BBI 21

365 35 2
                                    

Assalamu'alaikum.

Halo halo kalian!!!!

Sebelumya aku mau ngucapin terima kasih loh buat kalian yang udah bikin aku semangat lagi. Yang udah support aku buat next lanjut ceritanya.

Lope sekebon deh😄😘

Maaf yah update nya kurang teratur soalnya aku lagi sibuk sama daring🙏

Tapi aku bakal lanjut cerita kalau kalian semangat buat next bacanya hhe.

Selamat membaca❤❤

*******

Pukul 03.00 dini hari membuat Rizal terbangun. Jarang sekali terbangun di waktu yang sangat pagi. Dengan perlahan ia menegakkan tubuh dan menyender di kepala kasur.

Suara binatang malam di luar mengisi keheningan, lampu yang temaram membuat matanya kembali terpejam.

Pusing langsung terasa, mungkin akibat malam tadi terlalu banyak minum alkohol.

Ya, akhir-akhir ini Rizal mulai meminum minuman haram semenjak berhubungan dengan Putri. Sebegajulnya Rizal tapi selama itu ia tidak pernah, bahkan tidak mau menyentuh minuman berakohol. Cinta memang membutakan segalanya.

Rizal menyibakkan selimutnya, ia ingin menuju dapur untuk sekedar membuat teh hangat. Perutnya pun terasa mual.

"Bismillahirrahmanirrahim"

Suara lantunan ayat suci Al- Qur'an terdengar begitu merdu. Langkahnya terhenti, berdiri di depan pintu kamar Aisyah yang sedikit terbuka.

Terlihat Aisyah duduk di atas sajadah dengan mukena putih yang membaluti tubuhnya, Al-Qur'an di tangannya dengan posisi membelakangi Rizal.

Ayat demi ayat di lantunkan begitu indah. Surat Al-Waqi'ah yang di bacakan Aisyah membuat Rizal terenyuh. Dadanya begitu bergetar seperti terketuk oleh tamu yang sudah lama tak berkunjung. Baru kali ini ia mendengar ayat Al- Qur'an lagi, selama ini ia selalu berbuat banyak maksiat yang bahkan dosanya tak akan pernah terhitung.

Suara isak tangis begitu terdengar pilu, Aisyah di sana menangis setelah membaca beberapa ayat lalu melanjutkan lagi dengan nada yang tersendat. Rizal hanya menundukkan kepala, kapan ia akan bertaubat? Itulah pertanyaan yang tiba tiba muncul dari fikirannya.

"Shadaqallahul'adzim"

Setelah bergelut dengan fikirannya, ia melanjutkan niatnya tadi untuk menuju dapur.

Membuka tirai jendela, angin langsung membelai lembut wajahnya. Ia tersenyum, menatap angin malam yang di penuhi dengan bintang. Mata bulatnya terpejam membiarkan mukena putih yang ia kenakan terbawa angin.

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Air mata turun, kala mengingat arti dari surat Ar-Rahman yang selalu membuat ia menangis, takut dan selalu lupa akan kata syukur.

Mata bulatnya kembali terbuka, "Ya Allah, ingatkan hamba untuk selalu bersyukur padamu. Bimbinglah hamba menuju pintu Syurga-Mu. Aamiin." Aisyah menghembuskan nafas secara perlahan dan kembali menutup jendela dengan rapat.

Merasa haus Aisyah turun menuju dapur untuk sekedar menghilangkan dahaganya. Dengan tubuh yang masih di baluti mukena putih itu berjalan dengan perlahan menuruni tangga.

Rizal menelungkupkan kepalanya di atas meja. Terdengar derap langkah mendekatinya. Aisyah yang awalnya berbelok untuk mengambil air galon, namun terhenti karena melihat kompor yang menyala. Aisyah mengerutkan dahinya. Cahaya lampu memang sedikit redup yang hanya dari arah jendela luar.

Bad Boy InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang