haiii....
tadinya ini mau aku kirim kemarin tapi pas aku baca lagi, ada feel yang ga sampe hehehhe jadi aku edit lagi.
semoga kalian suka, dan kalian terbawa sama story ini,,
WARNING.... Siapkan Tisu guys,,, hehehe tapi ga tau juga seh ini mengandung bawang atau gak hehehehe. Tapi aku merasa ini mengandung bawang... disini bagaimana hubungan Jessy dan Yuki akan diperlihatkan seberapa dalam mereka berdua...
oke lah cus aja langsung baca monggooooo
.
.
_>
***
Yuki menutup laptopnya dan beranjak ke tempat tidurnya. Yuki lelah hari ini, banyak yang ia pikirkan. Yuki mendengarkan melody yang biasa ia dengarkan untuk membuat dirinya tenang. Sejak dulu, sejak psikisnya terganggu ia selalu mendengarkan melody itu untuk membuat ia tenang. Bahkan psikiaternya pun pernah bilang, jika pengalihan fokus Yuki pada hal yang ia senangi bisa mengurangi gangguan itu terjadi. Karena Yuki tahu bagaimana akibat yang terjadi padanya jika Mental Breakdown-nya datang.
***
Jessy yang khawatir Yuki tidak keluar dari kamarnya pun mencoba masuk kedalam kamar Yuki, namun tak seperti biasa. Kamar Yuki dikunci, Jessy semakin cemas dan curiga ada yang Yuki rencanakan tanpa sepengetahuannya. Jessy segera memanggil Bi Ratih untuk meminta kunci cadangan rumah ini, dan ketika Bi Ratih memberikan kunci cadangannya Jessy langsung masuk dengan sedikit tergesa-gesa. Namun seluruh kecemasannya hilang ketika melihat Yuki yang tertidur dengan nyenyaknya.
"Loe bikin gue jantungan" Gumam Jessy, lalu ia menghampiri Yuki yang masih nyenyak dengan tidurnya. Bi Ratih meninggalkan Jessy dan Yuki setelah melihat Yuki baik-baik saja. "Gue kira loe kambuh lagi, karena akhir-akhir ini satu persatu masalah datang menghampiri loe. Dan gak ada ampun datangnya makin bertubi-tubi" Ucap Jessy seraya membetulkan letak selimbut Yuki. Jessy pun keluar dari kamar Yuki membiarkannya istirahat.
Sepeninggalan Jessy, Yuki membuka matanya. Yuki sudah bangun sejak pintu itu terbuka, hanya saja Yuki takut ia tak bisa menyembunyikan ketakutan yang sekarang sedang ia netralisir sendiri dihadapan Jessy. Mau tak mau Yuki harus terbiasa, apalagi nanti ia akan hidup sendiri setelah ini. "Yuki segera memakan obat yang selama ini disembunyikan dari Jessy, dengan sedikit tergesa-gesa karena perasaannya mulai takut dan nafasnya mulai sesak. Pikiran untuk nanti ia hidup sendiri membuat kecemasannya semakin menjadi. "Gue harus bisa! Gue pasti bisa!!" tekan Yuki pada dirinya. Yuki kemudian mengambil MP4nya, melarutkan dirinya disetiap melody yang berputar ditelinganya. Namun anehnya, itu semua membuat ia malah menangis. Padahal biasanya bisa membuatnya tenang, sepertinya Yuki tak bisa mengendalikan perasaannya. Bayangan Azzura yang mengorbankan dirinya untuk Yuki, bayanga AL yang terluka karena kenyataan yang baru saja ia dapatkan, bahkan bayangan Mama Jessy, Bayangan Jessy, om Lucas, Dimas dan Angga yang kini berputar dipikiranya, Yuki seketika menekan kepalanya. Yuki tak bisa menahannya, matanya mulai nanar. Dan akhirnya Yuki menangis sejadi-jadinya. Pikirannya masih bisa sedikit mengontrol dirinya untuk menutup mulutnya. Namun, tetap saja isakannya semakin terasa kencang.
Kamar Yuki segera terbuka, Jessy langsung lari menghampiri Yuki dan memeluknya. "Kuy, tenang..!! Tenang,, tenang,, ada gue!!" Ucap Jessy terus menerus, Yuki mencoba melepaskan dirinya dari Jessy dengan terus menangis namun ia mencoba menahan tangisannya. Jessy tak mau kalah, ia terus memeluk Yuki dan menenangkannya meski kini air matanya pun ikut mengalir. "Non, Non Yuki kenapa?" tanya Bi Ratih, "Bi cepat telpon papah, bilang Yuki histeris!!" Perintah Jessy dan Bi Ratih pun segera keluar menelpon Om Lucas. Dalam diri Yuki sedang bertarung antara kecemasan dan kesadarannya untuk mengalahkan semua yang ia rasakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Fanfictionsetiap kehidupan itu punya iramanya sendiri, dan memiliki komposisi nada yang berpareasi. begitupun ketika nada itu mampu membuat dua hati menemukan benang merah yang terhubung dal kehidupannya.. tentang dia, tentang nada dan irama dari sebuah kisah...