanya selalu ada suara tv atau sholawat yang terdengar. Ya, siapa lagi kalau bukan Aisyah.

Biasanya kalau memang ia pulang ke rumah siang ataupun sore, pasti selalu terdengar lantunan ayat suci al qur'an ataupun sholawat melalui speaker.

Beberapa kali di coba untuk di buka, tapi masih di kunci. Sepertinya benar, memang tidak ada orang di rumah. Merogoh celananya untuk mengambil kunci cadangan lalu membukanya perlahan.

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang